Pages

Tampilkan postingan dengan label Kabar dan Wawasan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kabar dan Wawasan. Tampilkan semua postingan

Insan Madrasah Guncang Panggung Liga Puisi 2025: Dominasi Total, Kemenag Banyuwangi Torehkan Sejarah Sastra!

Banyuwangi, (Warta Blambangan) Dentuman sastra menggema di panggung Liga Puisi Jawa Pos Radar Banyuwangi 2025! Dalam ajang paling bergengsi bagi para penikmat kata dan penyalur rasa itu, insan madrasah di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Banyuwangi tampil bagai meteor yang menyambar langit kompetisi. Hasil akhir penjurian menegaskan satu fakta monumental: hampir seluruh juara pertama disapu bersih oleh peserta madrasah.

Keberhasilan luar biasa ini bukan sekadar kemenangan dalam lomba baca puisi—ia adalah penanda kebangkitan dunia literasi madrasah. Di saat sebagian lembaga pendidikan masih bergulat dengan tantangan era digital, madrasah justru melesat sebagai kawah candradimuka lahirnya generasi literat, estetis, dan religius.

Pada kategori Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar (MI/SD), dominasi madrasah nyaris absolut. Dari lima finalis, empat merupakan duta madrasah yang melangkah dengan percaya diri. Panggung juara pertama direbut dengan gemilang oleh Aura Latisha Ramadhani dari MIN 1 Banyuwangi, disusul Azka Dzakiyatus Shaleha (MI Darunnajah 2 Banyuwangi), Avilla Fikratud Putri Yuwono, dan Refli Ahsan Mubaroqi (MI Islamiyah Rogojampi). Deretan nama ini bukan sekadar peserta lomba—mereka adalah bukti bahwa madrasah telah menjelma menjadi laboratorium rasa dan ruang kelahiran penyair-penyair masa depan. 


Sementara itu, di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), kejayaan madrasah kembali membahana. Azkia Kiska Al Kholid dari MTsN 1 Banyuwangi tampil memukau dan berhasil menggondol juara pertama. Dengan teknik deklamasi yang matang, diksi tajam, dan penghayatan mendalam, ia menegaskan bahwa sastra bukan sekadar pelajaran tambahan—melainkan napas yang hidup di lingkungan madrasah.

Tidak berhenti di situ, keunggulan madrasah juga merembet ke ranah tenaga pendidik. Nuhbatul Fakhiroh, guru MTsN 1 Banyuwangi, yang tahun lalu hanya berhenti di posisi juara dua, kini berhasil menuntaskan dahaga kemenangan dengan menjadi juara pertama. Ia membuktikan bahwa guru madrasah bukan hanya pengajar, tapi juga pelaku dan penggerak kebudayaan.

Kepala Kantor Kemenag Banyuwangi, Dr. Chaironi Hidayat, tak mampu menyembunyikan rasa bangganya. Dalam keterangannya, ia menyebut kemenangan ini sebagai buah dari kerja panjang dan dedikasi luar biasa.

> “Prestasi ini adalah gema dari kesungguhan para guru dan pembimbing madrasah dalam menanamkan nilai-nilai literasi dan kecintaan terhadap sastra. Ini bukan sekadar lomba, tetapi tonggak peradaban baru di dunia pendidikan madrasah,” tegasnya penuh semangat.

Sementara itu, Syafaat, Ketua Lentera Sastra Banyuwangi, yang turut hadir sebagai pengamat, menyebut dominasi madrasah dalam Liga Puisi 2025 sebagai hasil dari proses pembinaan yang matang dan berkelanjutan.

> “Beberapa madrasah telah lama menjalin kerja sama dengan Lentera Sastra Banyuwangi dalam pelatihan baca puisi dan penulisan kreatif. Kami ingin menjadikan madrasah sebagai episentrum sastra di Banyuwangi—tempat di mana iman, ilmu, dan imajinasi berpadu dalam harmoni,” ujarnya.

Kompetisi tahun ini tak hanya diikuti oleh sekolah dan madrasah Banyuwangi, tetapi juga oleh peserta lintas daerah, termasuk santri dari Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo. Persaingan yang kian ketat justru menyalakan bara semangat baru bagi peserta madrasah, yang tampil bukan sekadar membaca puisi, tetapi menghidupkan makna dan mengguncang nurani penonton.

Ajang Liga Puisi Radar Banyuwangi 2025 pun akhirnya menjadi panggung pembuktian: bahwa madrasah bukan hanya benteng nilai-nilai religius, tetapi juga mercusuar kebudayaan dan peradaban literasi.

Dengan torehan prestasi ini, madrasah di bawah Kemenag Banyuwangi menegaskan diri sebagai kekuatan baru dalam dunia sastra Indonesia. Mereka bukan hanya mencetak hafidz dan ulama, tapi juga penyair, seniman kata, dan penggerak kebudayaan bangsa.

Sebuah babak baru telah dimulai—babak di mana madrasah menulis sejarahnya sendiri dengan tinta puisi dan cahaya keilmuan.

Lentera Sastra Banyuwangi Hadir dalam Diskusi Sastra Bersama Acep Zamzam Noor di Ajang Liga Puisi Radar Banyuwangi

Banyuwangi, (Warta Blambangan) Komunitas Lentera Sastra Banyuwangi turut hadir dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan Diskusi Sastra yang menghadirkan narasumber Acep Zamzam Noor, seorang sastrawan, penyair, dan pelukis kenamaan Indonesia berdarah Sunda yang dibesarkan di lingkungan pesantren. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Liga Puisi Radar Banyuwangi 2025, yang berlangsung mulai tanggal 27 hingga 30 Oktober 2025. 


Kehadiran Lentera Sastra Banyuwangi memberikan warna tersendiri dalam ajang tersebut. Mereka datang untuk memberikan motivasi dan dukungan kepada para peserta dari unsur Kementerian Agama, baik dari kalangan siswa madrasah maupun para guru, agar tampil maksimal dan berprestasi sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.

“Banyak siswa madrasah dan guru yang berhasil meraih juara pada Liga Puisi tahun lalu. Kami berharap semangat itu terus menyala dan menjadi inspirasi bagi peserta tahun ini,” ujar salah satu perwakilan Lentera Sastra Banyuwangi.

Kegiatan yang juga dihadiri oleh Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, tersebut berlangsung hangat dan penuh semangat kebersamaan. Para peserta tampak antusias mengikuti sesi diskusi bersama Acep Zamzam Noor, yang berbagi pengalaman tentang perjalanan kreatifnya di dunia sastra dan seni rupa, serta pentingnya menjaga kejujuran dan spiritualitas dalam berkarya.

Sementara itu, Direktur Radar Banyuwangi sekaligus Ketua Panitia Pelaksana, Syamsudin Aglawi, menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi atas dukungan dan partisipasinya dalam kegiatan ini.

“Dukungan dari Kementerian Agama sangat luar biasa. Banyak siswa dan guru madrasah yang ikut berkompetisi dalam Liga Puisi tahun ini. Ini menunjukkan bahwa semangat literasi dan seni terus tumbuh di lingkungan pendidikan agama,” ujarnya.

Liga Puisi Radar Banyuwangi kini telah menjadi ajang tahunan yang ditunggu-tunggu oleh para pecinta sastra di Bumi Blambangan. Melalui kegiatan ini, karya-karya para penyair muda dan pendidik dari berbagai latar belakang diharapkan dapat semakin memperkuat ekosistem sastra lokal sekaligus menjadi ruang ekspresi yang mempersatukan berbagai kalangan.

Ngobrol Moderasi (Ngopi) Di KUA Kecamatan Gambiran

Banyuwangi  (Warta Blambangan) Kegiatan Ngobrol Moderasi (Ngopi) digelar di halaman Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi, Jumat (24/10/2025). Kegiatan ini dipimpin oleh Oksan Wibowo, Penyelenggara Bimbingan Masyarakat Hindu pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, dan dihadiri oleh Kepala KUA Kecamatan Gambiran serta Kepala MIN 3 Banyuwangi. 


Acara yang diikuti oleh para tokoh lintas agama dan penyuluh agama se-Kecamatan Gambiran ini menjadi ruang dialog terbuka untuk memperkuat nilai-nilai moderasi beragama di tengah masyarakat yang majemuk. Dalam kesempatan tersebut, Oksan Wibowo menegaskan bahwa Kementerian Agama merupakan role model dan figur publik dalam mewujudkan kehidupan beragama yang moderat dan harmonis.

> “Kantor Kementerian Agama bukan hanya rumah bagi satu agama, tetapi menjadi rumah bagi semua umat beragama. Begitu pula dengan Kantor Urusan Agama, meskipun secara administratif fokus pada pelayanan umat Islam, namun secara esensi menjadi pusat penguatan moderasi beragama dan kerukunan umat,” ujar Oksan.

Ia juga mengingatkan agar semangat moderasi tidak berhenti pada tataran formal atau simbolik semata. Menurutnya, moderasi beragama harus diimplementasikan secara nyata dalam perilaku sosial dan budaya masyarakat sehari-hari.

> “Kita jangan terjebak pada sesuatu yang bersifat tertulis saja. Moderasi harus hidup dalam tindakan dan rasa. Salah satu desa di Kecamatan Gambiran ini pernah dinobatkan sebagai delapan terbaik Kampung Moderasi Beragama di Indonesia. Status itu harus menjadi pemacu, bukan sekadar label,” tegasnya.

Diskusi berjalan hangat dan interaktif. Para peserta berbagi pandangan tentang praktik moderasi di lingkungan masing-masing, termasuk strategi memperkuat kerja sama antarpenyuluh lintas agama dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan.

Melalui kegiatan Ngopi ini, para peserta berharap semangat toleransi, inklusivitas, dan penghargaan terhadap keberagaman semakin mengakar di Kecamatan Gambiran. Kegiatan semacam ini diharapkan dapat menjadi wadah refleksi dan kolaborasi lintas iman demi memperkuat nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan di Banyuwangi.

350 Siswa MAN 1 Banyuwangi Ikuti Bimbingan Remaja Usia Sekolah, Kemenag Tekankan Pentingnya Kesiapan Mental dan Moral

BANYUWANGI – Sebanyak 350 siswa kelas XII MAN 1 Banyuwangi mengikuti kegiatan Bimbingan Remaja Usia Sekolah (BRUS) yang digelar oleh Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, Kamis (23/10/2025). Program nasional ini bertujuan membentuk remaja yang berkarakter kuat, siap menghadapi tantangan zaman, serta memahami pentingnya menunda pernikahan dini demi masa depan yang lebih baik.


Kepala Kantor Kemenag Banyuwangi, Dr. Chairani Hidayat, S.Ag., M.M., membuka langsung kegiatan tersebut. Dalam arahannya, ia menegaskan bahwa pembinaan remaja merupakan langkah strategis untuk menyiapkan generasi yang tangguh dan berdaya saing.

“Peningkatan kualitas keluarga bermula dari anak-anak sekolah. Melalui kegiatan seperti ini, para siswa dibekali kemampuan mengenali potensi diri, mengendalikan emosi, dan menata masa depan dengan lebih terarah,” ujarnya.

Dr. Chairani juga mengingatkan bahwa masa remaja merupakan fase krusial dalam pembentukan kepribadian. Ia berpesan agar para siswa mampu menolak hal-hal yang dapat merugikan, seperti narkoba, pergaulan bebas, dan pernikahan usia dini.

“Anak-anak harus bisa mengendalikan diri dan menjaga pergaulan. Remaja yang mampu mengelola emosinya hari ini akan menjadi calon pemimpin keluarga yang baik di masa depan,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Seksi Bimas Islam Kemenag Banyuwangi, H. Mastur, S.Ag., M.Pd.I., menjelaskan bahwa BRUS merupakan program rutin tahunan yang menjadi bagian dari upaya Kementerian Agama membangun keluarga sakinah sejak usia sekolah.

“Program BRUS dirancang agar siswa memahami pentingnya kesiapan mental dan spiritual sebelum membangun rumah tangga. Selain itu, kami juga memiliki Bimbingan Remaja Usia Nikah (BRUN) dan Bimbingan Keluarga Maslahah untuk kelompok usia yang berbeda,” terangnya.

Mastur menambahkan, kegiatan ini menghadirkan narasumber yang telah mengikuti bimbingan teknis (bimtek) nasional sebagai fasilitator resmi BRUS. Mereka berasal dari kalangan dosen perguruan tinggi, kepala Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan, dan penyuluh agama Islam yang berpengalaman dalam pembinaan remaja dan keluarga.

“Materi yang disampaikan bukan hanya teori, tapi juga praktik dan pengalaman nyata tentang bagaimana remaja bisa menata diri, menjaga hubungan sosial, dan memahami tanggung jawab moral,” jelasnya.

Dalam kegiatan yang berlangsung di aula MAN 1 Banyuwangi ini, para siswa dibagi menjadi tujuh kelompok. Mereka mendapat berbagai materi tentang pengembangan diri, etika pergaulan, dan bahaya pernikahan dini. Kegiatan berlangsung interaktif dengan sesi tanya jawab dan diskusi kelompok.

Dalam kesempatan itu, Dr. Chairani Hidayat juga mengungkapkan fakta penting yang menjadi dasar pelaksanaan program ini. Menurutnya, Banyuwangi termasuk salah satu kabupaten dengan angka perceraian tertinggi di Jawa Timur.

“Setiap hari ada pasangan yang bercerai, baik dari pernikahan baru maupun lama. Banyak di antaranya terjadi karena kurangnya kesiapan mental dan spiritual,” ungkapnya.

Ia menegaskan bahwa membangun rumah tangga tidak cukup hanya dengan cinta, tetapi membutuhkan kematangan berpikir dan kesiapan menghadapi perbedaan.

“Pernikahan bukan sekadar janji, melainkan tanggung jawab. Karena itu, para remaja perlu belajar sejak dini agar tidak salah langkah,” tegasnya.

Sebelum menutup acara, Dr. Chairani berpesan agar para siswa tetap fokus belajar dan tidak terburu-buru memikirkan jodoh.

“Jodoh sudah ditentukan Tuhan. Tugas kalian sekarang adalah menyiapkan diri menjadi pribadi yang pantas. Orang yang bisa menjaga diri dan menahan hawa nafsu akan menjadi generasi yang kuat,” katanya.

Lantik 34 Pejabat, Bupati Ipuk Minta Perkuat Kolaborasi di Tengah Pengurangan Transfer Pusat

BANYUWANGI (Warta Blambangan) - Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani melantik 34 pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Administrator dan Pengawas, di lingkungan Pemkab Banyuwangi, di GOR Tawangalun Banyuwangi, Rabu (15/10/2025). Dalam pelantikan itu Ipuk berpesan untuk memperkuat kolaborasi dan inovasi di tengah pengurangan dana transfer pusat ke daerah (TKD). 



Pada 2026 dana transfer pusat ke Banyuwangi turun hampir 20 persen, yakni sekitar Rp 665 miliar. 


"Ini adalah tantangan besar buat kita semua. Bagaimana dengan berkurangnya transfer pusat ke daerah tidak mengurangi pelayanan dasar. Layanan publik dasar seperti kesehatan, pendidikan, dan lingkungan tidak boleh terganggu harus tetap berjalan dengan baik," kata Ipuk.


Karena itu di tengah tantangan tersebut, menurut Ipuk kuncinya adalah kolaborasi dan inovasi. "Bagaimana di tengah berkurangnya transfer pusat, kita semua harus lincah menemukan solusi yang bisa mempercepat kerja kita tanpa harus menambah biaya," tambah Ipuk.


Dalam pelantikan itu, Bupati Ipuk melantik sejumlah pejabat di antara pejabat yang dilantik adalah Amir Hidayat sebagai Kepala Dinas Kesehatan, serta dr Siti Asiyah Anggraeni sebagai Wakil Direktur Pelayanan dan Penunjang sekaligus Plt Direkrut RSUD Blambangan, serta sejumlah camat dan lurah.  


Ipuk mengatakan rotasi jabatan ini dilakukan untuk penyegaran agar mencapai kinerja yang terbaik.


"Mudah-mudahan kinerjanya semakin lebih baik dan capaian kinerjanya semakin lebih meningkat lagi,” harap Ipuk.


Dia mengingatkan setiap posisi yang diterima merupakan hasil dari proses panjang, evaluasi, dan penilaian terhadap kinerja, bukan karena kedekatan pribadi.

"Jabatan ini bukan atas bantuan dari seseorang, tapi karena kinerja masing-masing. Bukan karena kedekatan dengan bupati. Saya pastikan bahwa penunjukan ibu bapak semua bebas dari uang atau dana yang diperuntukkan untuk saya," tutup Ipuk. (*)

Puisi Bahasa Osing Guritan Sangang Puluh Sanga (99) Karya Jaenuri Diluncurkan Kadispendik Banyuwangi

Banyuwangi, (Warta Blambangan) Di tengah aroma tanah kenangan Lemahbangdewo yang akrab dengan kenangan masa kecil, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi, H. Suratno, S.Pd., M.M., membuka peluncuran buku puisi berbahasa osing karya Drs. Ir. Jaenuri NZ., M.Pd., bertajuk Guritan Sangang Puluh Sanga (99). Acara berlangsung hangat di LKP TBM ELIT Rogojampi, dihadiri para guru, seniman, dan tokoh kebudayaan Using Banyuwangi.

Suasana menjadi syahdu ketika Suratno secara spontan membacakan puisi berjudul Guru dalam Undharasa Using. Dengan kefasihan yang mengalir alami, ia mendapat tepuk tangan panjang dari audiensi. “Saya tumbuh di Lemahbangdewo, diasuh Mbah Cilik. Masa kecil saya penuh dialek osing. Maka ketika membaca puisi osing, saya seperti pulang,” ujarnya dengan mata berkaca.b


Dalam sambutannya, Kadispendik menegaskan bahwa karya Jaenuri bukan sekadar buku puisi, tetapi juga “peluru kultural” dalam perjuangan agar Bahasa osing diakui sebagai bahasa yang berdiri sendiri, bukan sekadar dialek Jawa seperti tertulis dalam regulasi provinsi. Ia meminta K3S dan MGMP Bahasa osing menjadikan buku ini sebagai referensi bahan ajar. “Anak-anak osing harus bisa membaca puisinya sendiri,” tegasnya.

Peluncuran buku ditandai dengan penandatanganan banner bergambar sampul karya. Di sisi lain, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Taufik Rachman, M.Si., memuji konsistensi Jaenuri yang setiap ulang tahun selalu menerbitkan buku tunggal—tanpa antologi gabungan. “Karya ini bagian dari nguri-nguri pesan leluhur. Ia menulis bukan karena tren, tapi karena panggilan darah osing-nya,” tutur Taufik, seraya berharap buku tersebut kelak mendapat penghargaan Bupati pada Hari Jadi Banyuwangi.

Jaenuri, yang dikenal sebagai penulis lintas profesi, guru, dosen, dan pegiat komunitas—menyebut buku 99 ini sebagai kado untuk dunia pendidikan Banyuwangi. Ia ingin di era digital yang kian deras, anak-anak muda tidak tercerabut dari akar bahasanya. Buku ini tidak dijual, melainkan akan disumbangkan ke perpustakaan sekolah. “Biarlah nanti, empat atau lima tahun mendatang, buku ini hidup di format e-book Dinas Perpustakaan,” ucap kakek dari Arjun, Tribuana, Panjalu, dan Jayabaya ini.

Hadir pula Ketua Kiling Using, Aekanu Haryono, yang mengaku gembira karena “pecut semangat” yang dulu ia berikan membuahkan karya besar. “Prof Nuri,” sapanya akrab, “adalah contoh penulis yang mau ngopi jauh demi silaturahmi dan menulis tanpa henti.”

Ketua Lentera Sastra Banyuwangi, Syafaat, menambahkan bahwa karya semacam ini perlu terus hidup. “Meski masih ada perdebatan tentang status Bahasa Osing—bahasa atau dialek—kita perlu mengapresiasi setiap upaya pelestarian bahasa lokal melalui karya sastra. Banyuwangi butuh lebih banyak puisi seperti ini,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Blambangan, Drs. Hasan Basri, menilai Jaenuri membawa semangat “Ksatria Satrian”—nekat, teguh, dan percaya bahwa sastra bisa menjadi wujud keberanian spiritual.

Apresiasi juga datang dari Ketua MGMP Bahasa osing SMP, Yeti Chotimah, S.Pd., M.Art., dan Ketua Komunitas Kopiwangi, Andi Budi Setiawan, S.Pd., yang menilai karya ini mampu menyalakan semangat literasi di kalangan guru dan siswa. Buku yang dieditori Rhiza E. Purwanto, M.A., dan telah ber-ISBN 978-634-7376-19-0 ini pun menjadi simbol bahwa sastra osing bukan sekadar nostalgia, melainkan gerakan kultural yang hidup dan terus menulis sejarahnya sendiri.

(Bung Aguk/AM/JN-SW)

KIK ke-34 HISKI Resmi Dibuka di BBPMP Jawa Timur: Soroti Sastra dan Aktivisme Sosial di Era Digital

Surabaya, (Warta Blambangan) Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) secara resmi membuka Konferensi Internasional Kesusastraan (KIK) ke-34 di Graha Wiyata Hall, Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Jawa Timur, Jumat (10/10). Tahun ini, konferensi mengangkat tema besar “Sastra dan Aktivisme Sosial”, menyoroti peran sastra dalam mengartikulasikan isu-isu kemanusiaan, lingkungan, dan teknologi digital.

Acara pembukaan dimulai pukul 13.00 WIB, diawali dengan registrasi peserta dan makan siang bersama, dilanjutkan dengan laporan Ketua Pelaksana Prof. Pratiwi Retnaningdyah, Ph.D., serta sambutan dari Ketua Umum HISKI, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum., dan Rektor Universitas Negeri Surabaya, Prof. Dr. Nurhasan. Dalam kesempatan itu, HISKI juga menyerahkan penghargaan “Tokoh Peduli Pantun” serta melakukan penandatanganan MoU antara HISKI Pusat dan UNESA sebagai wujud kolaborasi akademik lintas lembaga. 

Acara turut dimeriahkan dengan peluncuran buku oleh Dr. Much. Koiri, diikuti sesi pleno menghadirkan tiga pembicara utama: Hafidz Muksin, S.Sos., M.Si., Annisa Beta, Ph.D. (University of Melbourne), dan Prof. Milena Mileva (Slovenia).

Setelah sesi utama, peserta mengikuti sesi paralel I dan II yang menghadirkan ratusan pemakalah dari berbagai universitas dan komisariat HISKI di seluruh Indonesia. Sesi ini membahas beragam topik mulai dari ekosastra, feminisme, sastra digital, hingga pendidikan literasi berbasis nilai kemanusiaan.

Konferensi berlanjut pada Sabtu, 11 Oktober 2025, dengan agenda pleno internasional menghadirkan tiga pembicara terkemuka: Dr. Annette Damayanti Lienau dari Harvard University, Dr. Ai Takeshita dari Tokyo University of Foreign Studies, dan Prof. Dr. Wardiman Djojonegoro, tokoh pendidikan nasional.

Rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan sesi paralel III, Rapat Koordinasi Nasional HISKI Pusat dan Daerah (RAKORNAS), penampilan keroncong, serta penutupan dan penyerahan penghargaan pada sore hari.

Ketua Umum HISKI, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, menegaskan bahwa konferensi ini bukan hanya ajang akademik, tetapi juga bentuk tanggung jawab moral komunitas sastra untuk merespons tantangan sosial dan kemanusiaan. “Sastra hari ini bergerak dalam ruang aktivisme. Sastra diharapkan kuat berbicara tentang lingkungan, kesetaraan, spiritualitas, dan teknologi sebagai buah refleksi dari dunia yang terus berubah,” ujarnya. 


Dengan lebih dari 140 pemakalah dan sembilan subtema utama, KIK ke-34 HISKI diharapkan menjadi forum penting bagi pertukaran gagasan, kolaborasi penelitian, dan penguatan jejaring akademik lintas disiplin untuk kemajuan ilmu kesusastraan Indonesia. (Lutfia)

Rayakan HUT ke-80, Kodim 0825 adakan Upacara dan Pembagian Sembako kepada BCM Taman Blambangan

Banyuwangi (Warta Blambangan) Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Tentara Nasional Indonesia (TNI) ke-80, Kodim 0825 Banyuwangi menggelar upacara khidmat di Taman Blambangan, Minggu (5/10/2025). Kegiatan tersebut dipimpin langsung oleh Dandim 0825 Banyuwangi, Letkol (Arm) Triyadi Indrawijaya, S.H., M.I.P., dan berlangsung tertib serta penuh semangat kebangsaan.

Momentum peringatan HUT TNI kali ini terasa lebih istimewa karena diakhiri dengan kegiatan sosial berupa pembagian sembako kepada para pelaku UMKM yang tergabung dalam Banyuwangi Creative Market (BCM) di sekitar Taman Blambangan. Aksi sosial tersebut menjadi wujud kepedulian dan kedekatan TNI dengan masyarakat kecil, khususnya para pelaku ekonomi kreatif lokal.b


“Bakti sosial ini merupakan bentuk nyata kemanunggalan TNI dengan rakyat. Kami ingin kebahagiaan HUT TNI juga dirasakan oleh masyarakat, terutama mereka yang setiap hari berjuang menghidupi keluarga lewat usaha kecil,” ujar Letkol Triyadi usai kegiatan.

Pada usia ke-80, TNI mengusung tema besar “TNI Prima, TNI Rakyat, Indonesia Maju.” Tema tersebut mengandung makna filosofis yang mendalam. Kata prima merupakan akronim dari profesional, responsif, integratif, modern, dan adaptif, yang mencerminkan tekad TNI untuk terus meningkatkan kualitas prajurit agar siap menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks.

Sementara frasa “TNI Rakyat” menegaskan kembali jati diri TNI sebagai penjaga kedaulatan yang lahir dari rakyat, berjuang untuk rakyat, dan senantiasa hadir di tengah-tengah rakyat. Adapun “Indonesia Maju” menjadi tujuan akhir sinergi antara TNI dan masyarakat, yakni mewujudkan bangsa yang berdaulat, mandiri, serta sejahtera.

Letkol Triyadi menambahkan, kemanunggalan TNI dengan rakyat adalah kekuatan utama dalam menjaga keutuhan NKRI. “Kami akan terus berupaya menjadi garda terdepan dalam pertahanan, sekaligus menjadi sahabat rakyat dalam setiap langkah menuju Indonesia yang maju,” tegasnya.

Upacara HUT TNI ke-80 di Taman Blambangan berjalan lancar, diiringi antusiasme masyarakat yang memadati area taman. Suasana penuh keakraban antara prajurit dan warga menjadi bukti nyata semangat kebersamaan dan nasionalisme yang terus tumbuh di Banyuwangi.

Workshop Gemar Berbahasa Asing Dorong Guru MI Banyuwangi Tingkatkan Kompetensi

Banyuwangi (Warta Blambangan) Sebanyak 140 guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) se-Kabupaten Banyuwangi mengikuti Workshop Gemar Berbahasa Asing yang digelar Kelompok Kerja Guru Kelas MI pada Kamis, 25 September 2025, di aula bawah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi. 


Panitia penyelenggara, Siti Nur Khofifah, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan agar madrasah mampu mengikuti arus perkembangan zaman. “Apalagi Banyuwangi dengan sektor pariwisatanya yang tinggi menuntut penguasaan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, sebagai sebuah keniscayaan,” ungkapnya.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, Dr. H. Chaironi Hidayat, dalam sambutannya menekankan pentingnya peran guru MI dalam membentuk memori positif siswa. “Guru madrasah ibtidaiyah adalah sosok yang paling diingat anak setelah guru RA. Maka jangan sampai yang diingat justru hal negatif,” pesannya.

Chaironi juga menambahkan bahwa akselerasi bahasa Inggris di Banyuwangi patut diapresiasi karena semakin terpacu oleh geliat sektor pariwisata yang dibanjiri wisatawan asing. Menurutnya, kompetensi personal seorang guru sangat penting karena yang pertama kali dilihat siswa adalah figur gurunya. Ia juga menyinggung keteladanan Zaid bin Tsabit, juru tulis Nabi Muhammad SAW, yang mampu menguasai bahasa asing hanya dalam 17 hari. “Ini menunjukkan pentingnya kemampuan bahasa sebagai jembatan hubungan antarbangsa,” ujarnya. 


Dalam sesi pertama workshop, hadir dua narasumber. Syafaat, S.H., M.H.I., dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, menyampaikan materi tentang branding madrasah melalui penguasaan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Ia menekankan pentingnya memanfaatkan media sosial dan keterampilan berbahasa untuk meningkatkan citra madrasah di tengah masyarakat.

Narasumber kedua, Dimas Supartono, berbagi kiat-kiat mengajarkan bahasa Inggris kepada siswa agar terasa menyenangkan. Menurutnya, pembelajaran bahasa asing di madrasah harus dikemas kreatif sehingga mampu menumbuhkan minat dan kegemaran siswa dalam belajar.

Workshop ini diharapkan menjadi langkah awal dalam meningkatkan kualitas guru MI Banyuwangi agar lebih siap menghadapi tantangan global, sekaligus mendukung pengembangan pendidikan berbasis kearifan lokal yang selaras dengan kebutuhan zaman. (Syaf)

Bupati Ipuk Fiestiandani Apresiasi Kafilah Banyuwangi di MTQ XXXI Jawa Timur

Jember (Warta Blambanga)  Dalam kesejukan senja yang dipenuhi lantunan ayat suci, langkah seorang pemimpin hadir membawa cahaya doa. Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, mendatangi basecamp kafilah Banyuwangi pada Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-31 tingkat Provinsi Jawa Timur di Jember, Jumat (20/9/2025). Kehadirannya bagaikan embun yang menyejukkan hati para kafilah yang tengah berjuang mengibarkan panji Qur’ani dari ujung timur Pulau Jawa.

Dengan tatapan penuh kasih dan suara yang lembut, Ipuk menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta, baik yang menorehkan kemenangan maupun yang belum digariskan takdir untuk meraih juara. Baginya, setiap peluh yang jatuh, setiap ayat yang dihafal, dan setiap doa yang dipanjatkan adalah kemenangan itu sendiri. 


“Saya tidak pernah berhak kecewa,” ujar beliau dengan mata berkaca, “karena semua hasil ini adalah buah dari usaha sungguh-sungguh, doa orang tua, dan anugerah Allah SWT. Kepada yang juara, saya ucapkan selamat. Dan kepada yang belum, janganlah berkecil hati, sebab Allah selalu menyediakan jalan bagi hamba-Nya yang terus berikhtiar.”

Asisten I Sekda Banyuwangi, Muhammad Yanuar Bramudya, mengabarkan bahwa dari 34 peserta, Banyuwangi telah menorehkan catatan membanggakan. Cabang Musabaqah Fahmil Qur’an Putri berhasil meraih puncak juara, sementara putra menyentuh peringkat ketiga. Tak ketinggalan, cabang hafalan Al-Qur’an 30 juz dan tilawah 1 juz putri yang diikuti Yasmin juga menyumbang peringkat ketiga.

Nama Yasmin menjadi cahaya yang menyentuh hati. Seorang putri tunanetra yang dengan suara merdu tilawahnya menembus dinding keterbatasan. Ketika lantunan ayat suci meluncur dari lisannya, seakan-akan langit ikut bergetar dan bumi memberi ruang. Bukti bahwa cinta kepada Qur’an mampu melampaui segala batas. “Ini sungguh membanggakan,” tutur Ipuk, “karena Yasmin telah mengajarkan kita bahwa yang disebut kelemahan hanyalah semu bila hati berpegang pada firman Allah.”

Dalam kesempatan itu, Ipuk meneguhkan kembali komitmen pemerintah daerah: membangun Banyuwangi dengan kekuatan sumber daya manusia yang unggul dalam iman, ilmu, dan akhlak. “Kemajuan bukan hanya perkara teknologi, melainkan pula perkara cahaya yang bersemayam di hati. Generasi Qur’ani inilah penopang masa depan Banyuwangi,” ucapnya.

Syafaat, pembina kafilah dari Kementerian Agama Banyuwangi, menuturkan bahwa kedatangan Bupati Ipuk bagai angin segar bagi para peserta. “Anak-anak semakin bersemangat. Mereka yang juara mendapat bingkisan langsung dari beliau, dan yang belum berhasil mendapat doa serta motivasi. Itu lebih dari cukup untuk menyalakan api perjuangan kembali,” katanya penuh syukur.

Dengan wajah yang teduh, Bupati Ipuk menutup perjumpaan itu dengan harapan: semoga setiap pengalaman di MTQ kali ini menjadi bekal berharga, semoga setiap suara yang melantunkan Qur’an menjadi doa yang menembus langit, dan semoga Banyuwangi senantiasa dipenuhi generasi yang menjadikan kalam Ilahi sebagai pedoman hidup.


Berlayar dengan Cahaya Kalam Ilahi: Kafilah Banyuwangi Menuju MTQ Jatim XXXI

Banyuwangi (Warta Blambangan) Dari tanah ujung timur pulau, fajar Qur’ani kembali dipantulkan. Sebanyak 34 kafilah Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Kabupaten Banyuwangi resmi diberangkatkan menuju gelanggang suci MTQ Tingkat Provinsi Jawa Timur ke-XXXI yang digelar di Jember, 12–19 September 2025. Di Aula Rempeg Jogopati, Kamis (12/9/2025), doa, harapan, dan restu berpadu dalam satu irama.

Mereka adalah putra-putri pilihan: 19 qari dan hafidz dari barisan lelaki, 15 dari kalangan putri. Semuanya siap menorehkan ayat dengan suara dan hafalan, berkompetisi di 25 cabang lomba. Mereka tidak berangkat sendirian. Sebelas pembina mendampingi langkah; sembilan dari LPTQ Banyuwangi, dua dari LPTQ Jawa Timur. Sejak Juli 2024, peluh dan doa mereka ditempa dalam pembinaan yang panjang hingga September 2025—ibarat menempa pedang agar tajam di medan laga.

Ketua I LPTQ Banyuwangi, Dr. Chaironi Hidayat, S.Ag., M.M., yang juga Kepala Kantor Kementerian Agama, menuturkan bahwa pembinaan dilakukan melalui pola intensif dua pekan sekali, dipadu dengan tujuh kali pembinaan terpusat. “Usaha panjang ini diharapkan membuahkan hasil maksimal, mengantarkan kafilah Banyuwangi tampil percaya diri di Jember,” ucapnya, seakan menyalakan pelita di dada para peserta. 


Lebih jauh, Chaironi mengabarkan kabar bahagia: dua tokoh Banyuwangi, Dewasa dan Ustadz Yasin Habibi, dipercaya menjadi dewan hakim MTQ Jawa Timur ke-XXXI. Amanah itu, katanya, adalah kepercayaan yang harus dijaga dengan keadilan, bahkan ketika harus menilai anak-anak Banyuwangi sendiri.

Dari panggung doa, suara Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, meneteskan makna lain. Baginya, MTQ bukan sekadar perlombaan melagukan Kalamullah. Ia adalah jalan membangun karakter dan peradaban. “Jika semakin banyak anak-anak Banyuwangi mencintai dan mengamalkan Al-Qur’an, saya yakin masa depan Banyuwangi akan lebih baik,” ucapnya, dengan keyakinan yang menyerupai doa ibu pada anaknya.

Ipuk pun menitipkan pesan keberangkatan. “Kalian berangkat bukan hanya membawa nama pribadi, tetapi juga nama baik Banyuwangi. Tunjukkan kemampuan terbaik, dan insyaallah pulang membawa kabar gembira,” katanya, menutup dengan restu penuh kebanggaan.

MTQ Jawa Timur ke-XXXI sendiri akan dibuka pada Sabtu malam (13/9/2025) di Stadion Universitas Negeri Jember. Lomba akan berlangsung 14–19 September, dengan penutupan pada Jumat malam (19/9/2025). Di Hotel GM253 Jember, kafilah Banyuwangi akan berdiam, menjadikannya basecamp perjuangan, sementara dukungan transportasi telah disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. 


Di pundak mereka, ayat suci bukan sekadar bacaan. Ia menjelma pelita, menjelma nafas, menjelma cahaya yang siap membawa harum nama Banyuwangi di kancah provinsi.


FGD Deteksi Dini Konflik Keagamaan, Kemenag Banyuwangi Perkuat Sinergi Lintas Sektor

Banyuwangi (Warta Blambangan) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi melalui Seksi Bimbingan Masyarakat Islam menggelar Fokus Group Discussion (FGD) tentang Early Warning System (deteksi dan pencegahan dini konflik keagamaan) di Balai Nikah KUA Kecamatan Gambiran, Selasa (09/09/2025). Kegiatan diikuti 50 peserta yang terdiri atas kepala KUA, penyuluh agama, tokoh masyarakat, serta unsur Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimka).

Acara dibuka oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Drs. H. Moh. Jali, M.Pd.I., mewakili Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi. Ia menegaskan bahwa deteksi dan pencegahan dini merupakan langkah strategis agar potensi konflik, baik antarumat maupun internal umat beragama, dapat segera diantisipasi. 


Diskusi berlangsung interaktif dengan menghadirkan pandangan lintas sektor. Camat Gambiran, Bambang Suryono, mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati menggunakan media sosial. Kapolsek Gambiran, AKP Badrodin Hidayat, menambahkan bahwa media sosial kerap menjadi saluran tercepat penyebaran provokasi, sehingga pemahaman agama yang baik sangat diperlukan, khususnya bagi generasi muda.

Dari unsur TNI, perwakilan Danramil Gambiran, Mujiono, menekankan pentingnya manajemen teritorial melalui peran Babinsa dalam mendeteksi potensi konflik sejak dini. Kepala KUA Banyuwangi, Abdul Aziz, juga mengingatkan bahwa konflik internal umat beragama perlu menjadi perhatian serius melalui penguatan komunikasi di tingkat lokal.

Tokoh lintas agama turut menyampaikan pandangan. Penyuluh Hindu, Andi Purnomo, mendorong penyebaran konten positif di media sosial. Penyelenggara Hindu, Oksan Wibowo, mengapresiasi harmoni masyarakat Banyuwangi yang hidup rukun dalam keberagaman. Dari FKUB, Imam Mukhlis menyoroti pentingnya pendidikan agama yang diajarkan oleh guru seagama untuk menghindari kesalahpahaman, senada dengan pernyataan Penyuluh Agama Katolik, Fransiska Niken Trihartini.


Sementara itu, Ketua MWCNU Genteng, Syaifudin Zuhri, menilai konflik di Indonesia lebih banyak dipicu faktor non-agama seperti kesenjangan sosial, namun tokoh agama dan ASN memiliki tanggung jawab moral untuk mencegah konflik dari berbagai sumber.

Kepala KUA Gambiran sekaligus Ketua Panitia, Gufron Musthofa, berharap kegiatan ini memperkuat semangat persaudaraan dan memperkokoh harmoni antarumat beragama. Seluruh peserta sepakat bahwa sinergi lintas sektor menjadi kunci utama menjaga kerukunan. Media sosial didorong sebagai sarana dakwah dan edukasi, sementara tokoh agama dan masyarakat tetap menjadi garda terdepan merawat kerukunan di Banyuwangi.


Bimas Islam Sabet Juara Umum, Lomba HUT RI Kemenag Banyuwangi Jadi Simbol Soliditas


Banyuwangi (Warta Blambangan) Suasana riuh penuh gelak tawa, kebersamaan, dan energi positif mewarnai peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi. Tidak hanya sekadar seremoni, perayaan tahun ini berubah menjadi momentum pengikat kebersamaan keluarga besar Kemenag, ketika seluruh seksi dan pegawai terlibat aktif dalam enam perlombaan unik yang digelar sejak tanggal 27 Agustus 2025. 


Kepala Kantor Kemenag Banyuwangi, Dr. Chaironi Hidayat, hadir sekaligus ikut meramaikan perlombaan dengan penuh keakraban. Saat pengumuman pemenang lomba pada Jumat siang, beliau menekankan bahwa nilai kebersamaan jauh lebih bermakna dibandingkan hadiah yang diperebutkan.

> “Hadiah itu simbolis saja, yang penting kita semua bergembira. Nilainya tidak seberapa, tetapi tawa, keceriaan, dan kekompakan inilah yang sangat berarti. InsyaAllah tahun depan kita buat lebih meriah lagi,” tegasnya yang langsung disambut tepuk tangan meriah dari peserta.

Enam lomba yang dipertandingkan—baris-berbaris dengan mata tertutup, estafet air, makan kerupuk, makan biskuit, yel-yel, hingga lomba memasak ala Arabian—menjadi ajang adu kreatifitas sekaligus pengikat emosional antarpegawai. Setiap seksi tampil dengan semangat tinggi, mencerminkan bahwa peringatan kemerdekaan bukan hanya tentang mengenang masa lalu, tetapi juga memperkuat kolaborasi di masa kini.

Hasil perlombaan menunjukkan dominasi Seksi Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam yang berhasil menyabet lima gelar juara dari enam cabang lomba, sehingga berhak menyandang predikat juara umum. Keberhasilan ini bukan hanya soal capaian lomba, tetapi sekaligus cerminan soliditas dan kekompakan tim Bimas Islam yang begitu kuat. 


> “Alhamdulillah, semua seksi kompak. Namun yang paling berkesan tentu adalah kebersamaan yang terjalin di antara kita semua. Inilah semangat Kemenag Banyuwangi dalam merayakan kemerdekaan,” ungkap Oksan Wibowo, salah satu panitia lomba.

Acara ditutup dengan pembagian hadiah sederhana berupa laptop, kipas angin, dan tas, sebagai simbol apresiasi atas semangat dan partisipasi peserta. Meski tidak bernilai tinggi secara materi, hadiah tersebut menjelma sebagai ikon penghargaan atas semangat kolektif keluarga besar Kemenag Banyuwangi, Jumat (29/08/2025)

Lebih jauh, Dr. Chaironi mengingatkan bahwa semangat kebersamaan ini tidak boleh berhenti pada momentum HUT RI semata, tetapi harus dijaga dalam keseharian di lingkungan kerja Kemenag. Dengan demikian, nilai kebersamaan yang tercipta dalam riuh tawa lomba akan menjadi modal sosial untuk melahirkan kinerja yang semakin solid dan produktif.

BCM Banyuwangi Creative Market Padukan Kreativitas, Semangat Kemerdekaan, dan Sosialisasi P4GN

Banyuwangi, (Warta Blambangan) Suasana Taman Sritanjung dan Taman Blambangan Banyuwangi pada akhir pekan, Sabtu–Minggu (24–25/8/2025), bergelora dengan kehadiran Banyuwangi Creative Market (BCM). Ribuan warga memadati lokasi untuk menyaksikan perhelatan akbar yang kali ini tampil berbeda: memadukan kreativitas UMKM, semangat peringatan HUT RI ke-80, serta sosialisasi Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).v


Ketua BCM, Rahmat, menyebut kegiatan kali ini penuh energi dan sangat bermanfaat.

“Alhamdulillah, kegiatan luar biasa. Semangatnya meledak, apalagi dengan tambahan sosialisasi P4GN yang benar-benar membuka mata. Banyak informasi penting yang bermanfaat bagi para pelaku UMKM. Sosialisasi semacam ini harus terus digencarkan,” ujarnya penuh semangat.

Meskipun omzet pelaku UMKM pada Agustus sedikit menurun akibat masyarakat sibuk dengan euforia kemerdekaan, Rahmat memastikan kondisi usaha tetap tangguh. “Kalau dibandingkan dengan tahun lalu, levelnya masih sama. Agustus biasanya turun, tapi semangat UMKM tidak pernah padam,” tambahnya.

Kemeriahan BCM semakin terasa karena para pedagang tampil dengan busana adat tradisional dan kostum pejuang kemerdekaan. Dari batik Jawa, udeng Bali, sarung Madura, hingga pakaian adat dari wilayah timur Indonesia, semuanya menyatu dalam lautan warna yang menegaskan kebhinekaan. Suasana perjuangan tempo dulu seakan hidup kembali, berpadu dengan kreativitas masa kini.

Tak sekadar transaksi jual beli, BCM juga menghadirkan ruang edukasi dan kampanye sosial. Melalui sosialisasi P4GN, para pelaku UMKM dibekali pemahaman tentang bahaya narkoba dan dampaknya terhadap generasi muda. Muhammad Hakim Said dari Yayasan Rumah Kebangsaan Banyuwangi menegaskan pentingnya keterlibatan semua pihak dalam pencegahan narkoba.

“UMKM adalah tulang punggung ekonomi rakyat. Kalau mereka sehat dan bersih dari narkoba, otomatis masyarakat juga kuat. Kita tidak boleh lengah, karena narkoba bisa menyasar siapa saja, termasuk kalangan pelaku usaha,” ungkapnya.

Ia menambahkan, kegiatan BCM menjadi momentum penting untuk menggabungkan promosi ekonomi kreatif dengan gerakan sosial. “Kami berharap kesadaran masyarakat semakin meningkat sehingga Banyuwangi benar-benar bisa terbebas dari darurat narkoba,” tegas Hakim Said.

BCM pun kembali membuktikan dirinya sebagai motor penggerak UMKM sekaligus panggung perjuangan budaya dan sosial. Dengan dukungan penuh pemerintah daerah, Rahmat optimistis BCM akan terus melahirkan inspirasi dan membawa UMKM Banyuwangi naik kelas.

“Harapan ke depan tetap sama: pemerintah daerah terus mendukung. Karena dari sinilah UMKM kita akan semakin kuat,” pungkasnya.

Di tengah semarak peringatan 80 tahun kemerdekaan RI, BCM tampil bukan sekadar pasar kreatif, melainkan simbol perlawanan terhadap narkoba, wujud persatuan budaya, sekaligus kebangkitan ekonomi rakyat Banyuwangi.

Banyuwangi Paparkan Inovasi 9 Tatanan pada Verifikasi Lanjutan Kabupaten Sehat

BANYUWANGI (Warta Blambangan) Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mengikuti tahap Verifikasi Lanjutan dalam rangka penilaian Kabupaten/Kota Sehat (KKS) Tingkat Nasional Tahun 2025. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring pada Senin (11/8/2025) dengan melibatkan tim penilai pusat, tim pembina KKS Provinsi Jawa Timur, serta pemangku kepentingan daerah.b


Tahap Verifikasi Lanjutan merupakan proses krusial untuk memperoleh penghargaan Swasti Saba Wistara, yakni predikat tertinggi yang diberikan kepada daerah yang mampu mewujudkan lingkungan bersih, nyaman, aman, dan sehat. Kegiatan ini dipimpin oleh Ketua Tim Verifikasi KKS Pusat, Anugerah, dan diikuti oleh Wakil Bupati Banyuwangi Mujiono, Plh. Sekretaris Daerah Guntur Priambodo, Ketua Forum Banyuwangi Sehat Soekardjo, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Banyuwangi Anna Mujiono, serta jajaran Organisasi Perangkat Daerah terkait.

Dalam paparannya, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengemukakan bahwa Kabupaten Banyuwangi telah lima kali memperoleh penghargaan sebagai Kabupaten Sehat Tingkat Nasional, dengan dua di antaranya (2019 dan 2021) berhasil meraih predikat Swasti Saba Wistara. Pada tahun 2025 ini, Pemerintah Kabupaten menargetkan kembali meraih predikat tersebut melalui penguatan inovasi pada sembilan tatanan Kabupaten Sehat. Kesembilan tatanan tersebut mencakup:

1. Kehidupan Masyarakat Sehat Mandiri;

2. Permukiman dan Fasilitas Umum;

3. Satuan Pendidikan;

4. Pasar;

5. Perkantoran dan Perindustrian;

6. Lalu Lintas;

7. Pariwisata;

8. Perlindungan Sosial; dan

9. Penanggulangan Bencana. 


Bupati Ipuk mencontohkan beberapa inovasi strategis, di antaranya pendirian Mall Orang Sehat pada tatanan Masyarakat Sehat Mandiri. Inovasi ini bertujuan mengubah paradigma masyarakat dari pola pikir “datang ke puskesmas saat sakit” menjadi “memanfaatkan layanan kesehatan meski dalam kondisi sehat” untuk konsultasi dan deteksi dini potensi penyakit.

Selain itu, Pemkab Banyuwangi juga mengimplementasikan Puskesmas Asuhan Spesialistik (PAS) yang melibatkan 38 dokter spesialis kebidanan dan kandungan (Obstetri dan Ginekologi) serta dokter spesialis anak untuk melakukan pendampingan kepada puskesmas. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi sumber daya manusia kesehatan, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi, serta memperkuat jejaring layanan kesehatan dari hulu ke hilir.

Pada tatanan Pasar Sehat, Pemerintah Kabupaten menerapkan kebijakan pembatasan pendirian pasar modern berjejaring baru untuk melindungi keberlangsungan pasar tradisional dan usaha toko kelontong. Kebijakan ini didukung oleh pembinaan dan penataan fasilitas pasar agar memenuhi standar kesehatan dan kenyamanan.

Tim Verifikasi KKS Pusat memberikan apresiasi terhadap sinergi lintas sektor dan komitmen Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Ketua Tim, Anugerah, menyatakan bahwa kerja sama yang terbangun di tingkat daerah menjadi modal penting dalam mewujudkan lingkungan yang sehat secara berkelanjutan. Tim verifikator juga memberikan masukan teknis terkait kelengkapan dokumen sebagai bagian dari proses penilaian.

Dengan langkah-langkah inovatif dan kolaboratif tersebut, Banyuwangi diharapkan mampu kembali meraih predikat Swasti Saba Wistara, sebagai pengakuan nasional atas keberhasilan menciptakan tatanan wilayah yang mendukung kesehatan masyarakat secara menyeluruh.

Pemkab Banyuwangi Kembali Raih Penghargaan Kabupaten Layak Anak Kategori Nindya


BANYUWANGI (Warta Blambangan) Kabupaten Banyuwangi kembali meraih predikat Kabupaten Layak Anak (KLA) Kategori Nindya dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA). Penghargaan ini diserahkan Wakil Menteri PPPA Veronica Tan bersama Kepala BNPT Komjen Pol Eddy Hartono, dan diterima Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Banyuwangi Henik Setyorini, di Auditorium KH. M. Rasjidi Kementerian Agama RI, Jakarta, Jumat malam (8/8/2025). 

Capaian ini menandai keberhasilan Banyuwangi mempertahankan predikat Nindya selama dua tahun berturut-turut. Penilaian Kemen PPPA diberikan atas komitmen pemerintah daerah mewujudkan lingkungan aman, nyaman, dan ramah bagi tumbuh kembang anak.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyebut penghargaan tersebut sebagai hasil kerja kolektif berbagai pihak. “Kita bersyukur upaya menciptakan ruang nyaman bagi tumbuh kembang anak mendapat apresiasi. Ini adalah komitmen bersama menjadikan Banyuwangi semakin ramah anak,” ujarnya, Sabtu (9/8/2025).

Ipuk menegaskan, kontribusi pemerintah, sekolah, masyarakat, dunia usaha, TNI-Polri, hingga peran aktif orang tua menjadi faktor kunci. Pemkab, lanjutnya, terus menghadirkan program berpihak pada anak seperti penyediaan fasilitas publik ramah anak, pemerataan akses pendidikan dan kesehatan, serta pengembangan ruang kreatif untuk partisipasi anak.

“Kami juga aktif membuka konsultasi bagi anak dan remaja untuk menjaga kesehatan mental mereka, rutin menggelar musrenbang anak, serta menindaklanjuti aspirasi dan rekomendasi yang mereka sampaikan,” kata Ipuk.

Bupati Banyuwangi itu mengajak seluruh elemen masyarakat berperan menciptakan lingkungan ramah anak, mulai dari keluarga, sekolah, hingga ruang publik. “Ini tanggung jawab bersama. Semua pihak harus terlibat agar daerah kita benar-benar layak anak,” tegasnya.


71 Majelis Taklim di Gambiran Terima SKT, Simbol Tertibnya Penataan Umat

Gambiran (Warta Blambangan) – Sebanyak 71 majelis taklim di Kecamatan Gambiran resmi menerima Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dari Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi. Penyerahan dilakukan secara simbolis di mushola Kantor Urusan Agama (KUA) Gambiran, menandai langkah penting dalam penataan kelembagaan keagamaan di tingkat akar rumput. 


Acara yang digelar sederhana namun penuh makna tersebut dihadiri oleh para tokoh agama, pengelola majelis taklim, serta para penyuluh agama Islam. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi diwakili oleh Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam, Mastur, yang dalam sambutannya menyampaikan pentingnya SKT sebagai instrumen legalitas dan arah dakwah yang lebih tertata.

> “SKT bukanlah sekadar lembaran administrasi. Ia adalah bukti hadirnya negara untuk menguatkan jalan dakwah, untuk menata gerak pengajian agar semakin terarah dan membawa maslahat,” ungkap Mastur.

Mastur juga menekankan bahwa majelis taklim bukan hanya tempat berkumpulnya masyarakat untuk mengaji, tetapi merupakan pilar peradaban Islam yang menanamkan nilai iman, takwa, dan ukhuwah.

Senada dengan itu, Kepala KUA Gambiran, Ghufron Mustofa, menegaskan bahwa proses penyerahan SKT ini merupakan hasil dari kerja keras dan sinergi antara para penyuluh, pengurus majelis taklim, serta jajaran KUA. Ia menambahkan bahwa SKT menjadi penanda jati diri kelembagaan yang sah dan kuat bagi setiap majelis taklim.

> “Kami tidak hanya menyerahkan SKT, tetapi juga menanam benih ketertiban dan kejelasan arah. Dengan SKT, majelis taklim memiliki dasar hukum yang kokoh,” ujarnya.

Ghufron juga memberikan apresiasi khusus kepada Dalilatus Sa’adah, penyuluh agama Islam yang dengan dedikasi tinggi memimpin proses pendataan dan pendampingan majelis taklim hingga tuntas.

Suasana haru menyelimuti acara. Banyak pengurus majelis taklim yang hadir menyambut SKT ini dengan rasa syukur dan harapan baru. Bagi mereka, dokumen ini adalah bentuk pengakuan atas perjuangan dakwah yang telah mereka jalani dengan penuh keikhlasan.

> “Selama ini kami berjalan dengan niat. Kini kami berjalan pula dengan arah yang jelas dan landasan hukum yang sah,” ujar seorang pengurus majelis taklim dari Dusun Lidah.

Mereka berharap, penerbitan SKT akan menjadi awal dari pembinaan yang lebih terstruktur, pelatihan rutin, serta dukungan pemerintah dalam penguatan kapasitas kelembagaan. Majelis taklim diharapkan tidak hanya menjadi ruang pengajian, tetapi juga pusat tumbuhnya nilai kebajikan dan pendidikan Qur’ani.

Penyerahan SKT ini bukanlah akhir dari proses, melainkan awal dari tata kelola keagamaan yang lebih rapi. Dari mushola kecil di Gambiran, cahaya gerakan dakwah yang tertib mulai menyala—membawa harapan besar bagi masa depan umat yang lebih terdidik, bersatu, dan penuh rahmat.


Hoki BCM yang Tertinggal di Taman Blambangan

 *Hoki BCM yang Tertinggal di Taman Blambangan*


Car Free Day di Taman Blambangan sudah berlangsung enam tahun. Tidak panjang sebenarnya, tapi cukup untuk menciptakan satu rutinitas sosial yang halus, nyaris tak terdengar, namun bekerja seperti detak jam dinding yang sudah akrab di telinga: diam-diam ada, diam-diam ditunggu. Setiap Minggu pagi, sejak pukul lima sampai sekitar pukul sepuluh, ada sesuatu yang lebih dari sekadar orang-orang berolahraga. Ada aroma nasi tempong yang baru matang. Ada suara penggorengan mendesis dan tawa anak-anak yang merengek dibelikan mainan dari kayu atau sabun. Ada lapak-lapak yang dihamparkan malam hari dan digulung kembali ketika mentari menjelang siang. Semua ini berlangsung tanpa riuh, tanpa protes, tanpa proposal bantuan. Seperti semesta kecil yang bekerja berdasarkan saling percaya.



Kita sering mendengar kalimat seperti ini di media: “Pemerintah tidak akan memberikan pekerjaan kepadamu. Tapi ketika kamu mulai mendapat penghasilan, maka pemerintah akan datang untuk menagih pajakmu.” Kita bisa menyepakati kalimat itu dengan senyum masam atau geleng kepala. Tapi buat kawan-kawan yang berdagang di BCM (Banyuwangi Creative Market) yang selama ini setia menata lapak di seputaran Taman Blambangan, itu bukan kalimat kiasan. Itu adalah kenyataan. Mereka tak menuntut gaji, tak berharap proyek, apalagi tunjangan. Mereka hanya butuh ruang. Bukan ruang yang mewah. Hanya beberapa meter untuk membentangkan tikar, menata kerajinan tangan, menyusun minuman tradisional, dan menunggu pembeli yang mereka tahu akan datang karena telah menjadi langganan, telah menjadi bagian dari siklus sosial selama enam tahun. Tapi sekarang, ruang kecil itu hendak digeser. Mereka diminta pindah ke jalan Ahmad Yani, Mungkin ini urusan estetika. Mungkin pemerintah menganggap Taman Blambangan sudah terlalu ramai. Atau mungkin pemerintah sedang ingin menunjukkan bahwa mereka sedang menata kota. Bukankah relokasi selalu punya kata pembenaran yang elegan? Penataan. Penertiban. Estetika. Kerapian. Semua terdengar baik. Tapi kita tahu, dalam praktiknya, tidak semua yang rapi itu adil.


Saya percaya pada yang namanya hoki. Sebagian dari kita menyebutnya keberuntungan, sebagian menyebutnya aura rezeki. Tapi bagi para pedagang kecil, hoki adalah bagian dari strategi bertahan hidup. Tempat yang ramai bukan selalu berarti tempat yang menghasilkan. Di Ahmad Yani, lalu lintasnya padat. Orang banyak lalu lalang. Tapi tak semua yang datang berminat belanja. Sementara di Taman Blambangan, para pembeli bukan sekadar lewat. Mereka datang memang untuk membeli. Untuk mampir. Untuk menyapa. Untuk jajan setelah jogging. Ada relasi sosial yang dibangun perlahan dan setia. Ada pedagang yang akhirnya mencoba pindah ke Ahmad Yani. Hasilnya? Banyak yang datang. Tapi tidak banyak yang membeli. Seperti tamu undangan yang datang ke pameran, hanya melihat-lihat, sekfi lalu pulang. Bukan pengunjung. Bukan pembeli. Tidak ada interaksi. Tidak ada "hoki."


Saya selalu berpikir bahwa ruang publik adalah cermin bagaimana kita memperlakukan warganya. Jika sebuah kota tidak menyediakan ruang yang manusiawi bagi warganya untuk bertahan hidup secara layak, maka kota itu bukan sedang ditata, melainkan sedang didekorasi. Dan dekorasi hanya menutupi yang seharusnya dibuka. Kota ini tidak kekurangan ruang. Tapi sering kali ruang-ruang itu disediakan untuk yang besar, yang punya modal, yang berjejaring dengan kekuasaan. Sedangkan yang kecil, yang menunduk pelan, yang hanya ingin menjual minuman kunyit asam dan bros dari kain perca, harus berpindah. Harus menyesuaikan. Harus menelan penjelasan birokrasi yang tak pernah benar-benar mengerti bahwa rezeki tak hanya soal strategi pasar. Tapi juga soal kenyamanan. Soal relasi batin. Soal tempat yang akrab. Saya pernah melihat seorang ibu tua membuka lapaknya pukul setengah lima pagi. Di lapaknya ada keripik singkong, peyek udang, dan kerajinan dari limbah koran. Ia duduk tenang. Senyumnya muncul ketika pembeli datang. Kadang hanya tanya-tanya, kadang benar-benar membeli. Tapi ia tahu, setiap Minggu akan ada saja yang kembali. Yang mencari lagi. Yang menunggu rasa pedas peyek udangnya. Kalau kemudian ia diminta pindah, bukan hanya tempatnya yang hilang. Tapi juga langganannya. Jejak-jejak kecil yang telah ia ukir perlahan. Kota ini mungkin tak akan merasa kehilangan. Tapi ibu itu akan kehilangan. Dan itu bukan sekadar kehilangan penghasilan, tapi kehilangan kehidupan.


Kita tidak sedang berbicara soal menata ulang pasar. Kita sedang bicara soal keberlangsungan. Soal keberanian untuk mengakui bahwa terkadang yang kecil dan bersahaja itu lebih berkontribusi pada wajah kota daripada bangunan megah yang sepi. Kita sedang bicara tentang taman yang bukan hanya tempat selfie atau konser. Tapi tempat di mana kehidupan kecil tumbuh dan bertahan.


Car Free Day bukan hanya tentang bebas kendaraan. Tapi juga tentang ruang hidup. Ruang sosial. Ruang ekonomi. Dan ketika ruang itu dipersempit atau dipindah tanpa mempertimbangkan ekosistem kecil yang telah tumbuh di dalamnya, maka yang kita hasilkan bukanlah penataan, melainkan pengusiran yang halus. Saya kira, para pedagang BCM itu bukan menolak perubahan. Mereka hanya ingin diajak bicara. Diajak mendesain bersama. Diberi ruang untuk menyampaikan rasa. Karena pada akhirnya, sebuah kota bukan dibangun dari beton semata, tapi dari dialog. Dari empati. Dari cara kita mendengar suara-suara kecil yang selama enam tahun telah membantu kota ini berdenyut setiap Minggu pagi. Dan mungkin, sesederhana ini permintaan mereka: biarkan kami tetap di tempat yang sudah kami rawat. Karena di sanalah rezeki kami tinggal. Di sanalah hoki kami menunggu.

PP ISNU Siap Berdayakan SDM Unggul Dukung Astacita Presiden Prabowo

JAKARTA (Warna Blambangan) Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU) menyatakan kesiapannya untuk menggerakkan dan memberdayakan sumber daya manusia (SDM) unggul yang dimiliki demi mendukung visi besar pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, khususnya dalam menyukseskan agenda Astacita. 


Pernyataan itu disampaikan langsung oleh Ketua Umum PP ISNU, Kamaruddin Amin, dalam acara Halaqah, Pelantikan, dan Mukernas PP ISNU 2025–2030 yang digelar di Jakarta, Rabu (30/7/2025).

“Halaqah ini bukan hanya seremonial, tetapi menjadi komitmen kami untuk bergerak memberdayakan SDM yang kami miliki untuk memberikan dampak bagi tercapainya Indonesia Emas,” tegas Kamaruddin dalam keterangan resminya.

Acara halaqah tersebut dibuka langsung oleh Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, dan menjadi titik awal dimulainya kerja-kerja strategis badan otonom Nahdlatul Ulama (NU) yang menaungi para sarjana NU tersebut.

Kamaruddin menambahkan, dengan kekuatan ribuan sarjana NU yang tersebar di berbagai daerah dan bidang keahlian, ISNU siap memberikan kontribusi nyata dalam pencapaian Astacita, delapan cita-cita strategis Presiden Prabowo yang menitikberatkan pada pembangunan manusia, transformasi ekonomi, dan kedaulatan bangsa.

“ISNU bukan hanya komunitas intelektual, melainkan kekuatan strategis bangsa. Ini saatnya kami turun tangan dan memberi solusi konkret,” ungkapnya.

Forum Pra-Halaqah: ISNU Dorong Investasi Global

Sebelum penyelenggaraan halaqah, PP ISNU telah menginisiasi langkah awal melalui rangkaian diskusi bertajuk ISNU Forum Investment on Trade, yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus menjaring minat investasi asing.

Forum tersebut menghadirkan sejumlah tokoh internasional dan investor untuk membahas potensi kerjasama ekonomi yang lebih luas, sekaligus memperkenalkan peluang strategis Indonesia kepada dunia luar.

Beberapa tokoh penting yang hadir dalam forum tersebut antara lain Chairman Mitra Global & Binwan Group Sohail Sattar Quraeshi, Founder Danny Darussalam Tax Center (DDTC) Darussalam, pengusaha Lucia Liaw, serta Guru Besar Hukum dan Politik Perpajakan Nasional Prof. Edi Slamet Irianto.

Turut hadir pula Ketua Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun dan sejumlah pengusaha nasional yang menunjukkan komitmen untuk bersinergi dengan ISNU dalam mendongkrak investasi, utamanya di sektor riil dan digital.

Kontribusi Nyata Menuju Indonesia Emas

Dengan bekal kapasitas akademik, jejaring luas, dan basis nilai keislaman yang kuat, PP ISNU bertekad untuk menjadi mitra strategis pemerintah dalam mendorong pembangunan nasional berbasis ilmu pengetahuan, etika, dan pemberdayaan masyarakat.

“Indonesia Emas bukan hanya cita-cita, tapi target yang harus diwujudkan dengan kerja kolaboratif. ISNU hadir untuk menjadi bagian dari kerja besar itu,” pungkas Kamaruddin.


Diguyur Hujan Deras, Pertarungan Etape Tiga Tour de Banyuwangi Ijen Kian Panas

BANYUWANGI (Warta Blambangan) Etape Tiga Tour de Banyuwangi Ijen (TdBI) 2025 berubah menjadi arena perang terbuka di bawah guyuran hujan deras, Rabu (30/7/2025). Sejak bendera start dikibarkan di RTH Glenmore, lintasan sepanjang 140,3 kilometer yang berakhir di Kantor Bupati Banyuwangi dipenuhi drama, jatuh-bangun, serta duel sengit yang memompa adrenalin. 


Hujan yang mengguyur sejak pagi membuat lintasan basah dan licin, menambah kesulitan di medan rolling (naik turun) dengan tanjakan legendaris sepanjang 14 kilometer. Gradien mencapai 15 persen dan elevasi 527 mdpl membuat para pembalap tercekik di setiap kayuhan pedal. Etape ini benar-benar menjadi pemanasan brutal sebelum Gunung Ijen yang menanti di etape pamungkas.

"Hujan yang sangat deras membuat kondisi lintasan benar-benar ekstrem. Bahkan kadang jalannya seperti hilang tertutup air. Etape tiga ini jauh lebih sulit dibanding dua etape sebelumnya," ungkap pembalap Belanda, Jeroen Meijers (Victoria Sports Pro Cycling Filipina), yang masih bertahan sebagai pemegang Ijen Sulfur Jersey (Yellow Jersey).

Kecelakaan pun tak terhindarkan. Pembalap Indonesia, Syelhan Nurahmat Muhammad (ASC Monster Indonesia), sempat terpelanting akibat jalan licin. Namun, semangat juangnya tidak padam. "Saya langsung bangkit lagi dan mengejar peloton. Bersyukur bisa mempertahankan Best Indonesian Rider (Banyuwangi Reborn Jersey)," tegas Syelhan.

Sejak kilometer nol, tensi perlombaan langsung membara. Peerapong Landgern (Roojai Insurance Thailand) melancarkan breakaway berani, disusul Kyeongho Min (Seoul Cycling Team). Landgern sukses mengamankan intermediate sprint pertama di KM 26 (Dasri), sebelum akhirnya dikejar oleh tiga pembalap lainnya: Bernard Benyamin Van Aert (Anonymous Cycling Team Indonesia), Nur Amirull Fakhruddin Mazuki (Terengganu Cycling Team Malaysia), dan Martti Lenzius (Quick Pro Team Estonia).

Lima pembalap itu memimpin hingga intermediate sprint kedua dan ketiga di KM 58 (Jajag) dan KM 95 (Rogojampi), yang masing-masing disapu oleh Bernard. Namun, drama sesungguhnya terjadi menjelang tanjakan King of Mountain (KOM) di KM 114 Pakel. Peleton melaju kencang, mengejar breakaway, hingga akhirnya formasi pecah.

Di tanjakan Pakel, Nicolo Petiti (Swatt Club Italia) melancarkan serangan mematikan dan sukses merebut poin penuh di KOM, sekaligus mempertahankan Polkadot Jersey. "Saya melihat 5 rider di depan mulai melemah, langsung saya ambil kesempatan. Ini semua berkat kerja tim yang luar biasa," kata Petiti dengan senyum puas.

Setelah tanjakan, medan basah dan licin memecah konsentrasi. Sisa 19 pembalap bersaing ketat dalam sprint mematikan menuju garis finis. Suara gemuruh roda dan teriakan tim penonton pecah saat Carter Bettles (Roojai Insurance Thailand) menghempaskan lawannya di detik terakhir. Ia mencatatkan waktu 3 jam 13 menit 07 detik dan keluar sebagai juara Etape Tiga.

Nicolo Petiti yang tampil eksplosif finis di posisi dua, disusul Lucas De Rossi (China Anta - Mentech Cycling Team) di tempat ketiga.

Meski gagal podium, Jeroen Meijers berhasil mengamankan posisi tujuh, cukup untuk mempertahankan Ijen Sulfur Jersey (Yellow Jersey) sekaligus Best Sprint (Blue Fire/Green Jersey). Persaingan menuju Etape Empat, yang akan mendaki legendaris Gunung Ijen, dijamin akan semakin panas.

TdBI 2025 benar-benar menyajikan tontonan kelas dunia. Hujan deras, lintasan licin, dan tanjakan kejam hanya membuat semangat para pembalap semakin membara. Semua mata kini tertuju pada Etape Empat. Siapa yang akan menaklukkan Gunung Ijen dan mengukir sejarah? Banyuwangi siap jadi saksi! (*)


 
Copyright © 2013. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Template Modify by Blogger Tutorial
Proudly powered by Blogger