Pages

Tampilkan postingan dengan label Kabar dan Wawasan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kabar dan Wawasan. Tampilkan semua postingan

Efektivitas Pelaksanaan Bimbingan Remaja Usia Sekolah di Madrasah Aliyah An-Nur Kecamatan Kalibaru

Banyuwangi (Warta Blambangan) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi melalui Seksi Bimbingan Masyarakat Islam melaksanakan kegiatan Bimbingan Remaja Usia Sekolah (BRUS) di Madrasah Aliyah (MA) An-Nur, Kecamatan Kalibaru. Kegiatan ini diikuti oleh 150 peserta didik yang dikelompokkan ke dalam tiga kelompok belajar dan dilaksanakan selama kurang lebih delapan jam.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi yang diwakili oleh Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam, H. Mastur, menyampaikan bahwa pelaksanaan BRUS merupakan bagian dari strategi pembinaan remaja dalam rangka penguatan karakter, pemahaman keagamaan, serta peningkatan literasi sosial dan moral peserta didik. Pada sesi penutupan, H. Mastur melakukan evaluasi partisipatif dengan meminta umpan balik langsung dari peserta terkait pelaksanaan kegiatan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa peserta memiliki tingkat antusiasme yang tinggi serta memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang relevan dengan kebutuhan perkembangan remaja usia sekolah. 


Kepala MA An-Nur Kalibaru, Muhammad Isbat, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan BRUS di lingkungan madrasah yang dipimpinnya. Ia menilai kegiatan ini memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan kepribadian dan kesiapan sosial peserta didik. Lebih lanjut, ia berharap agar program bimbingan remaja usia sekolah dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dan menjangkau lebih banyak madrasah, khususnya madrasah swasta.

Dari sisi pelaksanaan, kegiatan BRUS difasilitasi oleh narasumber yang memiliki kompetensi di bidangnya, terdiri atas akademisi, Kepala Kantor Urusan Agama (KUA), penyuluh agama, serta praktisi terkait. Pendekatan multidisipliner ini dinilai mampu memberikan perspektif yang komprehensif kepada peserta dalam memahami isu-isu remaja, termasuk penguatan nilai keagamaan, sosial, dan moral.

Sementara itu, Kepala KUA Kecamatan Kalibaru, Anwar Luton, menjelaskan bahwa selain mendukung kegiatan BRUS yang diselenggarakan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, KUA Kecamatan Kalibaru juga secara aktif melaksanakan program sosialisasi pencegahan perkawinan usia dini melalui forum-forum keagamaan, seperti majelis taklim. Upaya tersebut merupakan bagian dari pendekatan preventif berbasis masyarakat dalam membina remaja agar memiliki kesiapan mental, sosial, dan spiritual.

Secara keseluruhan, pelaksanaan Bimbingan Remaja Usia Sekolah di MA An-Nur Kalibaru menunjukkan respons positif dari peserta dan pemangku kepentingan. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi model pembinaan remaja berbasis pendidikan dan keagamaan yang berkelanjutan dalam mendukung pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas.

Kemenag Banyuwangi Merajut Karakter Lewat Workshop Pentigraf

Banyuwangi (Warna Blambangan) Di bawah kegiatan peringatan Hari Amal Bakti (HAB) ke-80 Kementerian Agama Republik Indonesia, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi menyalakan obor literasi melalui Workshop Pentigraf—cerita pendek tiga paragraf—yang digelar secara hibrida, Selasa (26/12/2025). Aula MAN 3 Banyuwangi menjadi ruang temu luring, sementara layar-layar daring menghubungkan madrasah lain dalam satu tarikan napas yang sama: sastra sebagai jalan pembentukan karakter. 


Membuka kegiatan, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, Dr. Chaironi Hidayat, menegaskan bahwa pentigraf bukan sekadar latihan merangkai kata. Ia adalah disiplin batin—cara berpikir holistik yang memaksa penulis memahami persoalan secara utuh, lalu merumuskannya dengan ringkas, padat, dan bermakna. Dalam kependekan, karakter diuji; dalam kesederhanaan, kedalaman dituntut.

Ketua Panitia HAB ke-80 Kementerian Agama RI pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, Dr. Fathurrahman, menyambut kegiatan ini dengan rasa syukur. Berlatar pengalaman jurnalistik yang tumbuh tanpa bangku pelatihan formal, ia melihat workshop ini sebagai ladang subur bagi tumbuhnya insan literasi yang andal dan berkarakter—sebuah ikhtiar yang kini bersemi di lingkungan Kemenag Banyuwangi, diinisiasi oleh Lentera Sastra.

Dua suara menguatkan ikhtiar itu. Dr. Nurul Lutfia Rohmah dari Lentera Sastra—Ketua HISKI Komisariat Banyuwangi—membentangkan lanskap teori dan kepekaan sastra. Sementara Syafaat, Ketua Lentera Sastra, menautkan teori dengan laku: peserta tidak berhenti pada pemahaman, melainkan melangkah ke praktik. Mereka menulis, berlomba, dan karya terbaiknya kelak dibukukan—menjadi jejak yang dapat dibaca waktu.

Pelaksanaan hibrida menjahit jarak: materi disampaikan luring di MAN 3 Banyuwangi dan daring bersama siswa MTs Nurul Iman, Desa Sukojati, Kecamatan Blimbingsari. Dari ruang ke ruang, dari layar ke layar, sastra bekerja sebagai jembatan—menumbuhkan budaya literasi, mengasah kreativitas, dan meneguhkan karakter peserta didik. Di tiga paragraf, Banyuwangi belajar merangkum dunia; di sastra, ia menemukan arah.

Bimbingan Remaja Usia Nikah di UIMSYA Tekankan Kesiapan Mental, Spiritual, dan Sosial

Banyuwangi (Warta Blambangan) Seksi Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi bekerja sama dengan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam Universitas Kyai Haji Muchtar Syafaat (UIMSYA) Blok Agung menyelenggarakan kegiatan Bimbingan Remaja Usia Nikah (BRUS) pada Kamis, 27 November 2025. Kegiatan ini difokuskan untuk memberikan bekal komprehensif kepada mahasiswa terkait kehidupan berumah tangga, mulai dari pemilihan pasangan hingga kesiapan menjalani ikatan pernikahan dalam perspektif agama dan sosial.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi yang diwakili oleh Kepala Seksi Bimas Islam menyampaikan bahwa bimbingan remaja usia nikah merupakan langkah preventif sekaligus edukatif untuk menciptakan generasi keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah. “Yang paling penting adalah bagaimana bisa menentukan pilihan, mencari pasangan yang pas dan tepat untuk mewujudkan rumah tangga yang bahagia,” ujarnya. Ia menegaskan, pemahaman mendasar sebelum menikah merupakan investasi jangka panjang yang akan menentukan stabilitas rumah tangga. 


Acara berlangsung di lingkungan kampus UIMSYA Blokagung Kecamatan Tegalsari dan diikuti puluhan mahasiswa dari berbagai program studi. Para peserta mendapatkan gambaran langsung mengenai aspek-aspek dasar kehidupan berkeluarga yang sering kali luput dari perhatian generasi muda. Materi yang disampaikan meliputi pemahaman diri, kesiapan mental dan emosional, kesehatan reproduksi, aspek hukum dan agama, keuangan rumah tangga, serta keterampilan membangun keluarga sakinah. Materi tersebut disusun secara sistematis agar mudah dipahami dan relevan dengan kebutuhan mahasiswa, khususnya yang telah memasuki usia produktif.

Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam, Agus Baehaqi, memberikan apresiasi atas terlaksananya kegiatan ini. Ia menyebut kerja sama dengan Kementerian Agama Banyuwangi merupakan langkah strategis untuk membuka wawasan mahasiswa terkait nilai-nilai fundamental kehidupan berkeluarga. “Ilmu yang mereka dapatkan adalah ilmu baru yang tidak diajarkan sepenuhnya di kampus,” ungkapnya. Menurutnya, kegiatan ini bukan sekadar tambahan pengetahuan, tetapi pembelajaran praktis yang langsung menyentuh realitas sosial mahasiswa.

Bimbingan Remaja Usia Nikah menjadi salah satu upaya terintegrasi yang dilakukan Bimas Islam untuk meminimalisasi berbagai persoalan pernikahan yang dewasa ini sering muncul di masyarakat. Salah satu tujuan utamanya adalah mengurangi risiko pernikahan dini yang kerap berujung pada ketidakstabilan rumah tangga. Melalui pendekatan yang berbasis edukasi, peserta diarahkan untuk memahami bahwa pernikahan bukan hanya tentang kesiapan usia, tetapi juga kesiapan mental, finansial, dan spiritual.

Para fasilitator menekankan pentingnya pemahaman diri sebagai fondasi pembentukan keluarga. Peserta diajak merenungkan identitas personal, cita-cita, visi pernikahan, dan batasan pribadi. Kegiatan ini mendorong mahasiswa untuk menyadari bahwa pernikahan bukanlah upacara formal yang bersifat seremonial, melainkan perjalanan hidup jangka panjang yang membutuhkan ketahanan emosional dan karakter.

Aspek kesiapan mental dan emosional juga menjadi sorotan. Fasilitator menegaskan bahwa kecerdasan emosional dalam pernikahan lebih menentukan daripada kecerdasan akademik semata. Konflik antara pasangan, miskomunikasi, perbedaan latar belakang keluarga, hingga dinamika kehidupan pascapernikahan seringkali bukan karena kekurangan pengetahuan, tetapi ketidakmampuan mengelola emosi. Dalam sesi simulasi, peserta diberikan contoh kasus umum yang sering terjadi, mulai dari perbedaan karakter hingga persoalan manajemen waktu antara pendidikan atau karier dan kehidupan keluarga.

Yang paling heboh ketika Fasilitator dari lingkungan pondok pesantren yakni dr. Hj. Zuwidatul Husna menyampaikan kesehatan reproduksi, sebuah tema yang kerap dianggap tabu di kalangan remaja. Materi disampaikan secara ilmiah dan santun, mengedepankan nilai-nilai agama dan etika. Peserta diberikan pemahaman mengenai sistem reproduksi, risiko kehamilan usia muda, pentingnya menjaga kesehatan fisik sebelum menikah, serta dampak psikologis bila kesiapan reproduksi tidak terpenuhi. Di bagian ini, mahasiswa laki-laki maupun perempuan diajak untuk memahami bahwa tubuh adalah amanah, dan berumah tangga membutuhkan kesadaran biologis yang matang.

Aspek Hukum, Agama, dan Kewajiban Perkawinan

Selanjutnya, peserta diperkenalkan dengan aspek hukum dan agama dalam pernikahan. Narasumber dari para Kepala KUA Kecamatan menguraikan prosedur legal pernikahan, mulai dari pencatatan pernikahan, kewajiban administratif, hingga regulasi pemerintah yang mengatur pernikahan usia minimal. Di sisi agama, peserta diajak memahami maqashid syariah: tujuan-tujuan utama pernikahan dalam Islam yang berorientasi pada maslahat keluarga dan masyarakat.

Dalam sesi ini, peserta juga diberikan pemahaman mengenai tanggung jawab pasangan suami-istri, baik dari aspek nafkah, pendidikan anak, maupun menjaga keharmonisan rumah tangga. Materi disampaikan secara mendalam, mencegah kesalahpahaman yang biasa terjadi dalam hubungan suami-istri ketika masing-masing pihak tidak memahami hak dan kewajiban.

Masalah ekonomi menjadi salah satu faktor terbesar penyebab keretakan rumah tangga. Oleh karena itu, BRUN menghadirkan materi mengenai manajemen keuangan rumah tangga. Peserta diajarkan cara menyusun perencanaan keuangan sederhana, membedakan kebutuhan dan keinginan, serta menyikapi kondisi ekonomi pasang naik maupun pasang turun. Narasumber memberikan simulasi pembukuan bulanan dalam rumah tangga, termasuk tabungan darurat, biaya kesehatan, dan pendidikan anak.

Selain itu, peserta diingatkan pentingnya keterbukaan finansial antara suami dan istri sebagai bentuk kepercayaan. Era digital memungkinkan pasangan mengelola keuangan bersama, tetapi juga membawa potensi konflik jika tidak didasari kesepakatan. Bimbingan ini mengarahkan peserta agar tidak hanya mengejar stabilitas materi, tetapi juga membangun kesadaran berbagi tanggung jawab dalam rumah tangga.

tak kalah pentingnya materi yang menitikberatkan keterampilan membangun keluarga sakinah. Konsep sakinah dijelaskan sebagai rumah tangga yang berada dalam ketenangan batin, penuh cinta, dan dijaga oleh nilai religiusitas. Peserta diberi contoh praktik komunikasi efektif, empati, dan tata cara menyelesaikan konflik tanpa menyakiti pasangan. Narasumber memaparkan strategi sederhana seperti konsep mendengarkan aktif, prioritas bersama, serta waktu berkualitas yang seimbang antara kebutuhan pribadi dan keluarga.

Para mahasiswa terlihat antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dari pagi hingga sore hari, Diskusi interaktif berlangsung dinamis, mencerminkan keinginan peserta untuk memahami pernikahan secara dewasa dan realistis. Beberapa peserta mengajukan pertanyaan mengenai kesiapan menikah saat studi, perbedaan budaya antar pasangan, hingga cara menghadapi keluarga besar dalam dinamika rumah tangga.

Kegiatan ini disambut positif oleh civitas akademika UIMSYA Blok Agung. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam, Agus Baehaqi, menyebut BRUS bukan hanya evaluasi teori, tetapi juga pembukaan cakrawala baru bagi mahasiswa yang akan memasuki fase dewasa. Menurutnya, kampus memiliki keterbatasan dalam memberi pembelajaran praktis mengenai kehidupan keluarga, sehingga dukungan Kementerian Agama sangat berarti.

Ia berharap kegiatan ini bisa dilakukan secara berkala, mengingat kebutuhan mahasiswa akan literasi pernikahan semakin meningkat. “Para peserta yang mengikuti acara ini merasa belajar sesuatu yang berbeda, dan mereka bisa pulang dengan pemahaman baru,” ungkapnya.


Panitia pelaksana kegiatan dari Seksi Bimas Islam Kabupaten Banyuwangi menjelaskan bahwa kegiatan BRUS bukan sekadar program rutinitas. Ia merupakan bagian dari perhatian pemerintah terhadap kondisi sosial masyarakat, khususnya generasi muda. Remaja usia nikah dipandang sebagai kelompok rentan, terutama ketika pengetahuan mengenai kehidupan menikah hanya diperoleh melalui media sosial, cerita teman sebaya, atau pengalaman keluarga yang berbeda-beda.

Karenanya, kegiatan ini berusaha membumi: materi yang disampaikan tidak bertumpu pada dogma tunggal, tetapi menghubungkan nilai agama dengan realitas keseharian. Remaja diajak memahami bahwa sakinah bukanlah kondisi yang datang tiba-tiba, melainkan hasil dari proses, musyawarah, saling pengertian, dan kedewasaan. Ditempat terpisah, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi Dr Chaironi Hidayat menyampaikan harapan agar UIMSYA Blok Agung dan lembaga pendidikan lainnya terus berkolaborasi. Bimbingan seperti ini diharapkan mampu memperkuat kapasitas generasi muda dalam membangun keluarga yang sejahtera dan produktif. Ia menegaskan, tujuan bimbingan bukan mendorong mahasiswa untuk segera menikah, tetapi memastikan mereka memahami konsekuensinya secara matang ketika waktu itu tiba.

“Jika pondasi kuat, pasangan akan lebih siap menghadapi tantangan,” ujarnya. Pesan tersebut menjadi refleksi penting bagi peserta, yang sebagian besar berada pada fase peralihan menuju dunia dewasa.

Kegiatan ditutup dengan sesi foto bersama dan komitmen tindak lanjut dari kedua belah pihak. Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam UIMSYA menyatakan siap memberikan ruang bagi generasi muda untuk mendapatkan bimbingan serupa di masa mendatang. Sementara Bimas Islam Banyuwangi berharap ke depan sosialisasi ini dapat menjangkau lebih banyak mahasiswa dan sekolah menengah atas, mengingat dampaknya yang strategis.

Dengan semangat edukasi dan kolaborasi, Bimbingan Remaja Usia Nikah di UIMSYA Blok Agung menjadi salah satu upaya konkret membangun peradaban keluarga yang kuat. Bukan hanya menyiapkan pasangan muda dari sisi agama, tetapi juga membekali mereka dengan pengetahuan, keterampilan, dan kebijaksanaan yang diperlukan dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Ini bukan sekadar program bimbingan, melainkan investasi masa depan bagi generasi Banyuwangi — generasi yang diharapkan mampu menyeimbangkan cinta, tanggung jawab, dan akhlak dalam kehidupan berumah tangga.

Festival Kebangsaan Banyuwangi 2025 Tegaskan Penguatan Toleransi dan Kohesi Sosial Melalui Representasi Budaya Multietnis

Banyuwangi (Warta Blambangan) Festival Kebangsaan 2025 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) di Gesibu Blambangan pada Sabtu (22/11/2025), menjadi ruang afirmasi keberagaman sekaligus penguatan nilai-nilai toleransi dalam masyarakat multikultural. Dengan mengangkat tema “Bangga Berbeda, Bersatu Berkarya, dengan Kreativitas dan Budaya Menuju Indonesia Maju”, kegiatan ini meneguhkan peran Banyuwangi sebagai daerah yang memiliki kohesi sosial tinggi.

Kegiatan ini memperoleh dukungan penuh dari unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Banyuwangi, antara lain Wakil Bupati, Kejaksaan Negeri Banyuwangi, Kapolresta, Danlanal, Dandim, Bakesbangpol Provinsi Jawa Timur, para kepala dinas, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM), serta berbagai organisasi kemasyarakatan dan keagamaan. Partisipasi perwakilan beragam etnis yang hadir dengan menggunakan pakaian adat masing-masing menunjukkan representasi nyata pluralitas masyarakat Banyuwangi. Ketua Yayasan Lentera Sastra Banyuwangi, Syafaat, turut hadir dalam kegiatan tersebut. 


Rangkaian acara diawali dengan penampilan band pelajar yang membawakan lagu-lagu kebangsaan dan daerah sebagai bentuk internalisasi nilai nasionalisme pada generasi muda. Penampilan budaya dilanjutkan dengan atraksi barongsai dari komunitas Tionghoa serta tari Tanduk Majeng milik etnis Madura oleh Sanggar Lang-lang Buana, memperlihatkan ekspresi seni yang merepresentasikan keragaman identitas budaya lokal.

Secara simbolik, pembukaan festival ditandai dengan pemberian santunan kepada anak yatim oleh Wakil Bupati Banyuwangi Ir. Mujiono, M.Si., kemudian dilanjutkan dengan prosesi menyanyikan lagu Indonesia Raya serta pembacaan doa lintas tradisi—doa Islam oleh Kementerian Agama Banyuwangi dan doa adat Osing oleh tokoh masyarakat Osing. Kehadiran dua tradisi doa tersebut merefleksikan harmonisasi keagamaan dan budaya yang menjadi karakter Banyuwangi.

Dalam sambutannya, Pelaksana Tugas Kepala Bakesbangpol Banyuwangi, Drs. R. Agus Mulyono, S.Sos., menegaskan bahwa pelaksanaan Festival Kebangsaan tahun ini terfokus pada tiga kategori kegiatan utama, yaitu lomba band kebangsaan, lomba video kebangsaan untuk pelajar SMA/SMK, serta pagelaran tari dan kolaborasi kesenian lintas suku. Menurutnya, keberagaman tidak semestinya menjadi sumber perpecahan, melainkan potensi kolaborasi yang memperkuat persatuan bangsa.

Ketua Lentera Sastra Banyuwangi, Syafaat, menyampaikan apresiasi terhadap festival ini dan menilai bahwa keberagaman budaya, agama, dan etnis yang hidup secara harmonis di Banyuwangi merupakan indikator layak bagi daerah tersebut untuk memperoleh Harmony Award.

Pelaksanaan festival berlanjut dengan penampilan band pelajar dari SDN Penganjuran serta pemutaran lima video kebangsaan terbaik. Hasil kompetisi video kreatif menempatkan SMAN 1 Genteng sebagai juara pertama, diikuti SMKS Mambaul Ulum Muncar sebagai juara kedua, SMAN 1 Glagah sebagai juara ketiga, SMAN 1 Giri sebagai juara harapan pertama, dan SMK Cordova sebagai juara harapan kedua.
Pada kategori lomba band pelajar, juara pertama diraih oleh SDN 4 Penganjuran, juara kedua oleh SMPK Alethia Genteng, juara ketiga oleh SMPN 1 Banyuwangi, juara harapan pertama oleh SMPN 1 Genteng, dan juara harapan kedua oleh SMPN 2 Banyuwangi. Trofi dan hadiah pembinaan diserahkan langsung oleh Wakil Bupati.

Wakil Bupati Banyuwangi, Ir. Mujiono, dalam arahannya meninjau festival ini sebagai wahana penguatan jati diri bangsa dan ruang interaksi sosial yang konstruktif. Ia menegaskan bahwa keberhasilan pembangunan sosial di Banyuwangi sangat dipengaruhi oleh tingginya tingkat toleransi, yang berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, penurunan angka kemiskinan, serta naiknya Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Acara puncak festival menampilkan pagelaran kolaborasi Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) dengan tari-tarian yang merepresentasikan suku Mandar, Jawa, dan Madura, disertai narasi dalam bahasa daerah masing-masing serta Bahasa Inggris. Kolaborasi ini memancarkan pesan harmonisasi lintas identitas sebagai implementasi nyata semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Festival ditutup dengan Sendratari Tembang Seronce oleh Sanggar Lang-lang Buana yang mengangkat narasi perjalanan Nusantara melalui lagu “Dari Sabang sampai Merauke”. Seluruh rangkaian kegiatan diakhiri dengan sesi foto bersama antara pejabat daerah dan para pelaku seni yang terlibat, menandai berakhirnya festival yang berjalan dengan semarak dan partisipatif.

Omzet Pedagang Tembus Lebih 150 Juta, Pagi BCM di Taman Blambangan Serupa Pesta Cahaya

Banyuwangi (Warta Blambangan) Setiap Minggu pagi, Taman Blambangan seakan membuka lembaran baru yang lebih hidup daripada minggu sebelumnya. Pagi itu, Minggu (16/11/2025), matahari belum tinggi, tetapi denyut manusia sudah memenuhi ruang hijau di jantung kota Banyuwangi. Banyuwangi Creatif Market (BCM) kembali menggeliat—bukan sekadar sebagai pasar, melainkan perayaan kecil yang menautkan ekonomi, seni, dan kebersamaan dalam satu napas.

Jalur jogging yang mengelilingi taman tampak seperti sungai manusia yang mengalir perlahan. Ada langkah-langkah yang menyimpan semangat, ada tawa yang mengudara ringan, dan ada aroma kuliner lokal yang menari di sela-sela angin pagi. Setelah berlari atau sekadar berjalan santai, warga berhenti di deretan stand kuliner. Di sanalah dapur-dapur UMKM Banyuwangi berbicara dalam bahasa rasa—original, jujur, dan lahir dari tangan-tangan yang mencintai pekerjaannya. 


Tak jauh dari situ, anak-anak berlarian di zona permainan sehat. Taman seolah menjelma menjadi panggung kecil kebahagiaan; sorak tawa mereka memantul ke daun trembesi, menghidupkan pagi yang terus mengembang.

Lalu, musik pun menyapa. Grup musik lokal—yang menjadi roh dari BCM—mengirimkan nada-nada yang membawa semangat Banyuwangi. Ibu-ibu yang tadinya hanya menonton perlahan ikut bernyanyi, seolah pagi adalah pesta yang mengundang siapa saja untuk masuk tanpa tiket. Ada kegembiraan yang sederhana, tapi justru di situlah keindahan tumbuh: pada kebersamaan yang lahir tanpa paksaan.

Di tengah suasana yang menghangat itu, Rahmat, Ketua Komunitas BCM, menyampaikan kabar yang tak kalah menyenangkan. “Omzet para pedagang hari ini bisa menembus lebih dari 150 juta rupiah,” ujarnya. Angka itu bukan sekadar rupiah—ia adalah denyut ekonomi yang hidup, harapan yang tumbuh, dan bukti bahwa kreativitas bisa menjelma menjadi kesejahteraan.

Rahmat juga menuturkan bahwa konsistensi penyelenggaraan BCM setiap Minggu pagi ibarat pupuk bagi UMKM lokal. “Pasar kreatif ini bukan hanya menggerakkan ekonomi, tetapi juga merajut interaksi sosial. Ia menjadi ruang di mana masyarakat saling menyapa, para pelaku UMKM saling menguatkan, dan budaya kota ini terus berputik,” tutur Rahmat.

Dengan antusiasme yang semakin membesar, BCM kian kokoh berdiri sebagai panggung ekonomi kreatif Banyuwangi. Ia bukan lagi sekadar agenda mingguan, tetapi ikon baru yang membawa wajah cerah kota ini ke masa depan—masa depan yang mungkin saja dibangun dari tawa anak-anak, langkah pengunjung, aroma kuliner, dan musik sederhana di bawah langit Taman Blambangan.

Ketika Kata Menjadi Ziarah: Kapolresta Rama Samtama Putra dan Para Penyair Lentera Sastra Banyuwangi Menyulam Doa untuk Pahlawan

BANYUWANGI ( Warta Blambangan) Pagi itu, Taman Blambangan seolah menjadi ruang suci tempat kata-kata pulang kepada akar sejarahnya. Angin yang melintas membawa aroma dedaunan basah dan gema langkah para penyair yang datang bukan sekadar untuk tampil, tetapi untuk menyapa arwah para pahlawan lewat bahasa yang mereka cintai: puisi.

Di tengah ruang itu, Kapolresta Banyuwangi Kombes Pol. Rama Samtama Putra, S.I.K., M.Si., M.H., berdiri memandang horizon. Ketika suaranya mulai membaca puisi “Pahlawan Itu Bernama Rakyat”, suasana seperti menghening. Kata-kata yang meluncur dari bibirnya tak lagi sekadar kalimat, tetapi semacam doa yang turun perlahan, menyentuh tanah, lalu menjalar ke hati setiap orang yang hadir. 


Acara bertajuk “Puisi Lentera Sastra untuk Pahlawan”—buah kolaborasi antara Lentera Sastra Banyuwangi, Dewan Kesenian Blambangan (DKB), dan Banyuwangi Creatif Market (BCM)—menjadi semacam ziarah batin. Para penyair datang membawa suara masing-masing, tetapi mereka menyisihkan ego dan berdiri dalam satu barisan: barisan penghormatan.

Usai membacakan puisi, Kapolresta menerima sebuah buku antologi bertajuk “Hebat Bersama Umat”, karya para penulis Lentera Sastra. Serah terima dilakukan oleh Ketua Lentera Sastra, Syafaat, dalam keheningan yang sarat makna—seperti dua penjaga yang saling menyerahkan cahaya kepada penjaga lainnya.

Ketua DKB Hasan Basri memecah keheningan berikutnya dengan puisi tentang pasukan ALRI 0032, yang gugur di Pantai Boom. Suaranya dalam, seperti mengantar kembali para syuhada ke tanah yang dulu mereka bela dengan darah. Puisi itu bukan lagi cerita; ia berubah menjadi gelombang laut yang menghantam bibir pantai, membawa nama-nama yang lama tertinggal di buku sejarah.

Dari Lentera Sastra Banyuwangi tampil para penutur kata:

Syafaat, sang penjaga api sastra;

Uswatun Hasanah, kepala madrasah yang suaranya lembut seperti ayat lama; Herny Niilawati, membawa getar keteguhan seorang pendidik;

Mujikan, yang puisinya mengalir seperti sungai kecil di lereng desa; dan Nurul Ludfia Rahmah, penyair muda yang membawa cahaya HISKI dalam geraknya. Hadir pula Faiz Abadi dan Dalilah, yang menambah warna senandung siang itu.

Dari panggung DKB, Muttafakurrohmah, Fatah Yasin Nor, dan Nani Asiany tampil seperti tiga musim yang berbeda: satu menghadirkan teduh, satu lainnya angin perubahan, dan satu lagi hujan yang menurunkan rindu pada sejarah.

Syafaat, dalam sepenggal jeda, mengatakan bahwa puisi bukan sekadar pertunjukan. “Ia adalah pelita di pekat malam bangsa,” ucapnya—sebuah kalimat yang jatuh tepat seperti hujan pertama di musim kemarau.

Gelaran ini merupakan bagian dari Banyuwangi Creatif Market, namun sore itu acara seolah melepaskan identitas duniawinya. Ia menjadi semacam srawung spiritual, tempat sejarah, rakyat, dan sastra bertemu dalam satu titik yang sama: penghormatan.

Para juara Liga Puisi 2025 turut menghidupkan ruang. Nuhbatul Fakhiroh dan Azkia Kiska dari MTsN 1 Banyuwangi tampil dalam duet yang lembut namun tegas—seperti guru dan murid yang berbicara kepada masa depan. Lalu Tirta Baiti Jannah dari jenjang SLTA membacakan puisi “Diponegoro” karya Chairil Anwar, dan suaranya menjadi pedang yang menebas sunyi, mengingatkan bahwa perjuangan selalu menuntut keberanian.

Ketika acara usai, angin kembali bergerak pelan, seolah membawa semua puisi itu terbang ke langit Banyuwangi. Di sana, kata-kata berubah menjadi lampu kecil yang berpendar—menjadi lentera yang menuntun bangsa untuk tidak melupakan siapa yang membuat mereka berdiri hari ini: para pahlawan, dan rakyat yang terus berjuang tanpa henti.

Insan Madrasah Guncang Panggung Liga Puisi 2025: Dominasi Total, Kemenag Banyuwangi Torehkan Sejarah Sastra!

Banyuwangi, (Warta Blambangan) Dentuman sastra menggema di panggung Liga Puisi Jawa Pos Radar Banyuwangi 2025! Dalam ajang paling bergengsi bagi para penikmat kata dan penyalur rasa itu, insan madrasah di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Banyuwangi tampil bagai meteor yang menyambar langit kompetisi. Hasil akhir penjurian menegaskan satu fakta monumental: hampir seluruh juara pertama disapu bersih oleh peserta madrasah.

Keberhasilan luar biasa ini bukan sekadar kemenangan dalam lomba baca puisi—ia adalah penanda kebangkitan dunia literasi madrasah. Di saat sebagian lembaga pendidikan masih bergulat dengan tantangan era digital, madrasah justru melesat sebagai kawah candradimuka lahirnya generasi literat, estetis, dan religius.

Pada kategori Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar (MI/SD), dominasi madrasah nyaris absolut. Dari lima finalis, empat merupakan duta madrasah yang melangkah dengan percaya diri. Panggung juara pertama direbut dengan gemilang oleh Aura Latisha Ramadhani dari MIN 1 Banyuwangi, disusul Azka Dzakiyatus Shaleha (MI Darunnajah 2 Banyuwangi), Avilla Fikratud Putri Yuwono, dan Refli Ahsan Mubaroqi (MI Islamiyah Rogojampi). Deretan nama ini bukan sekadar peserta lomba—mereka adalah bukti bahwa madrasah telah menjelma menjadi laboratorium rasa dan ruang kelahiran penyair-penyair masa depan. 


Sementara itu, di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), kejayaan madrasah kembali membahana. Azkia Kiska Al Kholid dari MTsN 1 Banyuwangi tampil memukau dan berhasil menggondol juara pertama. Dengan teknik deklamasi yang matang, diksi tajam, dan penghayatan mendalam, ia menegaskan bahwa sastra bukan sekadar pelajaran tambahan—melainkan napas yang hidup di lingkungan madrasah.

Tidak berhenti di situ, keunggulan madrasah juga merembet ke ranah tenaga pendidik. Nuhbatul Fakhiroh, guru MTsN 1 Banyuwangi, yang tahun lalu hanya berhenti di posisi juara dua, kini berhasil menuntaskan dahaga kemenangan dengan menjadi juara pertama. Ia membuktikan bahwa guru madrasah bukan hanya pengajar, tapi juga pelaku dan penggerak kebudayaan.

Kepala Kantor Kemenag Banyuwangi, Dr. Chaironi Hidayat, tak mampu menyembunyikan rasa bangganya. Dalam keterangannya, ia menyebut kemenangan ini sebagai buah dari kerja panjang dan dedikasi luar biasa.

> “Prestasi ini adalah gema dari kesungguhan para guru dan pembimbing madrasah dalam menanamkan nilai-nilai literasi dan kecintaan terhadap sastra. Ini bukan sekadar lomba, tetapi tonggak peradaban baru di dunia pendidikan madrasah,” tegasnya penuh semangat.

Sementara itu, Syafaat, Ketua Lentera Sastra Banyuwangi, yang turut hadir sebagai pengamat, menyebut dominasi madrasah dalam Liga Puisi 2025 sebagai hasil dari proses pembinaan yang matang dan berkelanjutan.

> “Beberapa madrasah telah lama menjalin kerja sama dengan Lentera Sastra Banyuwangi dalam pelatihan baca puisi dan penulisan kreatif. Kami ingin menjadikan madrasah sebagai episentrum sastra di Banyuwangi—tempat di mana iman, ilmu, dan imajinasi berpadu dalam harmoni,” ujarnya.

Kompetisi tahun ini tak hanya diikuti oleh sekolah dan madrasah Banyuwangi, tetapi juga oleh peserta lintas daerah, termasuk santri dari Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo. Persaingan yang kian ketat justru menyalakan bara semangat baru bagi peserta madrasah, yang tampil bukan sekadar membaca puisi, tetapi menghidupkan makna dan mengguncang nurani penonton.

Ajang Liga Puisi Radar Banyuwangi 2025 pun akhirnya menjadi panggung pembuktian: bahwa madrasah bukan hanya benteng nilai-nilai religius, tetapi juga mercusuar kebudayaan dan peradaban literasi.

Dengan torehan prestasi ini, madrasah di bawah Kemenag Banyuwangi menegaskan diri sebagai kekuatan baru dalam dunia sastra Indonesia. Mereka bukan hanya mencetak hafidz dan ulama, tapi juga penyair, seniman kata, dan penggerak kebudayaan bangsa.

Sebuah babak baru telah dimulai—babak di mana madrasah menulis sejarahnya sendiri dengan tinta puisi dan cahaya keilmuan.

Lentera Sastra Banyuwangi Hadir dalam Diskusi Sastra Bersama Acep Zamzam Noor di Ajang Liga Puisi Radar Banyuwangi

Banyuwangi, (Warta Blambangan) Komunitas Lentera Sastra Banyuwangi turut hadir dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan Diskusi Sastra yang menghadirkan narasumber Acep Zamzam Noor, seorang sastrawan, penyair, dan pelukis kenamaan Indonesia berdarah Sunda yang dibesarkan di lingkungan pesantren. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Liga Puisi Radar Banyuwangi 2025, yang berlangsung mulai tanggal 27 hingga 30 Oktober 2025. 


Kehadiran Lentera Sastra Banyuwangi memberikan warna tersendiri dalam ajang tersebut. Mereka datang untuk memberikan motivasi dan dukungan kepada para peserta dari unsur Kementerian Agama, baik dari kalangan siswa madrasah maupun para guru, agar tampil maksimal dan berprestasi sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.

“Banyak siswa madrasah dan guru yang berhasil meraih juara pada Liga Puisi tahun lalu. Kami berharap semangat itu terus menyala dan menjadi inspirasi bagi peserta tahun ini,” ujar salah satu perwakilan Lentera Sastra Banyuwangi.

Kegiatan yang juga dihadiri oleh Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, tersebut berlangsung hangat dan penuh semangat kebersamaan. Para peserta tampak antusias mengikuti sesi diskusi bersama Acep Zamzam Noor, yang berbagi pengalaman tentang perjalanan kreatifnya di dunia sastra dan seni rupa, serta pentingnya menjaga kejujuran dan spiritualitas dalam berkarya.

Sementara itu, Direktur Radar Banyuwangi sekaligus Ketua Panitia Pelaksana, Syamsudin Aglawi, menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi atas dukungan dan partisipasinya dalam kegiatan ini.

“Dukungan dari Kementerian Agama sangat luar biasa. Banyak siswa dan guru madrasah yang ikut berkompetisi dalam Liga Puisi tahun ini. Ini menunjukkan bahwa semangat literasi dan seni terus tumbuh di lingkungan pendidikan agama,” ujarnya.

Liga Puisi Radar Banyuwangi kini telah menjadi ajang tahunan yang ditunggu-tunggu oleh para pecinta sastra di Bumi Blambangan. Melalui kegiatan ini, karya-karya para penyair muda dan pendidik dari berbagai latar belakang diharapkan dapat semakin memperkuat ekosistem sastra lokal sekaligus menjadi ruang ekspresi yang mempersatukan berbagai kalangan.

Ngobrol Moderasi (Ngopi) Di KUA Kecamatan Gambiran

Banyuwangi  (Warta Blambangan) Kegiatan Ngobrol Moderasi (Ngopi) digelar di halaman Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi, Jumat (24/10/2025). Kegiatan ini dipimpin oleh Oksan Wibowo, Penyelenggara Bimbingan Masyarakat Hindu pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, dan dihadiri oleh Kepala KUA Kecamatan Gambiran serta Kepala MIN 3 Banyuwangi. 


Acara yang diikuti oleh para tokoh lintas agama dan penyuluh agama se-Kecamatan Gambiran ini menjadi ruang dialog terbuka untuk memperkuat nilai-nilai moderasi beragama di tengah masyarakat yang majemuk. Dalam kesempatan tersebut, Oksan Wibowo menegaskan bahwa Kementerian Agama merupakan role model dan figur publik dalam mewujudkan kehidupan beragama yang moderat dan harmonis.

> “Kantor Kementerian Agama bukan hanya rumah bagi satu agama, tetapi menjadi rumah bagi semua umat beragama. Begitu pula dengan Kantor Urusan Agama, meskipun secara administratif fokus pada pelayanan umat Islam, namun secara esensi menjadi pusat penguatan moderasi beragama dan kerukunan umat,” ujar Oksan.

Ia juga mengingatkan agar semangat moderasi tidak berhenti pada tataran formal atau simbolik semata. Menurutnya, moderasi beragama harus diimplementasikan secara nyata dalam perilaku sosial dan budaya masyarakat sehari-hari.

> “Kita jangan terjebak pada sesuatu yang bersifat tertulis saja. Moderasi harus hidup dalam tindakan dan rasa. Salah satu desa di Kecamatan Gambiran ini pernah dinobatkan sebagai delapan terbaik Kampung Moderasi Beragama di Indonesia. Status itu harus menjadi pemacu, bukan sekadar label,” tegasnya.

Diskusi berjalan hangat dan interaktif. Para peserta berbagi pandangan tentang praktik moderasi di lingkungan masing-masing, termasuk strategi memperkuat kerja sama antarpenyuluh lintas agama dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan.

Melalui kegiatan Ngopi ini, para peserta berharap semangat toleransi, inklusivitas, dan penghargaan terhadap keberagaman semakin mengakar di Kecamatan Gambiran. Kegiatan semacam ini diharapkan dapat menjadi wadah refleksi dan kolaborasi lintas iman demi memperkuat nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan di Banyuwangi.

350 Siswa MAN 1 Banyuwangi Ikuti Bimbingan Remaja Usia Sekolah, Kemenag Tekankan Pentingnya Kesiapan Mental dan Moral

BANYUWANGI – Sebanyak 350 siswa kelas XII MAN 1 Banyuwangi mengikuti kegiatan Bimbingan Remaja Usia Sekolah (BRUS) yang digelar oleh Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, Kamis (23/10/2025). Program nasional ini bertujuan membentuk remaja yang berkarakter kuat, siap menghadapi tantangan zaman, serta memahami pentingnya menunda pernikahan dini demi masa depan yang lebih baik.


Kepala Kantor Kemenag Banyuwangi, Dr. Chairani Hidayat, S.Ag., M.M., membuka langsung kegiatan tersebut. Dalam arahannya, ia menegaskan bahwa pembinaan remaja merupakan langkah strategis untuk menyiapkan generasi yang tangguh dan berdaya saing.

“Peningkatan kualitas keluarga bermula dari anak-anak sekolah. Melalui kegiatan seperti ini, para siswa dibekali kemampuan mengenali potensi diri, mengendalikan emosi, dan menata masa depan dengan lebih terarah,” ujarnya.

Dr. Chairani juga mengingatkan bahwa masa remaja merupakan fase krusial dalam pembentukan kepribadian. Ia berpesan agar para siswa mampu menolak hal-hal yang dapat merugikan, seperti narkoba, pergaulan bebas, dan pernikahan usia dini.

“Anak-anak harus bisa mengendalikan diri dan menjaga pergaulan. Remaja yang mampu mengelola emosinya hari ini akan menjadi calon pemimpin keluarga yang baik di masa depan,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Seksi Bimas Islam Kemenag Banyuwangi, H. Mastur, S.Ag., M.Pd.I., menjelaskan bahwa BRUS merupakan program rutin tahunan yang menjadi bagian dari upaya Kementerian Agama membangun keluarga sakinah sejak usia sekolah.

“Program BRUS dirancang agar siswa memahami pentingnya kesiapan mental dan spiritual sebelum membangun rumah tangga. Selain itu, kami juga memiliki Bimbingan Remaja Usia Nikah (BRUN) dan Bimbingan Keluarga Maslahah untuk kelompok usia yang berbeda,” terangnya.

Mastur menambahkan, kegiatan ini menghadirkan narasumber yang telah mengikuti bimbingan teknis (bimtek) nasional sebagai fasilitator resmi BRUS. Mereka berasal dari kalangan dosen perguruan tinggi, kepala Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan, dan penyuluh agama Islam yang berpengalaman dalam pembinaan remaja dan keluarga.

“Materi yang disampaikan bukan hanya teori, tapi juga praktik dan pengalaman nyata tentang bagaimana remaja bisa menata diri, menjaga hubungan sosial, dan memahami tanggung jawab moral,” jelasnya.

Dalam kegiatan yang berlangsung di aula MAN 1 Banyuwangi ini, para siswa dibagi menjadi tujuh kelompok. Mereka mendapat berbagai materi tentang pengembangan diri, etika pergaulan, dan bahaya pernikahan dini. Kegiatan berlangsung interaktif dengan sesi tanya jawab dan diskusi kelompok.

Dalam kesempatan itu, Dr. Chairani Hidayat juga mengungkapkan fakta penting yang menjadi dasar pelaksanaan program ini. Menurutnya, Banyuwangi termasuk salah satu kabupaten dengan angka perceraian tertinggi di Jawa Timur.

“Setiap hari ada pasangan yang bercerai, baik dari pernikahan baru maupun lama. Banyak di antaranya terjadi karena kurangnya kesiapan mental dan spiritual,” ungkapnya.

Ia menegaskan bahwa membangun rumah tangga tidak cukup hanya dengan cinta, tetapi membutuhkan kematangan berpikir dan kesiapan menghadapi perbedaan.

“Pernikahan bukan sekadar janji, melainkan tanggung jawab. Karena itu, para remaja perlu belajar sejak dini agar tidak salah langkah,” tegasnya.

Sebelum menutup acara, Dr. Chairani berpesan agar para siswa tetap fokus belajar dan tidak terburu-buru memikirkan jodoh.

“Jodoh sudah ditentukan Tuhan. Tugas kalian sekarang adalah menyiapkan diri menjadi pribadi yang pantas. Orang yang bisa menjaga diri dan menahan hawa nafsu akan menjadi generasi yang kuat,” katanya.

Lantik 34 Pejabat, Bupati Ipuk Minta Perkuat Kolaborasi di Tengah Pengurangan Transfer Pusat

BANYUWANGI (Warta Blambangan) - Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani melantik 34 pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Administrator dan Pengawas, di lingkungan Pemkab Banyuwangi, di GOR Tawangalun Banyuwangi, Rabu (15/10/2025). Dalam pelantikan itu Ipuk berpesan untuk memperkuat kolaborasi dan inovasi di tengah pengurangan dana transfer pusat ke daerah (TKD). 



Pada 2026 dana transfer pusat ke Banyuwangi turun hampir 20 persen, yakni sekitar Rp 665 miliar. 


"Ini adalah tantangan besar buat kita semua. Bagaimana dengan berkurangnya transfer pusat ke daerah tidak mengurangi pelayanan dasar. Layanan publik dasar seperti kesehatan, pendidikan, dan lingkungan tidak boleh terganggu harus tetap berjalan dengan baik," kata Ipuk.


Karena itu di tengah tantangan tersebut, menurut Ipuk kuncinya adalah kolaborasi dan inovasi. "Bagaimana di tengah berkurangnya transfer pusat, kita semua harus lincah menemukan solusi yang bisa mempercepat kerja kita tanpa harus menambah biaya," tambah Ipuk.


Dalam pelantikan itu, Bupati Ipuk melantik sejumlah pejabat di antara pejabat yang dilantik adalah Amir Hidayat sebagai Kepala Dinas Kesehatan, serta dr Siti Asiyah Anggraeni sebagai Wakil Direktur Pelayanan dan Penunjang sekaligus Plt Direkrut RSUD Blambangan, serta sejumlah camat dan lurah.  


Ipuk mengatakan rotasi jabatan ini dilakukan untuk penyegaran agar mencapai kinerja yang terbaik.


"Mudah-mudahan kinerjanya semakin lebih baik dan capaian kinerjanya semakin lebih meningkat lagi,” harap Ipuk.


Dia mengingatkan setiap posisi yang diterima merupakan hasil dari proses panjang, evaluasi, dan penilaian terhadap kinerja, bukan karena kedekatan pribadi.

"Jabatan ini bukan atas bantuan dari seseorang, tapi karena kinerja masing-masing. Bukan karena kedekatan dengan bupati. Saya pastikan bahwa penunjukan ibu bapak semua bebas dari uang atau dana yang diperuntukkan untuk saya," tutup Ipuk. (*)

Puisi Bahasa Osing Guritan Sangang Puluh Sanga (99) Karya Jaenuri Diluncurkan Kadispendik Banyuwangi

Banyuwangi, (Warta Blambangan) Di tengah aroma tanah kenangan Lemahbangdewo yang akrab dengan kenangan masa kecil, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi, H. Suratno, S.Pd., M.M., membuka peluncuran buku puisi berbahasa osing karya Drs. Ir. Jaenuri NZ., M.Pd., bertajuk Guritan Sangang Puluh Sanga (99). Acara berlangsung hangat di LKP TBM ELIT Rogojampi, dihadiri para guru, seniman, dan tokoh kebudayaan Using Banyuwangi.

Suasana menjadi syahdu ketika Suratno secara spontan membacakan puisi berjudul Guru dalam Undharasa Using. Dengan kefasihan yang mengalir alami, ia mendapat tepuk tangan panjang dari audiensi. “Saya tumbuh di Lemahbangdewo, diasuh Mbah Cilik. Masa kecil saya penuh dialek osing. Maka ketika membaca puisi osing, saya seperti pulang,” ujarnya dengan mata berkaca.b


Dalam sambutannya, Kadispendik menegaskan bahwa karya Jaenuri bukan sekadar buku puisi, tetapi juga “peluru kultural” dalam perjuangan agar Bahasa osing diakui sebagai bahasa yang berdiri sendiri, bukan sekadar dialek Jawa seperti tertulis dalam regulasi provinsi. Ia meminta K3S dan MGMP Bahasa osing menjadikan buku ini sebagai referensi bahan ajar. “Anak-anak osing harus bisa membaca puisinya sendiri,” tegasnya.

Peluncuran buku ditandai dengan penandatanganan banner bergambar sampul karya. Di sisi lain, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Taufik Rachman, M.Si., memuji konsistensi Jaenuri yang setiap ulang tahun selalu menerbitkan buku tunggal—tanpa antologi gabungan. “Karya ini bagian dari nguri-nguri pesan leluhur. Ia menulis bukan karena tren, tapi karena panggilan darah osing-nya,” tutur Taufik, seraya berharap buku tersebut kelak mendapat penghargaan Bupati pada Hari Jadi Banyuwangi.

Jaenuri, yang dikenal sebagai penulis lintas profesi, guru, dosen, dan pegiat komunitas—menyebut buku 99 ini sebagai kado untuk dunia pendidikan Banyuwangi. Ia ingin di era digital yang kian deras, anak-anak muda tidak tercerabut dari akar bahasanya. Buku ini tidak dijual, melainkan akan disumbangkan ke perpustakaan sekolah. “Biarlah nanti, empat atau lima tahun mendatang, buku ini hidup di format e-book Dinas Perpustakaan,” ucap kakek dari Arjun, Tribuana, Panjalu, dan Jayabaya ini.

Hadir pula Ketua Kiling Using, Aekanu Haryono, yang mengaku gembira karena “pecut semangat” yang dulu ia berikan membuahkan karya besar. “Prof Nuri,” sapanya akrab, “adalah contoh penulis yang mau ngopi jauh demi silaturahmi dan menulis tanpa henti.”

Ketua Lentera Sastra Banyuwangi, Syafaat, menambahkan bahwa karya semacam ini perlu terus hidup. “Meski masih ada perdebatan tentang status Bahasa Osing—bahasa atau dialek—kita perlu mengapresiasi setiap upaya pelestarian bahasa lokal melalui karya sastra. Banyuwangi butuh lebih banyak puisi seperti ini,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Blambangan, Drs. Hasan Basri, menilai Jaenuri membawa semangat “Ksatria Satrian”—nekat, teguh, dan percaya bahwa sastra bisa menjadi wujud keberanian spiritual.

Apresiasi juga datang dari Ketua MGMP Bahasa osing SMP, Yeti Chotimah, S.Pd., M.Art., dan Ketua Komunitas Kopiwangi, Andi Budi Setiawan, S.Pd., yang menilai karya ini mampu menyalakan semangat literasi di kalangan guru dan siswa. Buku yang dieditori Rhiza E. Purwanto, M.A., dan telah ber-ISBN 978-634-7376-19-0 ini pun menjadi simbol bahwa sastra osing bukan sekadar nostalgia, melainkan gerakan kultural yang hidup dan terus menulis sejarahnya sendiri.

(Bung Aguk/AM/JN-SW)

KIK ke-34 HISKI Resmi Dibuka di BBPMP Jawa Timur: Soroti Sastra dan Aktivisme Sosial di Era Digital

Surabaya, (Warta Blambangan) Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) secara resmi membuka Konferensi Internasional Kesusastraan (KIK) ke-34 di Graha Wiyata Hall, Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Jawa Timur, Jumat (10/10). Tahun ini, konferensi mengangkat tema besar “Sastra dan Aktivisme Sosial”, menyoroti peran sastra dalam mengartikulasikan isu-isu kemanusiaan, lingkungan, dan teknologi digital.

Acara pembukaan dimulai pukul 13.00 WIB, diawali dengan registrasi peserta dan makan siang bersama, dilanjutkan dengan laporan Ketua Pelaksana Prof. Pratiwi Retnaningdyah, Ph.D., serta sambutan dari Ketua Umum HISKI, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum., dan Rektor Universitas Negeri Surabaya, Prof. Dr. Nurhasan. Dalam kesempatan itu, HISKI juga menyerahkan penghargaan “Tokoh Peduli Pantun” serta melakukan penandatanganan MoU antara HISKI Pusat dan UNESA sebagai wujud kolaborasi akademik lintas lembaga. 

Acara turut dimeriahkan dengan peluncuran buku oleh Dr. Much. Koiri, diikuti sesi pleno menghadirkan tiga pembicara utama: Hafidz Muksin, S.Sos., M.Si., Annisa Beta, Ph.D. (University of Melbourne), dan Prof. Milena Mileva (Slovenia).

Setelah sesi utama, peserta mengikuti sesi paralel I dan II yang menghadirkan ratusan pemakalah dari berbagai universitas dan komisariat HISKI di seluruh Indonesia. Sesi ini membahas beragam topik mulai dari ekosastra, feminisme, sastra digital, hingga pendidikan literasi berbasis nilai kemanusiaan.

Konferensi berlanjut pada Sabtu, 11 Oktober 2025, dengan agenda pleno internasional menghadirkan tiga pembicara terkemuka: Dr. Annette Damayanti Lienau dari Harvard University, Dr. Ai Takeshita dari Tokyo University of Foreign Studies, dan Prof. Dr. Wardiman Djojonegoro, tokoh pendidikan nasional.

Rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan sesi paralel III, Rapat Koordinasi Nasional HISKI Pusat dan Daerah (RAKORNAS), penampilan keroncong, serta penutupan dan penyerahan penghargaan pada sore hari.

Ketua Umum HISKI, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, menegaskan bahwa konferensi ini bukan hanya ajang akademik, tetapi juga bentuk tanggung jawab moral komunitas sastra untuk merespons tantangan sosial dan kemanusiaan. “Sastra hari ini bergerak dalam ruang aktivisme. Sastra diharapkan kuat berbicara tentang lingkungan, kesetaraan, spiritualitas, dan teknologi sebagai buah refleksi dari dunia yang terus berubah,” ujarnya. 


Dengan lebih dari 140 pemakalah dan sembilan subtema utama, KIK ke-34 HISKI diharapkan menjadi forum penting bagi pertukaran gagasan, kolaborasi penelitian, dan penguatan jejaring akademik lintas disiplin untuk kemajuan ilmu kesusastraan Indonesia. (Lutfia)

Rayakan HUT ke-80, Kodim 0825 adakan Upacara dan Pembagian Sembako kepada BCM Taman Blambangan

Banyuwangi (Warta Blambangan) Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Tentara Nasional Indonesia (TNI) ke-80, Kodim 0825 Banyuwangi menggelar upacara khidmat di Taman Blambangan, Minggu (5/10/2025). Kegiatan tersebut dipimpin langsung oleh Dandim 0825 Banyuwangi, Letkol (Arm) Triyadi Indrawijaya, S.H., M.I.P., dan berlangsung tertib serta penuh semangat kebangsaan.

Momentum peringatan HUT TNI kali ini terasa lebih istimewa karena diakhiri dengan kegiatan sosial berupa pembagian sembako kepada para pelaku UMKM yang tergabung dalam Banyuwangi Creative Market (BCM) di sekitar Taman Blambangan. Aksi sosial tersebut menjadi wujud kepedulian dan kedekatan TNI dengan masyarakat kecil, khususnya para pelaku ekonomi kreatif lokal.b


“Bakti sosial ini merupakan bentuk nyata kemanunggalan TNI dengan rakyat. Kami ingin kebahagiaan HUT TNI juga dirasakan oleh masyarakat, terutama mereka yang setiap hari berjuang menghidupi keluarga lewat usaha kecil,” ujar Letkol Triyadi usai kegiatan.

Pada usia ke-80, TNI mengusung tema besar “TNI Prima, TNI Rakyat, Indonesia Maju.” Tema tersebut mengandung makna filosofis yang mendalam. Kata prima merupakan akronim dari profesional, responsif, integratif, modern, dan adaptif, yang mencerminkan tekad TNI untuk terus meningkatkan kualitas prajurit agar siap menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks.

Sementara frasa “TNI Rakyat” menegaskan kembali jati diri TNI sebagai penjaga kedaulatan yang lahir dari rakyat, berjuang untuk rakyat, dan senantiasa hadir di tengah-tengah rakyat. Adapun “Indonesia Maju” menjadi tujuan akhir sinergi antara TNI dan masyarakat, yakni mewujudkan bangsa yang berdaulat, mandiri, serta sejahtera.

Letkol Triyadi menambahkan, kemanunggalan TNI dengan rakyat adalah kekuatan utama dalam menjaga keutuhan NKRI. “Kami akan terus berupaya menjadi garda terdepan dalam pertahanan, sekaligus menjadi sahabat rakyat dalam setiap langkah menuju Indonesia yang maju,” tegasnya.

Upacara HUT TNI ke-80 di Taman Blambangan berjalan lancar, diiringi antusiasme masyarakat yang memadati area taman. Suasana penuh keakraban antara prajurit dan warga menjadi bukti nyata semangat kebersamaan dan nasionalisme yang terus tumbuh di Banyuwangi.

Workshop Gemar Berbahasa Asing Dorong Guru MI Banyuwangi Tingkatkan Kompetensi

Banyuwangi (Warta Blambangan) Sebanyak 140 guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) se-Kabupaten Banyuwangi mengikuti Workshop Gemar Berbahasa Asing yang digelar Kelompok Kerja Guru Kelas MI pada Kamis, 25 September 2025, di aula bawah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi. 


Panitia penyelenggara, Siti Nur Khofifah, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan agar madrasah mampu mengikuti arus perkembangan zaman. “Apalagi Banyuwangi dengan sektor pariwisatanya yang tinggi menuntut penguasaan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, sebagai sebuah keniscayaan,” ungkapnya.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, Dr. H. Chaironi Hidayat, dalam sambutannya menekankan pentingnya peran guru MI dalam membentuk memori positif siswa. “Guru madrasah ibtidaiyah adalah sosok yang paling diingat anak setelah guru RA. Maka jangan sampai yang diingat justru hal negatif,” pesannya.

Chaironi juga menambahkan bahwa akselerasi bahasa Inggris di Banyuwangi patut diapresiasi karena semakin terpacu oleh geliat sektor pariwisata yang dibanjiri wisatawan asing. Menurutnya, kompetensi personal seorang guru sangat penting karena yang pertama kali dilihat siswa adalah figur gurunya. Ia juga menyinggung keteladanan Zaid bin Tsabit, juru tulis Nabi Muhammad SAW, yang mampu menguasai bahasa asing hanya dalam 17 hari. “Ini menunjukkan pentingnya kemampuan bahasa sebagai jembatan hubungan antarbangsa,” ujarnya. 


Dalam sesi pertama workshop, hadir dua narasumber. Syafaat, S.H., M.H.I., dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, menyampaikan materi tentang branding madrasah melalui penguasaan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Ia menekankan pentingnya memanfaatkan media sosial dan keterampilan berbahasa untuk meningkatkan citra madrasah di tengah masyarakat.

Narasumber kedua, Dimas Supartono, berbagi kiat-kiat mengajarkan bahasa Inggris kepada siswa agar terasa menyenangkan. Menurutnya, pembelajaran bahasa asing di madrasah harus dikemas kreatif sehingga mampu menumbuhkan minat dan kegemaran siswa dalam belajar.

Workshop ini diharapkan menjadi langkah awal dalam meningkatkan kualitas guru MI Banyuwangi agar lebih siap menghadapi tantangan global, sekaligus mendukung pengembangan pendidikan berbasis kearifan lokal yang selaras dengan kebutuhan zaman. (Syaf)

Bupati Ipuk Fiestiandani Apresiasi Kafilah Banyuwangi di MTQ XXXI Jawa Timur

Jember (Warta Blambanga)  Dalam kesejukan senja yang dipenuhi lantunan ayat suci, langkah seorang pemimpin hadir membawa cahaya doa. Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, mendatangi basecamp kafilah Banyuwangi pada Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-31 tingkat Provinsi Jawa Timur di Jember, Jumat (20/9/2025). Kehadirannya bagaikan embun yang menyejukkan hati para kafilah yang tengah berjuang mengibarkan panji Qur’ani dari ujung timur Pulau Jawa.

Dengan tatapan penuh kasih dan suara yang lembut, Ipuk menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta, baik yang menorehkan kemenangan maupun yang belum digariskan takdir untuk meraih juara. Baginya, setiap peluh yang jatuh, setiap ayat yang dihafal, dan setiap doa yang dipanjatkan adalah kemenangan itu sendiri. 


“Saya tidak pernah berhak kecewa,” ujar beliau dengan mata berkaca, “karena semua hasil ini adalah buah dari usaha sungguh-sungguh, doa orang tua, dan anugerah Allah SWT. Kepada yang juara, saya ucapkan selamat. Dan kepada yang belum, janganlah berkecil hati, sebab Allah selalu menyediakan jalan bagi hamba-Nya yang terus berikhtiar.”

Asisten I Sekda Banyuwangi, Muhammad Yanuar Bramudya, mengabarkan bahwa dari 34 peserta, Banyuwangi telah menorehkan catatan membanggakan. Cabang Musabaqah Fahmil Qur’an Putri berhasil meraih puncak juara, sementara putra menyentuh peringkat ketiga. Tak ketinggalan, cabang hafalan Al-Qur’an 30 juz dan tilawah 1 juz putri yang diikuti Yasmin juga menyumbang peringkat ketiga.

Nama Yasmin menjadi cahaya yang menyentuh hati. Seorang putri tunanetra yang dengan suara merdu tilawahnya menembus dinding keterbatasan. Ketika lantunan ayat suci meluncur dari lisannya, seakan-akan langit ikut bergetar dan bumi memberi ruang. Bukti bahwa cinta kepada Qur’an mampu melampaui segala batas. “Ini sungguh membanggakan,” tutur Ipuk, “karena Yasmin telah mengajarkan kita bahwa yang disebut kelemahan hanyalah semu bila hati berpegang pada firman Allah.”

Dalam kesempatan itu, Ipuk meneguhkan kembali komitmen pemerintah daerah: membangun Banyuwangi dengan kekuatan sumber daya manusia yang unggul dalam iman, ilmu, dan akhlak. “Kemajuan bukan hanya perkara teknologi, melainkan pula perkara cahaya yang bersemayam di hati. Generasi Qur’ani inilah penopang masa depan Banyuwangi,” ucapnya.

Syafaat, pembina kafilah dari Kementerian Agama Banyuwangi, menuturkan bahwa kedatangan Bupati Ipuk bagai angin segar bagi para peserta. “Anak-anak semakin bersemangat. Mereka yang juara mendapat bingkisan langsung dari beliau, dan yang belum berhasil mendapat doa serta motivasi. Itu lebih dari cukup untuk menyalakan api perjuangan kembali,” katanya penuh syukur.

Dengan wajah yang teduh, Bupati Ipuk menutup perjumpaan itu dengan harapan: semoga setiap pengalaman di MTQ kali ini menjadi bekal berharga, semoga setiap suara yang melantunkan Qur’an menjadi doa yang menembus langit, dan semoga Banyuwangi senantiasa dipenuhi generasi yang menjadikan kalam Ilahi sebagai pedoman hidup.


Berlayar dengan Cahaya Kalam Ilahi: Kafilah Banyuwangi Menuju MTQ Jatim XXXI

Banyuwangi (Warta Blambangan) Dari tanah ujung timur pulau, fajar Qur’ani kembali dipantulkan. Sebanyak 34 kafilah Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Kabupaten Banyuwangi resmi diberangkatkan menuju gelanggang suci MTQ Tingkat Provinsi Jawa Timur ke-XXXI yang digelar di Jember, 12–19 September 2025. Di Aula Rempeg Jogopati, Kamis (12/9/2025), doa, harapan, dan restu berpadu dalam satu irama.

Mereka adalah putra-putri pilihan: 19 qari dan hafidz dari barisan lelaki, 15 dari kalangan putri. Semuanya siap menorehkan ayat dengan suara dan hafalan, berkompetisi di 25 cabang lomba. Mereka tidak berangkat sendirian. Sebelas pembina mendampingi langkah; sembilan dari LPTQ Banyuwangi, dua dari LPTQ Jawa Timur. Sejak Juli 2024, peluh dan doa mereka ditempa dalam pembinaan yang panjang hingga September 2025—ibarat menempa pedang agar tajam di medan laga.

Ketua I LPTQ Banyuwangi, Dr. Chaironi Hidayat, S.Ag., M.M., yang juga Kepala Kantor Kementerian Agama, menuturkan bahwa pembinaan dilakukan melalui pola intensif dua pekan sekali, dipadu dengan tujuh kali pembinaan terpusat. “Usaha panjang ini diharapkan membuahkan hasil maksimal, mengantarkan kafilah Banyuwangi tampil percaya diri di Jember,” ucapnya, seakan menyalakan pelita di dada para peserta. 


Lebih jauh, Chaironi mengabarkan kabar bahagia: dua tokoh Banyuwangi, Dewasa dan Ustadz Yasin Habibi, dipercaya menjadi dewan hakim MTQ Jawa Timur ke-XXXI. Amanah itu, katanya, adalah kepercayaan yang harus dijaga dengan keadilan, bahkan ketika harus menilai anak-anak Banyuwangi sendiri.

Dari panggung doa, suara Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, meneteskan makna lain. Baginya, MTQ bukan sekadar perlombaan melagukan Kalamullah. Ia adalah jalan membangun karakter dan peradaban. “Jika semakin banyak anak-anak Banyuwangi mencintai dan mengamalkan Al-Qur’an, saya yakin masa depan Banyuwangi akan lebih baik,” ucapnya, dengan keyakinan yang menyerupai doa ibu pada anaknya.

Ipuk pun menitipkan pesan keberangkatan. “Kalian berangkat bukan hanya membawa nama pribadi, tetapi juga nama baik Banyuwangi. Tunjukkan kemampuan terbaik, dan insyaallah pulang membawa kabar gembira,” katanya, menutup dengan restu penuh kebanggaan.

MTQ Jawa Timur ke-XXXI sendiri akan dibuka pada Sabtu malam (13/9/2025) di Stadion Universitas Negeri Jember. Lomba akan berlangsung 14–19 September, dengan penutupan pada Jumat malam (19/9/2025). Di Hotel GM253 Jember, kafilah Banyuwangi akan berdiam, menjadikannya basecamp perjuangan, sementara dukungan transportasi telah disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. 


Di pundak mereka, ayat suci bukan sekadar bacaan. Ia menjelma pelita, menjelma nafas, menjelma cahaya yang siap membawa harum nama Banyuwangi di kancah provinsi.


FGD Deteksi Dini Konflik Keagamaan, Kemenag Banyuwangi Perkuat Sinergi Lintas Sektor

Banyuwangi (Warta Blambangan) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi melalui Seksi Bimbingan Masyarakat Islam menggelar Fokus Group Discussion (FGD) tentang Early Warning System (deteksi dan pencegahan dini konflik keagamaan) di Balai Nikah KUA Kecamatan Gambiran, Selasa (09/09/2025). Kegiatan diikuti 50 peserta yang terdiri atas kepala KUA, penyuluh agama, tokoh masyarakat, serta unsur Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimka).

Acara dibuka oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Drs. H. Moh. Jali, M.Pd.I., mewakili Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi. Ia menegaskan bahwa deteksi dan pencegahan dini merupakan langkah strategis agar potensi konflik, baik antarumat maupun internal umat beragama, dapat segera diantisipasi. 


Diskusi berlangsung interaktif dengan menghadirkan pandangan lintas sektor. Camat Gambiran, Bambang Suryono, mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati menggunakan media sosial. Kapolsek Gambiran, AKP Badrodin Hidayat, menambahkan bahwa media sosial kerap menjadi saluran tercepat penyebaran provokasi, sehingga pemahaman agama yang baik sangat diperlukan, khususnya bagi generasi muda.

Dari unsur TNI, perwakilan Danramil Gambiran, Mujiono, menekankan pentingnya manajemen teritorial melalui peran Babinsa dalam mendeteksi potensi konflik sejak dini. Kepala KUA Banyuwangi, Abdul Aziz, juga mengingatkan bahwa konflik internal umat beragama perlu menjadi perhatian serius melalui penguatan komunikasi di tingkat lokal.

Tokoh lintas agama turut menyampaikan pandangan. Penyuluh Hindu, Andi Purnomo, mendorong penyebaran konten positif di media sosial. Penyelenggara Hindu, Oksan Wibowo, mengapresiasi harmoni masyarakat Banyuwangi yang hidup rukun dalam keberagaman. Dari FKUB, Imam Mukhlis menyoroti pentingnya pendidikan agama yang diajarkan oleh guru seagama untuk menghindari kesalahpahaman, senada dengan pernyataan Penyuluh Agama Katolik, Fransiska Niken Trihartini.


Sementara itu, Ketua MWCNU Genteng, Syaifudin Zuhri, menilai konflik di Indonesia lebih banyak dipicu faktor non-agama seperti kesenjangan sosial, namun tokoh agama dan ASN memiliki tanggung jawab moral untuk mencegah konflik dari berbagai sumber.

Kepala KUA Gambiran sekaligus Ketua Panitia, Gufron Musthofa, berharap kegiatan ini memperkuat semangat persaudaraan dan memperkokoh harmoni antarumat beragama. Seluruh peserta sepakat bahwa sinergi lintas sektor menjadi kunci utama menjaga kerukunan. Media sosial didorong sebagai sarana dakwah dan edukasi, sementara tokoh agama dan masyarakat tetap menjadi garda terdepan merawat kerukunan di Banyuwangi.


Bimas Islam Sabet Juara Umum, Lomba HUT RI Kemenag Banyuwangi Jadi Simbol Soliditas


Banyuwangi (Warta Blambangan) Suasana riuh penuh gelak tawa, kebersamaan, dan energi positif mewarnai peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi. Tidak hanya sekadar seremoni, perayaan tahun ini berubah menjadi momentum pengikat kebersamaan keluarga besar Kemenag, ketika seluruh seksi dan pegawai terlibat aktif dalam enam perlombaan unik yang digelar sejak tanggal 27 Agustus 2025. 


Kepala Kantor Kemenag Banyuwangi, Dr. Chaironi Hidayat, hadir sekaligus ikut meramaikan perlombaan dengan penuh keakraban. Saat pengumuman pemenang lomba pada Jumat siang, beliau menekankan bahwa nilai kebersamaan jauh lebih bermakna dibandingkan hadiah yang diperebutkan.

> “Hadiah itu simbolis saja, yang penting kita semua bergembira. Nilainya tidak seberapa, tetapi tawa, keceriaan, dan kekompakan inilah yang sangat berarti. InsyaAllah tahun depan kita buat lebih meriah lagi,” tegasnya yang langsung disambut tepuk tangan meriah dari peserta.

Enam lomba yang dipertandingkan—baris-berbaris dengan mata tertutup, estafet air, makan kerupuk, makan biskuit, yel-yel, hingga lomba memasak ala Arabian—menjadi ajang adu kreatifitas sekaligus pengikat emosional antarpegawai. Setiap seksi tampil dengan semangat tinggi, mencerminkan bahwa peringatan kemerdekaan bukan hanya tentang mengenang masa lalu, tetapi juga memperkuat kolaborasi di masa kini.

Hasil perlombaan menunjukkan dominasi Seksi Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam yang berhasil menyabet lima gelar juara dari enam cabang lomba, sehingga berhak menyandang predikat juara umum. Keberhasilan ini bukan hanya soal capaian lomba, tetapi sekaligus cerminan soliditas dan kekompakan tim Bimas Islam yang begitu kuat. 


> “Alhamdulillah, semua seksi kompak. Namun yang paling berkesan tentu adalah kebersamaan yang terjalin di antara kita semua. Inilah semangat Kemenag Banyuwangi dalam merayakan kemerdekaan,” ungkap Oksan Wibowo, salah satu panitia lomba.

Acara ditutup dengan pembagian hadiah sederhana berupa laptop, kipas angin, dan tas, sebagai simbol apresiasi atas semangat dan partisipasi peserta. Meski tidak bernilai tinggi secara materi, hadiah tersebut menjelma sebagai ikon penghargaan atas semangat kolektif keluarga besar Kemenag Banyuwangi, Jumat (29/08/2025)

Lebih jauh, Dr. Chaironi mengingatkan bahwa semangat kebersamaan ini tidak boleh berhenti pada momentum HUT RI semata, tetapi harus dijaga dalam keseharian di lingkungan kerja Kemenag. Dengan demikian, nilai kebersamaan yang tercipta dalam riuh tawa lomba akan menjadi modal sosial untuk melahirkan kinerja yang semakin solid dan produktif.

BCM Banyuwangi Creative Market Padukan Kreativitas, Semangat Kemerdekaan, dan Sosialisasi P4GN

Banyuwangi, (Warta Blambangan) Suasana Taman Sritanjung dan Taman Blambangan Banyuwangi pada akhir pekan, Sabtu–Minggu (24–25/8/2025), bergelora dengan kehadiran Banyuwangi Creative Market (BCM). Ribuan warga memadati lokasi untuk menyaksikan perhelatan akbar yang kali ini tampil berbeda: memadukan kreativitas UMKM, semangat peringatan HUT RI ke-80, serta sosialisasi Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).v


Ketua BCM, Rahmat, menyebut kegiatan kali ini penuh energi dan sangat bermanfaat.

“Alhamdulillah, kegiatan luar biasa. Semangatnya meledak, apalagi dengan tambahan sosialisasi P4GN yang benar-benar membuka mata. Banyak informasi penting yang bermanfaat bagi para pelaku UMKM. Sosialisasi semacam ini harus terus digencarkan,” ujarnya penuh semangat.

Meskipun omzet pelaku UMKM pada Agustus sedikit menurun akibat masyarakat sibuk dengan euforia kemerdekaan, Rahmat memastikan kondisi usaha tetap tangguh. “Kalau dibandingkan dengan tahun lalu, levelnya masih sama. Agustus biasanya turun, tapi semangat UMKM tidak pernah padam,” tambahnya.

Kemeriahan BCM semakin terasa karena para pedagang tampil dengan busana adat tradisional dan kostum pejuang kemerdekaan. Dari batik Jawa, udeng Bali, sarung Madura, hingga pakaian adat dari wilayah timur Indonesia, semuanya menyatu dalam lautan warna yang menegaskan kebhinekaan. Suasana perjuangan tempo dulu seakan hidup kembali, berpadu dengan kreativitas masa kini.

Tak sekadar transaksi jual beli, BCM juga menghadirkan ruang edukasi dan kampanye sosial. Melalui sosialisasi P4GN, para pelaku UMKM dibekali pemahaman tentang bahaya narkoba dan dampaknya terhadap generasi muda. Muhammad Hakim Said dari Yayasan Rumah Kebangsaan Banyuwangi menegaskan pentingnya keterlibatan semua pihak dalam pencegahan narkoba.

“UMKM adalah tulang punggung ekonomi rakyat. Kalau mereka sehat dan bersih dari narkoba, otomatis masyarakat juga kuat. Kita tidak boleh lengah, karena narkoba bisa menyasar siapa saja, termasuk kalangan pelaku usaha,” ungkapnya.

Ia menambahkan, kegiatan BCM menjadi momentum penting untuk menggabungkan promosi ekonomi kreatif dengan gerakan sosial. “Kami berharap kesadaran masyarakat semakin meningkat sehingga Banyuwangi benar-benar bisa terbebas dari darurat narkoba,” tegas Hakim Said.

BCM pun kembali membuktikan dirinya sebagai motor penggerak UMKM sekaligus panggung perjuangan budaya dan sosial. Dengan dukungan penuh pemerintah daerah, Rahmat optimistis BCM akan terus melahirkan inspirasi dan membawa UMKM Banyuwangi naik kelas.

“Harapan ke depan tetap sama: pemerintah daerah terus mendukung. Karena dari sinilah UMKM kita akan semakin kuat,” pungkasnya.

Di tengah semarak peringatan 80 tahun kemerdekaan RI, BCM tampil bukan sekadar pasar kreatif, melainkan simbol perlawanan terhadap narkoba, wujud persatuan budaya, sekaligus kebangkitan ekonomi rakyat Banyuwangi.

 
Copyright © 2013. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Template Modify by Blogger Tutorial
Proudly powered by Blogger