Pages

Tampilkan postingan dengan label Kabar dan Wawasan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kabar dan Wawasan. Tampilkan semua postingan

Bupati Ipuk Fiestiandani Apresiasi Kafilah Banyuwangi di MTQ XXXI Jawa Timur

Jember (Warta Blambanga)  Dalam kesejukan senja yang dipenuhi lantunan ayat suci, langkah seorang pemimpin hadir membawa cahaya doa. Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, mendatangi basecamp kafilah Banyuwangi pada Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-31 tingkat Provinsi Jawa Timur di Jember, Jumat (20/9/2025). Kehadirannya bagaikan embun yang menyejukkan hati para kafilah yang tengah berjuang mengibarkan panji Qur’ani dari ujung timur Pulau Jawa.

Dengan tatapan penuh kasih dan suara yang lembut, Ipuk menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta, baik yang menorehkan kemenangan maupun yang belum digariskan takdir untuk meraih juara. Baginya, setiap peluh yang jatuh, setiap ayat yang dihafal, dan setiap doa yang dipanjatkan adalah kemenangan itu sendiri. 


“Saya tidak pernah berhak kecewa,” ujar beliau dengan mata berkaca, “karena semua hasil ini adalah buah dari usaha sungguh-sungguh, doa orang tua, dan anugerah Allah SWT. Kepada yang juara, saya ucapkan selamat. Dan kepada yang belum, janganlah berkecil hati, sebab Allah selalu menyediakan jalan bagi hamba-Nya yang terus berikhtiar.”

Asisten I Sekda Banyuwangi, Muhammad Yanuar Bramudya, mengabarkan bahwa dari 34 peserta, Banyuwangi telah menorehkan catatan membanggakan. Cabang Musabaqah Fahmil Qur’an Putri berhasil meraih puncak juara, sementara putra menyentuh peringkat ketiga. Tak ketinggalan, cabang hafalan Al-Qur’an 30 juz dan tilawah 1 juz putri yang diikuti Yasmin juga menyumbang peringkat ketiga.

Nama Yasmin menjadi cahaya yang menyentuh hati. Seorang putri tunanetra yang dengan suara merdu tilawahnya menembus dinding keterbatasan. Ketika lantunan ayat suci meluncur dari lisannya, seakan-akan langit ikut bergetar dan bumi memberi ruang. Bukti bahwa cinta kepada Qur’an mampu melampaui segala batas. “Ini sungguh membanggakan,” tutur Ipuk, “karena Yasmin telah mengajarkan kita bahwa yang disebut kelemahan hanyalah semu bila hati berpegang pada firman Allah.”

Dalam kesempatan itu, Ipuk meneguhkan kembali komitmen pemerintah daerah: membangun Banyuwangi dengan kekuatan sumber daya manusia yang unggul dalam iman, ilmu, dan akhlak. “Kemajuan bukan hanya perkara teknologi, melainkan pula perkara cahaya yang bersemayam di hati. Generasi Qur’ani inilah penopang masa depan Banyuwangi,” ucapnya.

Syafaat, pembina kafilah dari Kementerian Agama Banyuwangi, menuturkan bahwa kedatangan Bupati Ipuk bagai angin segar bagi para peserta. “Anak-anak semakin bersemangat. Mereka yang juara mendapat bingkisan langsung dari beliau, dan yang belum berhasil mendapat doa serta motivasi. Itu lebih dari cukup untuk menyalakan api perjuangan kembali,” katanya penuh syukur.

Dengan wajah yang teduh, Bupati Ipuk menutup perjumpaan itu dengan harapan: semoga setiap pengalaman di MTQ kali ini menjadi bekal berharga, semoga setiap suara yang melantunkan Qur’an menjadi doa yang menembus langit, dan semoga Banyuwangi senantiasa dipenuhi generasi yang menjadikan kalam Ilahi sebagai pedoman hidup.


Berlayar dengan Cahaya Kalam Ilahi: Kafilah Banyuwangi Menuju MTQ Jatim XXXI

Banyuwangi (Warta Blambangan) Dari tanah ujung timur pulau, fajar Qur’ani kembali dipantulkan. Sebanyak 34 kafilah Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Kabupaten Banyuwangi resmi diberangkatkan menuju gelanggang suci MTQ Tingkat Provinsi Jawa Timur ke-XXXI yang digelar di Jember, 12–19 September 2025. Di Aula Rempeg Jogopati, Kamis (12/9/2025), doa, harapan, dan restu berpadu dalam satu irama.

Mereka adalah putra-putri pilihan: 19 qari dan hafidz dari barisan lelaki, 15 dari kalangan putri. Semuanya siap menorehkan ayat dengan suara dan hafalan, berkompetisi di 25 cabang lomba. Mereka tidak berangkat sendirian. Sebelas pembina mendampingi langkah; sembilan dari LPTQ Banyuwangi, dua dari LPTQ Jawa Timur. Sejak Juli 2024, peluh dan doa mereka ditempa dalam pembinaan yang panjang hingga September 2025—ibarat menempa pedang agar tajam di medan laga.

Ketua I LPTQ Banyuwangi, Dr. Chaironi Hidayat, S.Ag., M.M., yang juga Kepala Kantor Kementerian Agama, menuturkan bahwa pembinaan dilakukan melalui pola intensif dua pekan sekali, dipadu dengan tujuh kali pembinaan terpusat. “Usaha panjang ini diharapkan membuahkan hasil maksimal, mengantarkan kafilah Banyuwangi tampil percaya diri di Jember,” ucapnya, seakan menyalakan pelita di dada para peserta. 


Lebih jauh, Chaironi mengabarkan kabar bahagia: dua tokoh Banyuwangi, Dewasa dan Ustadz Yasin Habibi, dipercaya menjadi dewan hakim MTQ Jawa Timur ke-XXXI. Amanah itu, katanya, adalah kepercayaan yang harus dijaga dengan keadilan, bahkan ketika harus menilai anak-anak Banyuwangi sendiri.

Dari panggung doa, suara Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, meneteskan makna lain. Baginya, MTQ bukan sekadar perlombaan melagukan Kalamullah. Ia adalah jalan membangun karakter dan peradaban. “Jika semakin banyak anak-anak Banyuwangi mencintai dan mengamalkan Al-Qur’an, saya yakin masa depan Banyuwangi akan lebih baik,” ucapnya, dengan keyakinan yang menyerupai doa ibu pada anaknya.

Ipuk pun menitipkan pesan keberangkatan. “Kalian berangkat bukan hanya membawa nama pribadi, tetapi juga nama baik Banyuwangi. Tunjukkan kemampuan terbaik, dan insyaallah pulang membawa kabar gembira,” katanya, menutup dengan restu penuh kebanggaan.

MTQ Jawa Timur ke-XXXI sendiri akan dibuka pada Sabtu malam (13/9/2025) di Stadion Universitas Negeri Jember. Lomba akan berlangsung 14–19 September, dengan penutupan pada Jumat malam (19/9/2025). Di Hotel GM253 Jember, kafilah Banyuwangi akan berdiam, menjadikannya basecamp perjuangan, sementara dukungan transportasi telah disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. 


Di pundak mereka, ayat suci bukan sekadar bacaan. Ia menjelma pelita, menjelma nafas, menjelma cahaya yang siap membawa harum nama Banyuwangi di kancah provinsi.


FGD Deteksi Dini Konflik Keagamaan, Kemenag Banyuwangi Perkuat Sinergi Lintas Sektor

Banyuwangi (Warta Blambangan) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi melalui Seksi Bimbingan Masyarakat Islam menggelar Fokus Group Discussion (FGD) tentang Early Warning System (deteksi dan pencegahan dini konflik keagamaan) di Balai Nikah KUA Kecamatan Gambiran, Selasa (09/09/2025). Kegiatan diikuti 50 peserta yang terdiri atas kepala KUA, penyuluh agama, tokoh masyarakat, serta unsur Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimka).

Acara dibuka oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Drs. H. Moh. Jali, M.Pd.I., mewakili Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi. Ia menegaskan bahwa deteksi dan pencegahan dini merupakan langkah strategis agar potensi konflik, baik antarumat maupun internal umat beragama, dapat segera diantisipasi. 


Diskusi berlangsung interaktif dengan menghadirkan pandangan lintas sektor. Camat Gambiran, Bambang Suryono, mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati menggunakan media sosial. Kapolsek Gambiran, AKP Badrodin Hidayat, menambahkan bahwa media sosial kerap menjadi saluran tercepat penyebaran provokasi, sehingga pemahaman agama yang baik sangat diperlukan, khususnya bagi generasi muda.

Dari unsur TNI, perwakilan Danramil Gambiran, Mujiono, menekankan pentingnya manajemen teritorial melalui peran Babinsa dalam mendeteksi potensi konflik sejak dini. Kepala KUA Banyuwangi, Abdul Aziz, juga mengingatkan bahwa konflik internal umat beragama perlu menjadi perhatian serius melalui penguatan komunikasi di tingkat lokal.

Tokoh lintas agama turut menyampaikan pandangan. Penyuluh Hindu, Andi Purnomo, mendorong penyebaran konten positif di media sosial. Penyelenggara Hindu, Oksan Wibowo, mengapresiasi harmoni masyarakat Banyuwangi yang hidup rukun dalam keberagaman. Dari FKUB, Imam Mukhlis menyoroti pentingnya pendidikan agama yang diajarkan oleh guru seagama untuk menghindari kesalahpahaman, senada dengan pernyataan Penyuluh Agama Katolik, Fransiska Niken Trihartini.


Sementara itu, Ketua MWCNU Genteng, Syaifudin Zuhri, menilai konflik di Indonesia lebih banyak dipicu faktor non-agama seperti kesenjangan sosial, namun tokoh agama dan ASN memiliki tanggung jawab moral untuk mencegah konflik dari berbagai sumber.

Kepala KUA Gambiran sekaligus Ketua Panitia, Gufron Musthofa, berharap kegiatan ini memperkuat semangat persaudaraan dan memperkokoh harmoni antarumat beragama. Seluruh peserta sepakat bahwa sinergi lintas sektor menjadi kunci utama menjaga kerukunan. Media sosial didorong sebagai sarana dakwah dan edukasi, sementara tokoh agama dan masyarakat tetap menjadi garda terdepan merawat kerukunan di Banyuwangi.


Bimas Islam Sabet Juara Umum, Lomba HUT RI Kemenag Banyuwangi Jadi Simbol Soliditas


Banyuwangi (Warta Blambangan) Suasana riuh penuh gelak tawa, kebersamaan, dan energi positif mewarnai peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi. Tidak hanya sekadar seremoni, perayaan tahun ini berubah menjadi momentum pengikat kebersamaan keluarga besar Kemenag, ketika seluruh seksi dan pegawai terlibat aktif dalam enam perlombaan unik yang digelar sejak tanggal 27 Agustus 2025. 


Kepala Kantor Kemenag Banyuwangi, Dr. Chaironi Hidayat, hadir sekaligus ikut meramaikan perlombaan dengan penuh keakraban. Saat pengumuman pemenang lomba pada Jumat siang, beliau menekankan bahwa nilai kebersamaan jauh lebih bermakna dibandingkan hadiah yang diperebutkan.

> “Hadiah itu simbolis saja, yang penting kita semua bergembira. Nilainya tidak seberapa, tetapi tawa, keceriaan, dan kekompakan inilah yang sangat berarti. InsyaAllah tahun depan kita buat lebih meriah lagi,” tegasnya yang langsung disambut tepuk tangan meriah dari peserta.

Enam lomba yang dipertandingkan—baris-berbaris dengan mata tertutup, estafet air, makan kerupuk, makan biskuit, yel-yel, hingga lomba memasak ala Arabian—menjadi ajang adu kreatifitas sekaligus pengikat emosional antarpegawai. Setiap seksi tampil dengan semangat tinggi, mencerminkan bahwa peringatan kemerdekaan bukan hanya tentang mengenang masa lalu, tetapi juga memperkuat kolaborasi di masa kini.

Hasil perlombaan menunjukkan dominasi Seksi Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam yang berhasil menyabet lima gelar juara dari enam cabang lomba, sehingga berhak menyandang predikat juara umum. Keberhasilan ini bukan hanya soal capaian lomba, tetapi sekaligus cerminan soliditas dan kekompakan tim Bimas Islam yang begitu kuat. 


> “Alhamdulillah, semua seksi kompak. Namun yang paling berkesan tentu adalah kebersamaan yang terjalin di antara kita semua. Inilah semangat Kemenag Banyuwangi dalam merayakan kemerdekaan,” ungkap Oksan Wibowo, salah satu panitia lomba.

Acara ditutup dengan pembagian hadiah sederhana berupa laptop, kipas angin, dan tas, sebagai simbol apresiasi atas semangat dan partisipasi peserta. Meski tidak bernilai tinggi secara materi, hadiah tersebut menjelma sebagai ikon penghargaan atas semangat kolektif keluarga besar Kemenag Banyuwangi, Jumat (29/08/2025)

Lebih jauh, Dr. Chaironi mengingatkan bahwa semangat kebersamaan ini tidak boleh berhenti pada momentum HUT RI semata, tetapi harus dijaga dalam keseharian di lingkungan kerja Kemenag. Dengan demikian, nilai kebersamaan yang tercipta dalam riuh tawa lomba akan menjadi modal sosial untuk melahirkan kinerja yang semakin solid dan produktif.

BCM Banyuwangi Creative Market Padukan Kreativitas, Semangat Kemerdekaan, dan Sosialisasi P4GN

Banyuwangi, (Warta Blambangan) Suasana Taman Sritanjung dan Taman Blambangan Banyuwangi pada akhir pekan, Sabtu–Minggu (24–25/8/2025), bergelora dengan kehadiran Banyuwangi Creative Market (BCM). Ribuan warga memadati lokasi untuk menyaksikan perhelatan akbar yang kali ini tampil berbeda: memadukan kreativitas UMKM, semangat peringatan HUT RI ke-80, serta sosialisasi Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).v


Ketua BCM, Rahmat, menyebut kegiatan kali ini penuh energi dan sangat bermanfaat.

“Alhamdulillah, kegiatan luar biasa. Semangatnya meledak, apalagi dengan tambahan sosialisasi P4GN yang benar-benar membuka mata. Banyak informasi penting yang bermanfaat bagi para pelaku UMKM. Sosialisasi semacam ini harus terus digencarkan,” ujarnya penuh semangat.

Meskipun omzet pelaku UMKM pada Agustus sedikit menurun akibat masyarakat sibuk dengan euforia kemerdekaan, Rahmat memastikan kondisi usaha tetap tangguh. “Kalau dibandingkan dengan tahun lalu, levelnya masih sama. Agustus biasanya turun, tapi semangat UMKM tidak pernah padam,” tambahnya.

Kemeriahan BCM semakin terasa karena para pedagang tampil dengan busana adat tradisional dan kostum pejuang kemerdekaan. Dari batik Jawa, udeng Bali, sarung Madura, hingga pakaian adat dari wilayah timur Indonesia, semuanya menyatu dalam lautan warna yang menegaskan kebhinekaan. Suasana perjuangan tempo dulu seakan hidup kembali, berpadu dengan kreativitas masa kini.

Tak sekadar transaksi jual beli, BCM juga menghadirkan ruang edukasi dan kampanye sosial. Melalui sosialisasi P4GN, para pelaku UMKM dibekali pemahaman tentang bahaya narkoba dan dampaknya terhadap generasi muda. Muhammad Hakim Said dari Yayasan Rumah Kebangsaan Banyuwangi menegaskan pentingnya keterlibatan semua pihak dalam pencegahan narkoba.

“UMKM adalah tulang punggung ekonomi rakyat. Kalau mereka sehat dan bersih dari narkoba, otomatis masyarakat juga kuat. Kita tidak boleh lengah, karena narkoba bisa menyasar siapa saja, termasuk kalangan pelaku usaha,” ungkapnya.

Ia menambahkan, kegiatan BCM menjadi momentum penting untuk menggabungkan promosi ekonomi kreatif dengan gerakan sosial. “Kami berharap kesadaran masyarakat semakin meningkat sehingga Banyuwangi benar-benar bisa terbebas dari darurat narkoba,” tegas Hakim Said.

BCM pun kembali membuktikan dirinya sebagai motor penggerak UMKM sekaligus panggung perjuangan budaya dan sosial. Dengan dukungan penuh pemerintah daerah, Rahmat optimistis BCM akan terus melahirkan inspirasi dan membawa UMKM Banyuwangi naik kelas.

“Harapan ke depan tetap sama: pemerintah daerah terus mendukung. Karena dari sinilah UMKM kita akan semakin kuat,” pungkasnya.

Di tengah semarak peringatan 80 tahun kemerdekaan RI, BCM tampil bukan sekadar pasar kreatif, melainkan simbol perlawanan terhadap narkoba, wujud persatuan budaya, sekaligus kebangkitan ekonomi rakyat Banyuwangi.

Banyuwangi Paparkan Inovasi 9 Tatanan pada Verifikasi Lanjutan Kabupaten Sehat

BANYUWANGI (Warta Blambangan) Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mengikuti tahap Verifikasi Lanjutan dalam rangka penilaian Kabupaten/Kota Sehat (KKS) Tingkat Nasional Tahun 2025. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring pada Senin (11/8/2025) dengan melibatkan tim penilai pusat, tim pembina KKS Provinsi Jawa Timur, serta pemangku kepentingan daerah.b


Tahap Verifikasi Lanjutan merupakan proses krusial untuk memperoleh penghargaan Swasti Saba Wistara, yakni predikat tertinggi yang diberikan kepada daerah yang mampu mewujudkan lingkungan bersih, nyaman, aman, dan sehat. Kegiatan ini dipimpin oleh Ketua Tim Verifikasi KKS Pusat, Anugerah, dan diikuti oleh Wakil Bupati Banyuwangi Mujiono, Plh. Sekretaris Daerah Guntur Priambodo, Ketua Forum Banyuwangi Sehat Soekardjo, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Banyuwangi Anna Mujiono, serta jajaran Organisasi Perangkat Daerah terkait.

Dalam paparannya, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengemukakan bahwa Kabupaten Banyuwangi telah lima kali memperoleh penghargaan sebagai Kabupaten Sehat Tingkat Nasional, dengan dua di antaranya (2019 dan 2021) berhasil meraih predikat Swasti Saba Wistara. Pada tahun 2025 ini, Pemerintah Kabupaten menargetkan kembali meraih predikat tersebut melalui penguatan inovasi pada sembilan tatanan Kabupaten Sehat. Kesembilan tatanan tersebut mencakup:

1. Kehidupan Masyarakat Sehat Mandiri;

2. Permukiman dan Fasilitas Umum;

3. Satuan Pendidikan;

4. Pasar;

5. Perkantoran dan Perindustrian;

6. Lalu Lintas;

7. Pariwisata;

8. Perlindungan Sosial; dan

9. Penanggulangan Bencana. 


Bupati Ipuk mencontohkan beberapa inovasi strategis, di antaranya pendirian Mall Orang Sehat pada tatanan Masyarakat Sehat Mandiri. Inovasi ini bertujuan mengubah paradigma masyarakat dari pola pikir “datang ke puskesmas saat sakit” menjadi “memanfaatkan layanan kesehatan meski dalam kondisi sehat” untuk konsultasi dan deteksi dini potensi penyakit.

Selain itu, Pemkab Banyuwangi juga mengimplementasikan Puskesmas Asuhan Spesialistik (PAS) yang melibatkan 38 dokter spesialis kebidanan dan kandungan (Obstetri dan Ginekologi) serta dokter spesialis anak untuk melakukan pendampingan kepada puskesmas. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi sumber daya manusia kesehatan, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi, serta memperkuat jejaring layanan kesehatan dari hulu ke hilir.

Pada tatanan Pasar Sehat, Pemerintah Kabupaten menerapkan kebijakan pembatasan pendirian pasar modern berjejaring baru untuk melindungi keberlangsungan pasar tradisional dan usaha toko kelontong. Kebijakan ini didukung oleh pembinaan dan penataan fasilitas pasar agar memenuhi standar kesehatan dan kenyamanan.

Tim Verifikasi KKS Pusat memberikan apresiasi terhadap sinergi lintas sektor dan komitmen Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Ketua Tim, Anugerah, menyatakan bahwa kerja sama yang terbangun di tingkat daerah menjadi modal penting dalam mewujudkan lingkungan yang sehat secara berkelanjutan. Tim verifikator juga memberikan masukan teknis terkait kelengkapan dokumen sebagai bagian dari proses penilaian.

Dengan langkah-langkah inovatif dan kolaboratif tersebut, Banyuwangi diharapkan mampu kembali meraih predikat Swasti Saba Wistara, sebagai pengakuan nasional atas keberhasilan menciptakan tatanan wilayah yang mendukung kesehatan masyarakat secara menyeluruh.

Pemkab Banyuwangi Kembali Raih Penghargaan Kabupaten Layak Anak Kategori Nindya


BANYUWANGI (Warta Blambangan) Kabupaten Banyuwangi kembali meraih predikat Kabupaten Layak Anak (KLA) Kategori Nindya dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA). Penghargaan ini diserahkan Wakil Menteri PPPA Veronica Tan bersama Kepala BNPT Komjen Pol Eddy Hartono, dan diterima Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Banyuwangi Henik Setyorini, di Auditorium KH. M. Rasjidi Kementerian Agama RI, Jakarta, Jumat malam (8/8/2025). 

Capaian ini menandai keberhasilan Banyuwangi mempertahankan predikat Nindya selama dua tahun berturut-turut. Penilaian Kemen PPPA diberikan atas komitmen pemerintah daerah mewujudkan lingkungan aman, nyaman, dan ramah bagi tumbuh kembang anak.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyebut penghargaan tersebut sebagai hasil kerja kolektif berbagai pihak. “Kita bersyukur upaya menciptakan ruang nyaman bagi tumbuh kembang anak mendapat apresiasi. Ini adalah komitmen bersama menjadikan Banyuwangi semakin ramah anak,” ujarnya, Sabtu (9/8/2025).

Ipuk menegaskan, kontribusi pemerintah, sekolah, masyarakat, dunia usaha, TNI-Polri, hingga peran aktif orang tua menjadi faktor kunci. Pemkab, lanjutnya, terus menghadirkan program berpihak pada anak seperti penyediaan fasilitas publik ramah anak, pemerataan akses pendidikan dan kesehatan, serta pengembangan ruang kreatif untuk partisipasi anak.

“Kami juga aktif membuka konsultasi bagi anak dan remaja untuk menjaga kesehatan mental mereka, rutin menggelar musrenbang anak, serta menindaklanjuti aspirasi dan rekomendasi yang mereka sampaikan,” kata Ipuk.

Bupati Banyuwangi itu mengajak seluruh elemen masyarakat berperan menciptakan lingkungan ramah anak, mulai dari keluarga, sekolah, hingga ruang publik. “Ini tanggung jawab bersama. Semua pihak harus terlibat agar daerah kita benar-benar layak anak,” tegasnya.


71 Majelis Taklim di Gambiran Terima SKT, Simbol Tertibnya Penataan Umat

Gambiran (Warta Blambangan) – Sebanyak 71 majelis taklim di Kecamatan Gambiran resmi menerima Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dari Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi. Penyerahan dilakukan secara simbolis di mushola Kantor Urusan Agama (KUA) Gambiran, menandai langkah penting dalam penataan kelembagaan keagamaan di tingkat akar rumput. 


Acara yang digelar sederhana namun penuh makna tersebut dihadiri oleh para tokoh agama, pengelola majelis taklim, serta para penyuluh agama Islam. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi diwakili oleh Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam, Mastur, yang dalam sambutannya menyampaikan pentingnya SKT sebagai instrumen legalitas dan arah dakwah yang lebih tertata.

> “SKT bukanlah sekadar lembaran administrasi. Ia adalah bukti hadirnya negara untuk menguatkan jalan dakwah, untuk menata gerak pengajian agar semakin terarah dan membawa maslahat,” ungkap Mastur.

Mastur juga menekankan bahwa majelis taklim bukan hanya tempat berkumpulnya masyarakat untuk mengaji, tetapi merupakan pilar peradaban Islam yang menanamkan nilai iman, takwa, dan ukhuwah.

Senada dengan itu, Kepala KUA Gambiran, Ghufron Mustofa, menegaskan bahwa proses penyerahan SKT ini merupakan hasil dari kerja keras dan sinergi antara para penyuluh, pengurus majelis taklim, serta jajaran KUA. Ia menambahkan bahwa SKT menjadi penanda jati diri kelembagaan yang sah dan kuat bagi setiap majelis taklim.

> “Kami tidak hanya menyerahkan SKT, tetapi juga menanam benih ketertiban dan kejelasan arah. Dengan SKT, majelis taklim memiliki dasar hukum yang kokoh,” ujarnya.

Ghufron juga memberikan apresiasi khusus kepada Dalilatus Sa’adah, penyuluh agama Islam yang dengan dedikasi tinggi memimpin proses pendataan dan pendampingan majelis taklim hingga tuntas.

Suasana haru menyelimuti acara. Banyak pengurus majelis taklim yang hadir menyambut SKT ini dengan rasa syukur dan harapan baru. Bagi mereka, dokumen ini adalah bentuk pengakuan atas perjuangan dakwah yang telah mereka jalani dengan penuh keikhlasan.

> “Selama ini kami berjalan dengan niat. Kini kami berjalan pula dengan arah yang jelas dan landasan hukum yang sah,” ujar seorang pengurus majelis taklim dari Dusun Lidah.

Mereka berharap, penerbitan SKT akan menjadi awal dari pembinaan yang lebih terstruktur, pelatihan rutin, serta dukungan pemerintah dalam penguatan kapasitas kelembagaan. Majelis taklim diharapkan tidak hanya menjadi ruang pengajian, tetapi juga pusat tumbuhnya nilai kebajikan dan pendidikan Qur’ani.

Penyerahan SKT ini bukanlah akhir dari proses, melainkan awal dari tata kelola keagamaan yang lebih rapi. Dari mushola kecil di Gambiran, cahaya gerakan dakwah yang tertib mulai menyala—membawa harapan besar bagi masa depan umat yang lebih terdidik, bersatu, dan penuh rahmat.


Hoki BCM yang Tertinggal di Taman Blambangan

 *Hoki BCM yang Tertinggal di Taman Blambangan*


Car Free Day di Taman Blambangan sudah berlangsung enam tahun. Tidak panjang sebenarnya, tapi cukup untuk menciptakan satu rutinitas sosial yang halus, nyaris tak terdengar, namun bekerja seperti detak jam dinding yang sudah akrab di telinga: diam-diam ada, diam-diam ditunggu. Setiap Minggu pagi, sejak pukul lima sampai sekitar pukul sepuluh, ada sesuatu yang lebih dari sekadar orang-orang berolahraga. Ada aroma nasi tempong yang baru matang. Ada suara penggorengan mendesis dan tawa anak-anak yang merengek dibelikan mainan dari kayu atau sabun. Ada lapak-lapak yang dihamparkan malam hari dan digulung kembali ketika mentari menjelang siang. Semua ini berlangsung tanpa riuh, tanpa protes, tanpa proposal bantuan. Seperti semesta kecil yang bekerja berdasarkan saling percaya.



Kita sering mendengar kalimat seperti ini di media: “Pemerintah tidak akan memberikan pekerjaan kepadamu. Tapi ketika kamu mulai mendapat penghasilan, maka pemerintah akan datang untuk menagih pajakmu.” Kita bisa menyepakati kalimat itu dengan senyum masam atau geleng kepala. Tapi buat kawan-kawan yang berdagang di BCM (Banyuwangi Creative Market) yang selama ini setia menata lapak di seputaran Taman Blambangan, itu bukan kalimat kiasan. Itu adalah kenyataan. Mereka tak menuntut gaji, tak berharap proyek, apalagi tunjangan. Mereka hanya butuh ruang. Bukan ruang yang mewah. Hanya beberapa meter untuk membentangkan tikar, menata kerajinan tangan, menyusun minuman tradisional, dan menunggu pembeli yang mereka tahu akan datang karena telah menjadi langganan, telah menjadi bagian dari siklus sosial selama enam tahun. Tapi sekarang, ruang kecil itu hendak digeser. Mereka diminta pindah ke jalan Ahmad Yani, Mungkin ini urusan estetika. Mungkin pemerintah menganggap Taman Blambangan sudah terlalu ramai. Atau mungkin pemerintah sedang ingin menunjukkan bahwa mereka sedang menata kota. Bukankah relokasi selalu punya kata pembenaran yang elegan? Penataan. Penertiban. Estetika. Kerapian. Semua terdengar baik. Tapi kita tahu, dalam praktiknya, tidak semua yang rapi itu adil.


Saya percaya pada yang namanya hoki. Sebagian dari kita menyebutnya keberuntungan, sebagian menyebutnya aura rezeki. Tapi bagi para pedagang kecil, hoki adalah bagian dari strategi bertahan hidup. Tempat yang ramai bukan selalu berarti tempat yang menghasilkan. Di Ahmad Yani, lalu lintasnya padat. Orang banyak lalu lalang. Tapi tak semua yang datang berminat belanja. Sementara di Taman Blambangan, para pembeli bukan sekadar lewat. Mereka datang memang untuk membeli. Untuk mampir. Untuk menyapa. Untuk jajan setelah jogging. Ada relasi sosial yang dibangun perlahan dan setia. Ada pedagang yang akhirnya mencoba pindah ke Ahmad Yani. Hasilnya? Banyak yang datang. Tapi tidak banyak yang membeli. Seperti tamu undangan yang datang ke pameran, hanya melihat-lihat, sekfi lalu pulang. Bukan pengunjung. Bukan pembeli. Tidak ada interaksi. Tidak ada "hoki."


Saya selalu berpikir bahwa ruang publik adalah cermin bagaimana kita memperlakukan warganya. Jika sebuah kota tidak menyediakan ruang yang manusiawi bagi warganya untuk bertahan hidup secara layak, maka kota itu bukan sedang ditata, melainkan sedang didekorasi. Dan dekorasi hanya menutupi yang seharusnya dibuka. Kota ini tidak kekurangan ruang. Tapi sering kali ruang-ruang itu disediakan untuk yang besar, yang punya modal, yang berjejaring dengan kekuasaan. Sedangkan yang kecil, yang menunduk pelan, yang hanya ingin menjual minuman kunyit asam dan bros dari kain perca, harus berpindah. Harus menyesuaikan. Harus menelan penjelasan birokrasi yang tak pernah benar-benar mengerti bahwa rezeki tak hanya soal strategi pasar. Tapi juga soal kenyamanan. Soal relasi batin. Soal tempat yang akrab. Saya pernah melihat seorang ibu tua membuka lapaknya pukul setengah lima pagi. Di lapaknya ada keripik singkong, peyek udang, dan kerajinan dari limbah koran. Ia duduk tenang. Senyumnya muncul ketika pembeli datang. Kadang hanya tanya-tanya, kadang benar-benar membeli. Tapi ia tahu, setiap Minggu akan ada saja yang kembali. Yang mencari lagi. Yang menunggu rasa pedas peyek udangnya. Kalau kemudian ia diminta pindah, bukan hanya tempatnya yang hilang. Tapi juga langganannya. Jejak-jejak kecil yang telah ia ukir perlahan. Kota ini mungkin tak akan merasa kehilangan. Tapi ibu itu akan kehilangan. Dan itu bukan sekadar kehilangan penghasilan, tapi kehilangan kehidupan.


Kita tidak sedang berbicara soal menata ulang pasar. Kita sedang bicara soal keberlangsungan. Soal keberanian untuk mengakui bahwa terkadang yang kecil dan bersahaja itu lebih berkontribusi pada wajah kota daripada bangunan megah yang sepi. Kita sedang bicara tentang taman yang bukan hanya tempat selfie atau konser. Tapi tempat di mana kehidupan kecil tumbuh dan bertahan.


Car Free Day bukan hanya tentang bebas kendaraan. Tapi juga tentang ruang hidup. Ruang sosial. Ruang ekonomi. Dan ketika ruang itu dipersempit atau dipindah tanpa mempertimbangkan ekosistem kecil yang telah tumbuh di dalamnya, maka yang kita hasilkan bukanlah penataan, melainkan pengusiran yang halus. Saya kira, para pedagang BCM itu bukan menolak perubahan. Mereka hanya ingin diajak bicara. Diajak mendesain bersama. Diberi ruang untuk menyampaikan rasa. Karena pada akhirnya, sebuah kota bukan dibangun dari beton semata, tapi dari dialog. Dari empati. Dari cara kita mendengar suara-suara kecil yang selama enam tahun telah membantu kota ini berdenyut setiap Minggu pagi. Dan mungkin, sesederhana ini permintaan mereka: biarkan kami tetap di tempat yang sudah kami rawat. Karena di sanalah rezeki kami tinggal. Di sanalah hoki kami menunggu.

PP ISNU Siap Berdayakan SDM Unggul Dukung Astacita Presiden Prabowo

JAKARTA (Warna Blambangan) Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU) menyatakan kesiapannya untuk menggerakkan dan memberdayakan sumber daya manusia (SDM) unggul yang dimiliki demi mendukung visi besar pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, khususnya dalam menyukseskan agenda Astacita. 


Pernyataan itu disampaikan langsung oleh Ketua Umum PP ISNU, Kamaruddin Amin, dalam acara Halaqah, Pelantikan, dan Mukernas PP ISNU 2025–2030 yang digelar di Jakarta, Rabu (30/7/2025).

“Halaqah ini bukan hanya seremonial, tetapi menjadi komitmen kami untuk bergerak memberdayakan SDM yang kami miliki untuk memberikan dampak bagi tercapainya Indonesia Emas,” tegas Kamaruddin dalam keterangan resminya.

Acara halaqah tersebut dibuka langsung oleh Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, dan menjadi titik awal dimulainya kerja-kerja strategis badan otonom Nahdlatul Ulama (NU) yang menaungi para sarjana NU tersebut.

Kamaruddin menambahkan, dengan kekuatan ribuan sarjana NU yang tersebar di berbagai daerah dan bidang keahlian, ISNU siap memberikan kontribusi nyata dalam pencapaian Astacita, delapan cita-cita strategis Presiden Prabowo yang menitikberatkan pada pembangunan manusia, transformasi ekonomi, dan kedaulatan bangsa.

“ISNU bukan hanya komunitas intelektual, melainkan kekuatan strategis bangsa. Ini saatnya kami turun tangan dan memberi solusi konkret,” ungkapnya.

Forum Pra-Halaqah: ISNU Dorong Investasi Global

Sebelum penyelenggaraan halaqah, PP ISNU telah menginisiasi langkah awal melalui rangkaian diskusi bertajuk ISNU Forum Investment on Trade, yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus menjaring minat investasi asing.

Forum tersebut menghadirkan sejumlah tokoh internasional dan investor untuk membahas potensi kerjasama ekonomi yang lebih luas, sekaligus memperkenalkan peluang strategis Indonesia kepada dunia luar.

Beberapa tokoh penting yang hadir dalam forum tersebut antara lain Chairman Mitra Global & Binwan Group Sohail Sattar Quraeshi, Founder Danny Darussalam Tax Center (DDTC) Darussalam, pengusaha Lucia Liaw, serta Guru Besar Hukum dan Politik Perpajakan Nasional Prof. Edi Slamet Irianto.

Turut hadir pula Ketua Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun dan sejumlah pengusaha nasional yang menunjukkan komitmen untuk bersinergi dengan ISNU dalam mendongkrak investasi, utamanya di sektor riil dan digital.

Kontribusi Nyata Menuju Indonesia Emas

Dengan bekal kapasitas akademik, jejaring luas, dan basis nilai keislaman yang kuat, PP ISNU bertekad untuk menjadi mitra strategis pemerintah dalam mendorong pembangunan nasional berbasis ilmu pengetahuan, etika, dan pemberdayaan masyarakat.

“Indonesia Emas bukan hanya cita-cita, tapi target yang harus diwujudkan dengan kerja kolaboratif. ISNU hadir untuk menjadi bagian dari kerja besar itu,” pungkas Kamaruddin.


Diguyur Hujan Deras, Pertarungan Etape Tiga Tour de Banyuwangi Ijen Kian Panas

BANYUWANGI (Warta Blambangan) Etape Tiga Tour de Banyuwangi Ijen (TdBI) 2025 berubah menjadi arena perang terbuka di bawah guyuran hujan deras, Rabu (30/7/2025). Sejak bendera start dikibarkan di RTH Glenmore, lintasan sepanjang 140,3 kilometer yang berakhir di Kantor Bupati Banyuwangi dipenuhi drama, jatuh-bangun, serta duel sengit yang memompa adrenalin. 


Hujan yang mengguyur sejak pagi membuat lintasan basah dan licin, menambah kesulitan di medan rolling (naik turun) dengan tanjakan legendaris sepanjang 14 kilometer. Gradien mencapai 15 persen dan elevasi 527 mdpl membuat para pembalap tercekik di setiap kayuhan pedal. Etape ini benar-benar menjadi pemanasan brutal sebelum Gunung Ijen yang menanti di etape pamungkas.

"Hujan yang sangat deras membuat kondisi lintasan benar-benar ekstrem. Bahkan kadang jalannya seperti hilang tertutup air. Etape tiga ini jauh lebih sulit dibanding dua etape sebelumnya," ungkap pembalap Belanda, Jeroen Meijers (Victoria Sports Pro Cycling Filipina), yang masih bertahan sebagai pemegang Ijen Sulfur Jersey (Yellow Jersey).

Kecelakaan pun tak terhindarkan. Pembalap Indonesia, Syelhan Nurahmat Muhammad (ASC Monster Indonesia), sempat terpelanting akibat jalan licin. Namun, semangat juangnya tidak padam. "Saya langsung bangkit lagi dan mengejar peloton. Bersyukur bisa mempertahankan Best Indonesian Rider (Banyuwangi Reborn Jersey)," tegas Syelhan.

Sejak kilometer nol, tensi perlombaan langsung membara. Peerapong Landgern (Roojai Insurance Thailand) melancarkan breakaway berani, disusul Kyeongho Min (Seoul Cycling Team). Landgern sukses mengamankan intermediate sprint pertama di KM 26 (Dasri), sebelum akhirnya dikejar oleh tiga pembalap lainnya: Bernard Benyamin Van Aert (Anonymous Cycling Team Indonesia), Nur Amirull Fakhruddin Mazuki (Terengganu Cycling Team Malaysia), dan Martti Lenzius (Quick Pro Team Estonia).

Lima pembalap itu memimpin hingga intermediate sprint kedua dan ketiga di KM 58 (Jajag) dan KM 95 (Rogojampi), yang masing-masing disapu oleh Bernard. Namun, drama sesungguhnya terjadi menjelang tanjakan King of Mountain (KOM) di KM 114 Pakel. Peleton melaju kencang, mengejar breakaway, hingga akhirnya formasi pecah.

Di tanjakan Pakel, Nicolo Petiti (Swatt Club Italia) melancarkan serangan mematikan dan sukses merebut poin penuh di KOM, sekaligus mempertahankan Polkadot Jersey. "Saya melihat 5 rider di depan mulai melemah, langsung saya ambil kesempatan. Ini semua berkat kerja tim yang luar biasa," kata Petiti dengan senyum puas.

Setelah tanjakan, medan basah dan licin memecah konsentrasi. Sisa 19 pembalap bersaing ketat dalam sprint mematikan menuju garis finis. Suara gemuruh roda dan teriakan tim penonton pecah saat Carter Bettles (Roojai Insurance Thailand) menghempaskan lawannya di detik terakhir. Ia mencatatkan waktu 3 jam 13 menit 07 detik dan keluar sebagai juara Etape Tiga.

Nicolo Petiti yang tampil eksplosif finis di posisi dua, disusul Lucas De Rossi (China Anta - Mentech Cycling Team) di tempat ketiga.

Meski gagal podium, Jeroen Meijers berhasil mengamankan posisi tujuh, cukup untuk mempertahankan Ijen Sulfur Jersey (Yellow Jersey) sekaligus Best Sprint (Blue Fire/Green Jersey). Persaingan menuju Etape Empat, yang akan mendaki legendaris Gunung Ijen, dijamin akan semakin panas.

TdBI 2025 benar-benar menyajikan tontonan kelas dunia. Hujan deras, lintasan licin, dan tanjakan kejam hanya membuat semangat para pembalap semakin membara. Semua mata kini tertuju pada Etape Empat. Siapa yang akan menaklukkan Gunung Ijen dan mengukir sejarah? Banyuwangi siap jadi saksi! (*)


Baku Hantam di Tanjakan Jelun! Etape Dua Tour de Banyuwangi Ijen 2025 Penuh Drama, Aiman Cahyadi Menggila, Italia Kuasai Panggung!

BANYUWANGI (Warta Blambangan) Etape dua Tour de Banyuwangi Ijen (TdBI) 2025, Selasa (29/7), berubah menjadi arena perang strategi, adu nyali, dan pertarungan level dewa sepanjang 158,8 kilometer. Lintasan dari Taman Nasional Alas Purwo hingga Kantor Bupati Banyuwangi bukan hanya memeras keringat, tapi juga menyajikan duel panas yang membuat penonton tak bisa berkedip!v


Drama dimulai sejak kilometer ke-7. Aiman Cahyadi, sang jagoan dari Timnas Indonesia yang kini membela Terengganu Malaysia, langsung tancap gas. Tanpa aba-aba, ia melakukan breakaway—manuver berani yang mengundang decak kagum. Yang mengejutkan, pembalap Jepang Honda Haruhi dari tim VC Fukuoka tak membiarkannya sendirian. Keduanya bak duo samurai di atas aspal, saling memimpin dan saling menekan, memisahkan diri dari peleton hingga menciptakan gap waktu nyaris 5 menit!

Selama lebih dari 100 kilometer, Aiman dan Honda bermain api dengan kecepatan tinggi dan konsistensi luar biasa. Aiman bahkan menyapu bersih tiga intermediate sprint—di Temurejo (34,5 km), Maron (78,5 km), dan Lincing (113,4 km)—membuktikan bahwa darah merah putih belum habis daya dobraknya!

Namun, balapan sejati selalu punya tikungan tak terduga. Di tanjakan berpaving legendaris kawasan Jelun (129,4 km)—yang disebut-sebut sebagai ‘tangga neraka TdBI’—kekuatan mereka mulai runtuh. Sang peloton mengejar bagaikan badai, dan akhirnya menelan duo pelari depan tersebut hanya beberapa kilometer sebelum puncak tanjakan.

Tapi pertarungan belum usai. Saat semua mata tertuju ke puncak KOM (King of Mountain), pembalap Italia Nicolo Petiti dari Swatt Club Italia melesat bak rudal darat dan menaklukkan tanjakan Jelun dengan gagah perkasa.

“Saya sudah berusaha mati-matian hari ini. Tapi 30 kilometer terakhir benar-benar seperti mimpi buruk. Saya tetap bangga dengan performa saya,” ujar Aiman, penuh semangat meski harapannya diremukkan di kaki Jelun.

Dan puncak dari drama ini? Adu sprint maut menjelang garis finish di Kantor Bupati Banyuwangi! Delapan belas pembalap dalam satu peleton terakhir saling sikut, saling pepet, dan akhirnya—bak film laga Italia—Fransesco Carolo dari Swatt Club Italia muncul sebagai pemenang dengan catatan waktu 3 jam 46 menit 41 detik. Di belakangnya, pembalap Aljazair Youcef Reguigui (Madar Pro Cycling) dan pembalap Spanyol Benjami Prades Reverte (VC Fukuoka) saling menguntit ketat untuk podium dua dan tiga.

Namun panggung utama tak melulu milik para penakluk etape. Raja sejati klasemen umum (Individual General Classification) Jeroen Meijers dari Belanda—yang membela Victoria Sports Cycling Filipina—masih mempertahankan Yellow Jersey (Ijen Sulfur Jersey) dan Green Jersey (Blue Fire Jersey) berkat keunggulan waktu yang ia kantongi sejak Etape Pertama.

“Etape ini luar biasa sulit. Tapi saya sudah antisipasi dari awal dan mencoba tidak panik saat tertinggal. Finish di tiga besar adalah bonus. Saya akan pertahankan jersey ini sampai akhir,” ujar Meijers dengan mata tajam penuh ambisi.

Tak hanya itu, Swatt Club Italia kini menjadi raksasa baru di klasemen tim, menguasai Stage Team Classification berkat performa stabil dan agresif pembalap-pembalapnya di dua etape awal.

Dan kejutan datang dari anak negeri! Pembalap muda Muhammad Syelhan Nurrahmat dari ASC Monster Indonesia berhasil merangsek ke posisi 10 besar, mengangkat nama Merah Putih di antara deretan nama asing, dan dengan gagah merebut Banyuwangi Reborn Jersey sebagai Best Indonesian Rider.

Etape dua TdBI 2025 telah berakhir, tapi tensi dan drama belum usai. Masih ada dua etape tersisa, dan para pembalap tahu: setiap kilometer di Banyuwangi adalah ladang ujian, dan setiap tikungan bisa mengubah takdir.

Besok, pertarungan kembali berlanjut. Bersiaplah. Banyuwangi belum selesai. TdBI masih menyala! 🔥🚴‍♂️🇮🇩

(*)

Meledak! Pembalap Belanda Jeroen Meijers Rebut Juara Etape Pertama Tour de Banyuwangi Ijen 2025

BANYUWANGI (Warta Blambangan) Persaingan super ketat langsung membakar hari pertama Tour de Banyuwangi Ijen (TdBI) 2025! Etape pembuka yang digelar Senin (28/7/2025) menghadirkan drama penuh adrenalin di sepanjang 125 kilometer dari Pasar Pesanggaran hingga finis megah di Kantor Bupati Banyuwangi. Dan akhirnya, ledakan kemenangan datang dari pembalap asal Belanda, Jeroen Meijers, yang tampil superior! 


Rider tangguh dari tim Victoria Sports Pro Cycling Filipina ini sukses merebut juara etape pertama dengan catatan waktu 2 jam 38 menit 23 detik. Tak hanya itu, Meijers juga langsung menyabet dua gelar bergengsi: Yellow Jersey (Ijen Sulfur Jersey) sebagai pemimpin klasemen waktu dan Green Jersey (Blue Fire Jersey) untuk sprinter terbaik. Langsung dua trofi di hari pertama? Luar biasa!

Etape pertama ini terbilang flat alias datar, tapi jangan remehkan tantangannya. Hujan di awal race mengguyur lintasan, memaksa 99 pembalap dari 20 tim internasional ekstra hati-hati—namun justru membuat balapan makin liar! Peloton sempat pecah, sprint demi sprint meletup. Jalur basah justru jadi pemicu aksi heroik.

Dramatis! Breakaway Meijers Pecah Dominasi Peloton

Di kilometer 33, empat pembalap coba memecah peleton dan membentuk breakaway. Terry Yudha Kusuma dari Jakarta Pro Cycling Team bahkan sempat mencicipi manisnya intermediate sprint pertama di Plampang Rejo. Namun kekuatan peleton tak terbendung—mereka berhasil ditangkap kembali.

Namun, dua kilometer kemudian: boom! Meijers memutuskan menyerang sendirian. Bagaikan badai, ia melesat ke depan dan mengunci intermediate sprint kedua dan ketiga di Benculuk dan Temuguruh. Meijers tidak hanya cepat, tapi juga cerdas membaca momen—ia tahu persis kapan harus go full throttle.

"Ini hari yang sempurna buat saya. Saya tahu banyak yang menargetkan etape ini, jadi saya harus agresif sejak awal. Dan strategi tim bekerja sangat baik," ujar Meijers usai race dengan senyum tak lepas dari wajahnya.

Sprint Sengit hingga Detik Terakhir

Meski Meijers memimpin sejak intermediate kedua, tekanan di belakangnya luar biasa. Pembalap Spanyol Benjami Prades dari VC Fukuoka Jepang dan Oliver Knudsen dari Swatt Club Italia terus menguntit ketat. Mereka finis di posisi dua dan tiga dengan waktu nyaris identik: 2:38:23.

Namun Meijers terlalu kokoh untuk digoyahkan. Dengan keunggulan strategi dan ketahanan di 10 km terakhir, ia berhasil menjaga jarak hingga menyentuh garis finis lebih dulu. Penonton yang memadati area Kantor Bupati Banyuwangi pun bersorak membahana, menyambut kemenangan bersejarah.

Terry Yudha Kusuma Banggakan Merah Putih

Meski tak finis di podium utama, Terry Yudha Kusuma tampil heroik dengan meraih gelar Best Indonesian Rider dan mengenakan Banyuwangi Reborn Jersey. Ia juga menyebut bahwa Etape 1 ini adalah kunci bagi pembalap sprinter sepertinya sebelum masuk etape-etape berat.

“Saya tahu besok ada lintasan gravel yang lebih menantang, jadi saya sudah siap all-out di sana. Hari ini saya hanya ingin mengamankan posisi dan mencoba sprint awal. Breakaway Meijers sangat kuat, dia memang pantas menang,” kata Terry.

Hasil Lengkap Etape 1 Tour de Banyuwangi Ijen 2025

STAGE INDIVIDUAL CLASSIFICATION

  1. 72 – Jeroen Meijers (Victoria Sports Pro Cycling) – 2:38:23
  2. 61 – Benjami Prades (VC Fukuoka) – 2:38:23
  3. 185 – Oliver Knudsen (Swatt Club) – 2:38:23

GENERAL CLASSIFICATION (Ijen Sulfur Jersey)

  1. 72 – Jeroen Meijers – 2:38:07
  2. 61 – Benjami Prades – 2:38:17
  3. 185 – Oliver Knudsen – 2:38:19

Best Indonesian Rider (Banyuwangi Reborn Jersey)

  1. 101 – Terry Yudha Kusuma – 2:41:29
  2. 191 – Raihan Maulidan Muhammad – 2:41:30
  3. 171 – Van Aert Bernard Benyamin – 2:41:32

Best Sprinter Classification (Blue Fire Jersey)

  1. 72 – Jeroen Meijers
  2. 61 – Benjami Prades
  3. 185 – Oliver Knudsen

Hari pertama TdBI 2025 sukses menyulut semangat dan antusiasme luar biasa, bukan hanya bagi peserta, tapi juga masyarakat Banyuwangi. Ini baru permulaan—masih ada tiga etape lagi, termasuk tanjakan legendaris Gunung Ijen yang disebut-sebut sebagai “neraka vertikal” bagi para pembalap. Siapakah yang bertahan? Siapa pula yang akan gugur?

Yang jelas, Meijers telah mengukir namanya sebagai raja pembuka TdBI 2025. Dan semua mata kini tertuju ke Etape 2. Tunggu ledakan selanjutnya! 💥🚴‍♂️🌋


*) Redaksi TdBI 2025 - Lensa Balap Banyuwangi

Banyuwangi Tour de Ijen dengan Empat Etape Siap Digelar Minggu ini

BANYUWANGI (Warta Blambangan) Awan-awan tipis menyambut mereka. Udara lembap pegunungan menantang paru-paru mereka. Dan deru semangat sudah menggema dari selatan hingga barat Banyuwangi. Para gladiator sepeda dunia, resmi tiba di Banyuwangi untuk mengikuti ajang prestisius Tour de Banyuwangi Ijen (TdBI) 2025, yang akan digelar mulai 28 hingga 31 Juli mendatang. 


Mereka datang bukan hanya untuk berlomba. Mereka datang untuk menaklukkan. Selama empat hari penuh, para pembalap akan menyusuri 593 kilometer lintasan ekstrem, menyapa hijaunya alam, menyusuri jalanan sunyi pedesaan, dan akhirnya bertarung di tanjakan maut menuju Gunung Ijen, puncak api biru legendaris itu.

“Tour de Banyuwangi Ijen tidak hanya balapan, ini adalah pertarungan kehormatan, panggung bagi yang tercepat dan terkuat di tengah alam eksotis Indonesia,” tegas Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, Minggu (27/7/2025).

Etape Berlapis Keindahan dan Tantangan

TdBI 2025 terbagi dalam empat etape spektakuler yang seluruhnya memutar dari sisi selatan hingga barat Banyuwangi. Jalur ini sengaja dipilih untuk menghindari kawasan utara yang tengah padat akibat antrean di Pelabuhan Ketapang.

Etape 1: 125,5 km — Start dari Pasar Pesanggaran, menanjak dan membelah perbukitan, berakhir dramatis di Kantor Bupati Banyuwangi.

Etape 2: 158,8 km — Memulai dari jantung keheningan Taman Nasional Alas Purwo, lalu membelah kota dan desa, kembali finis di Kantor Bupati.

Etape 3: 140,3 km — Dari Glenmore yang sejuk, para pembalap mengayuh menuju pusat kota, menyusuri perkebunan dan arus lalu lintas perkampungan yang memikat.

Etape 4: 150 km — Inilah Etape Raja, dimulai dari Maron Genteng menuju neraka tanjakan di Paltuding, Gunung Ijen. Medan ini dipercaya sebagai salah satu rute tersulit di Asia Tenggara.

"Rute ini bukan untuk yang lemah. Para pembalap harus menyiapkan fisik dan mental. Apalagi tanjakan menuju Ijen bukan hanya menguras tenaga, tapi juga menyentuh sisi spiritual," ujar salah satu panitia lokal.

Ajang Resmi Dunia, Diperebutkan Sejak Setahun Silam

Tour de Banyuwangi Ijen adalah event resmi yang masuk kalender Union Cycliste Internationale (UCI) — federasi balap sepeda dunia. Pendaftaran telah dilakukan sejak setahun lalu, dan ratusan pembalap dari berbagai negara telah memastikan keikutsertaan mereka sejak tiga bulan terakhir.

“Ini bukan event dadakan. Semua rute, jadwal, dan sistem balapan sudah disiapkan matang jauh hari. Ini level dunia,” tegas Ipuk.

Sejak 26 Juli, para pembalap dari berbagai benua mulai berdatangan dan melakukan uji lintasan serta adaptasi cuaca. Mereka tampak berlatih serius, tak sedikit pula yang terpukau oleh keindahan alam yang menyatu dengan kejamnya tanjakan.

“Banyuwangi benar-benar luar biasa. Ini bukan hanya lomba, tapi pengalaman hidup,” ujar salah satu pembalap asal Eropa.

Lebih dari Balapan: Ini Adalah Simfoni Banyuwangi

TdBI bukan hanya soal kecepatan. Ini tentang menyapa warga yang bersorak di pinggir jalan. Tentang anak-anak yang melambai-lambaikan bendera. Tentang aroma kopi yang menyeruak dari warung-warung di pinggiran rute. Tentang Banyuwangi yang menunjukkan siapa dirinya: kota yang berani, ramah, dan siap jadi panggung dunia.

"Setiap tahun TdBI digelar, kami tahu satu hal: dunia melihat kami," ucap seorang warga di wilayah Songgon yang akan dilintasi balapan.

Tour de Banyuwangi Ijen adalah surat cinta untuk tanah ini. Sekaligus tantangan bagi para pembalap: mampukah mereka menaklukkan keindahan yang berbahaya ini?

Jawabannya akan segera tiba, 28 Juli. Saat bendera start dikibarkan, dan deru ban mengguncang aspal. Selamat datang, para pejuang roda dua.

Banyuwangi telah menyiapkan panggung terbaiknya. Siapkah kalian menaklukkannya?

Penyuluh Agama Islam Dilatih Media Digital dan Pembuatan Film Pendek: Dakwah Tak Lagi di Mimbar Saja

 


BANYUWANGI (Warta Blambangan) Kamis siang itu, aula Ma’had MTsN 1 Banyuwangi berubah menjadi ruang belajar yang tak biasa. Di dalamnya, puluhan penyuluh agama Islam dari berbagai KUA Kecamatan duduk bersisian dengan laptop dan gawai di depan mereka. Tidak ada kitab tebal yang dibuka atau lembaran-lembaran teks dakwah yang dibagikan seperti biasanya. Kali ini, yang mereka pelajari adalah bagaimana menyampaikan pesan agama melalui layar — bukan mimbar. 


Seksi Bimbingan Masyarakat Islam Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi menggelar Pelatihan Media Digital dan Pembuatan Film Pendek, sebuah program yang dirancang untuk membekali para penyuluh agama dengan keterampilan komunikasi digital. Tujuannya sederhana tapi revolusioner: dakwah harus ikut bermigrasi, dari corong masjid ke layar ponsel.

Adalah Nur Ahmadi Indartono yang menjadi narasumber utama dalam pelatihan ini. Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Banyuwangi dan sekaligus anggota Dewan Kesenian Blambangan ini datang tak hanya membawa teori, tetapi juga pengalaman artistik dan ide-ide segar. Di hadapan para penyuluh, ia memutar potongan film pendek garapannya yang memuat pesan toleransi dan moderasi beragama.

“Penyuluh agama sekarang ini harus berpikir sebagai kreator. Dakwah itu tidak hanya ceramah. Dakwah bisa jadi film pendek, bisa jadi konten TikTok, bisa jadi infografis. Audiens kita sudah berubah, maka cara menyapanya juga harus berubah,” kata Nur Ahmadi yang disambut anggukan setuju peserta.

Bukan sekadar teori, para peserta diajak praktik langsung membuat skenario film, merancang adegan, hingga menyusun storyboard sederhana. Beberapa peserta tampak antusias mendiskusikan ide film bertema kehidupan desa, isu sosial keagamaan, hingga kisah-kisah inspiratif dari lapangan dakwah mereka sendiri.

Kepala Seksi Bimas Islam, H. Mastur, membuka acara dengan nada optimisme. Dalam sambutannya, ia menyatakan bahwa pelatihan ini adalah bagian dari langkah strategis menghadapi perubahan zaman.

“Kita ingin setiap KUA punya tim kreator. Jadi ketika ada kegiatan, tidak hanya ditulis dalam laporan, tapi juga bisa didokumentasikan dalam bentuk video yang informatif dan inspiratif,” ujar Mastur.

Ia menambahkan bahwa penyuluhan keagamaan akan lebih efektif jika dibungkus dalam format yang digemari generasi muda. “Film pendek itu bisa menyentuh lebih dalam. Anak-anak muda sekarang lebih banyak melihat layar daripada mendengar ceramah. Maka kita harus hadir di layar mereka,” imbuhnya.

Pelatihan ini menjadi bagian dari arus besar transformasi digital yang diusung Kementerian Agama. Di tengah masyarakat yang makin terhubung lewat internet dan media sosial, penyuluh agama kini didorong untuk menjadi content creator—pencipta narasi keagamaan yang inklusif, moderat, dan menarik.

Bagi para peserta, pelatihan ini menjadi momen penting yang membuka perspektif baru. Seorang penyuluh dari Kecamatan Pesanggaran, misalnya, mengaku sudah lama ingin membuat video kisah mualaf binaannya, tapi tidak tahu harus mulai dari mana. “Sekarang saya jadi punya bayangan. Ternyata tidak serumit yang saya pikir,” katanya.

Saat pelatihan usai menjelang sore, sebagian peserta masih terlihat berdiskusi kecil sambil mencatat ide-ide baru. Dari balik pintu aula yang mulai ditutup, terdengar potongan percakapan: tentang kamera, tentang pengambilan gambar, dan tentang pesan-pesan agama yang lebih mengena jika dikisahkan dalam bentuk cerita.

Di era digital ini, penyuluh agama tidak lagi hanya berdiri di mimbar. Mereka kini bersiap menulis skenario, menyusun gambar, dan menyuarakan pesan damai dari balik kamera — menyapa umat melalui cahaya layar.

Preservasi Jalan Nasional Alas Gumitir: Jalur Gumitir Ditutup Total Selama Dua Bulan Demi Keselamatan dan Keandalan Infrastruktur

Banyuwangii (Warta Blambangan) Dalam rangka menjaga kesinambungan fungsi dan keamanan infrastruktur jalan nasional, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur–Bali akan melaksanakan penutupan total ruas Jalur Gumitir (KM 233+500) selama dua bulan, terhitung mulai Kamis, 24 Juli 2025 pukul 00.00 WIB hingga Rabu, 24 September 2025 pukul 24.00 WIB. Penutupan ini merupakan bagian dari kegiatan Preservasi Jalan Nasional yang berlokasi di kawasan Alas Gumitir, Kabupaten Jember.

Kegiatan preservasi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas, keamanan, dan keberlanjutan jalur strategis nasional yang menghubungkan wilayah timur dan barat Jawa Timur. Jalur Gumitir merupakan koridor vital yang dilalui ribuan kendaraan setiap harinya, sehingga pemeliharaan berkala dengan pendekatan teknis yang komprehensif menjadi sangat krusial. 


Adapun ruang lingkup pekerjaan yang akan dilakukan meliputi:

  1. Penanganan longsor di beberapa titik rawan pergerakan tanah, sebagai respons terhadap tingginya kerentanan geologis kawasan pegunungan Alas Gumitir.

  2. Perkuatan lereng dengan menggunakan metode bored pile pada 55 titik, dengan total panjang mencapai 115 meter. Metode ini dipilih karena terbukti efektif dalam menstabilisasi struktur tanah di lereng curam yang memiliki potensi longsor tinggi.

  3. Perbaikan geometri jalan, termasuk penyesuaian elevasi dan perataan lintasan, guna meningkatkan keselamatan berkendara, memperbaiki visibilitas pandangan, serta mendukung efisiensi arus lalu lintas.

Keputusan penutupan total ini tidak diambil secara sembarangan. Mengingat medan sempit dan kontur ekstrem Jalur Gumitir, pelaksanaan pekerjaan yang melibatkan alat berat dalam skala besar sangat berisiko apabila dilakukan bersamaan dengan lalu lintas umum. Oleh karena itu, penutupan penuh dipandang sebagai opsi paling aman dan rasional, demi melindungi keselamatan pengguna jalan maupun tenaga teknis di lapangan.

BBPJN Jawa Timur–Bali juga telah menyiapkan rute alternatif serta informasi pengalihan arus lalu lintas yang dapat diakses melalui infografis resmi dan kanal media sosial BBPJN. Koordinasi dengan instansi terkait, seperti Dinas Perhubungan dan kepolisian, terus dilakukan guna memastikan kelancaran arus lalu lintas selama masa pekerjaan berlangsung. 


Masyarakat pengguna jalan diimbau untuk merencanakan perjalanan lebih awal, mengikuti petunjuk pengalihan arus, serta mengutamakan keselamatan dalam berkendara. Selain itu, BBPJN juga memohon doa dan dukungan publik agar proses preservasi berjalan lancar, tepat waktu, dan memberi manfaat jangka panjang bagi konektivitas wilayah dan perekonomian regional.

Melalui program ini, BBPJN Jawa Timur–Bali menegaskan komitmennya untuk terus MenyambungNegeri, membangun jaringan jalan yang tangguh, aman, dan berkelanjutan bagi seluruh lapisan masyarakat.

#

Ketegangan Warnai Malam Ucapan Selamat Pelantikan Pengurus PGRI Banyuwangi

Banyuwangi, (Warta Blambangan)  Suasana di Kantor Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Banyuwangi, Jalan Ahmad Yani, sedikit memanas pada Sabtu malam. Setelah siang harinya berlangsung pelantikan kepengurusan PGRI versi Ahmad Sodiq, malam harinya muncul ketegangan terkait pemasangan banner ucapan selamat dari pengurus PGRI yang masih mengacu pada Surat Keputusan (SK) sebelumnya, dengan ketua Sudarman.

Peristiwa ini terjadi di lantai atas kantor PGRI. Banner ucapan selamat kepada pengurus baru yang baru saja dilantik pada siang harinya, tertutup oleh banner kegiatan yang dipasang oleh tim pengurus PGRI di bawah kepemimpinan Sudarman. Hal ini menimbulkan ketegangan, karena dua orang dari pihak pengurus baru datang dan menyatakan keberatan atas pemasangan banner tersebut. 


Mereka menilai bahwa penutupan banner pelantikan yang baru berlangsung beberapa jam sebelumnya merupakan bentuk tidak menghormati proses pelantikan dan pengakuan pengurus yang sah. Namun, menurut pihak pengurus lama, pemasangan banner malam itu murni sebagai ucapan selamat dan bagian dari kegiatan internal organisasi.

“Saya terbuka dan bersedia mengundurkan diri secara terhormat apabila memang terbukti bersalah dalam menjalankan roda organisasi,” ujar Sudarman dengan nada tenang kepada media yang hadir. Ia menegaskan bahwa dirinya tidak memiliki niat konfrontatif dan selalu mengedepankan musyawarah mufakat dalam menyikapi dinamika internal PGRI.

“Namun hingga malam ini, seluruh pengurus yang selama ini bersama saya tetap solid dan mendukung saya untuk menuntaskan masa jabatan hingga 2029 sesuai SK yang masih berlaku,” tambah Sudarman. 


Meskipun sempat terjadi ketegangan, situasi malam itu tidak berkembang menjadi insiden fisik. Kedua belah pihak memilih untuk menahan diri, dan sejumlah tokoh pendidikan yang hadir turut mengimbau agar perbedaan pandangan diselesaikan secara organisasi dan sesuai mekanisme yang ada.

Peristiwa ini menjadi sorotan di tengah dinamika internal PGRI Kabupaten Banyuwangi. Sebagian guru berharap agar kedua belah pihak dapat menempuh jalan damai dan menomorsatukan kepentingan pendidikan di atas ego kelompok.

Sampai berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak Ahmad Sodiq selaku pengurus baru terkait insiden malam itu. Namun, sejumlah sumber menyebut bahwa komunikasi antar pihak masih terus diupayakan demi menjaga marwah organisasi guru terbesar di tanah air ini.

Banyuwangi Siap Gelar Sekolah Rakyat: MoU antara Mensos dan Bupati Tandai Implementasi Tahap Awal

JAKARTA (Warta Blambangan) Kabupaten Banyuwangi secara resmi memenuhi seluruh indikator kelayakan sebagai lokasi pelaksanaan Sekolah Rakyat rintisan, sebuah program strategis nasional yang diinisiasi oleh Presiden Republik Indonesia dalam rangka pengentasan kemiskinan ekstrem dan pemerataan akses pendidikan. Kelayakan ini ditetapkan setelah hasil asesmen menyeluruh oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU), dan ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Menteri Sosial Dr. (H.C.) Saifullah Yusuf dan Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, pada Kamis (10/7/2025) di Gedung Aneka Bhakti, Kementerian Sosial RI, Jakarta.

Program Sekolah Rakyat merupakan bagian integral dari Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2025 tentang Optimalisasi Penghapusan Kemiskinan Ekstrem, yang menjadi prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Program ini dirancang untuk menjawab persoalan ketimpangan pendidikan dengan pendekatan terstruktur, berbasis komunitas, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat rentan secara ekonomi dan geografis.

Menteri Sosial, yang akrab disapa Gus Ipul, menjelaskan bahwa Banyuwangi termasuk dalam 63 kabupaten/kota yang akan memulai operasional Sekolah Rakyat rintisan secara serentak pada 14 Juli 2025. Kabupaten ini dinyatakan siap dari tiga dimensi utama: infrastruktur pendidikan, kesiapan peserta didik, serta ketersediaan tenaga pendidik dan kependidikan yang terstandar.

“Dari hasil asesmen teknis Kementerian PU, Banyuwangi memenuhi indikator kelayakan sebagai daerah pelaksana Sekolah Rakyat rintisan. Infrastruktur eksisting yang adaptif serta komitmen pemerintah daerah menjadi pertimbangan utama,” terang Gus Ipul dalam konferensi pers usai penandatanganan.

Terdapat dua kategori utama dalam klasifikasi Sekolah Rakyat: rintisan dan permanen. Sekolah Rakyat rintisan menggunakan fasilitas gedung yang telah diverifikasi kelayakannya, baik yang berasal dari aset Kementerian Sosial, lembaga negara lain, maupun usulan dari pemerintah daerah, institusi pendidikan tinggi, atau mitra masyarakat sipil.

Adapun Sekolah Rakyat permanen dirancang sebagai institusi pendidikan jangka panjang yang akan mulai dibangun pada September 2025. Fasilitas ini diproyeksikan memiliki kapasitas 1.000 siswa per sekolah, mencakup jenjang pendidikan dasar hingga menengah (SD-SMA), dan dilengkapi fasilitas asrama, laboratorium, ruang gizi, serta sistem pengajaran berbasis digital terintegrasi.

Gus Ipul menambahkan bahwa implementasi tahap pertama Sekolah Rakyat rintisan akan melibatkan:

  • 9.755 siswa dari keluarga miskin atau rentan miskin
  • 1.554 guru tetap dan sukarelawan profesional
  • 3.390 tenaga pendidik pendukung, termasuk konselor dan pengasuh asrama

Kebutuhan logistik pendidikan, termasuk modul pembelajaran, alat peraga, perangkat TIK, dan sarana penunjang lain telah menjalani proses simulasi distribusi dan siap disalurkan ke seluruh titik pelaksanaan.

Sementara itu, Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, menyatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah menyiapkan infrastruktur fisik untuk mendukung pelaksanaan program ini. Gedung eks Balai Diklat PNS di Desa Tamansari, Kecamatan Licin, telah direnovasi secara menyeluruh oleh Kementerian PUPR untuk difungsikan sebagai sekolah berasrama.

“Pemilihan lokasi berbasis pertimbangan teknis dan efisiensi. Bangunan tersebut memiliki konfigurasi ruang dan sistem sanitasi yang kompatibel untuk fungsi pendidikan dan pemondokan,” ujar Ipuk.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga telah mengalokasikan sumber daya manusia pendukung, termasuk guru dan tenaga kependidikan dari kalangan ASN dan PPPK. Nama-nama pendidik yang memenuhi kualifikasi telah dikirim ke Kementerian Sosial untuk proses verifikasi dan penugasan.

Penandatanganan MoU ini tidak hanya menjadi simbol sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, tetapi juga menjadi langkah awal dalam penguatan struktur pendidikan nasional berbasis komunitas. Sekolah Rakyat diharapkan menjadi model ekosistem pendidikan transformatif yang menjangkau kelompok marginal dan mempercepat pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di bidang pendidikan, pengentasan kemiskinan, dan pengurangan ketimpangan.

Dalam konteks akademik, program ini dapat dibaca sebagai implementasi pendidikan afirmatif dengan pendekatan intersektoral, di mana variabel pendidikan, sosial-ekonomi, dan pembangunan infrastruktur dipadukan dalam sebuah kerangka kebijakan terpadu. 


Program Sekolah Rakyat Banyuwangi akan mulai berjalan efektif 14 Juli 2025, dengan evaluasi tahap awal dijadwalkan pada akhir September sebagai dasar perluasan dan penguatan model pada 2026. (*)

Temu Pendidik Nusantara XII di Banyuwangi: Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Pembangunan Iklim Pendidikan yang Inklusif dan Berkelanjutan

BANYUWANGI (Warta Blambangan) Sebanyak 885 tenaga pendidik dari berbagai wilayah di Indonesia berpartisipasi dalam kegiatan Temu Pendidik Nusantara (TPN) XII, yang diselenggarakan di Kabupaten Banyuwangi selama tiga hari, 8–10 Juli 2025. Agenda nasional ini mengusung tema strategis “Iklim Pendidikan dan Pendidikan Iklim”, dengan tujuan mendiskusikan relasi timbal balik antara pembangunan iklim pendidikan yang sehat dan peran dunia pendidikan dalam merespons perubahan iklim global. 


Acara yang dibuka langsung oleh Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, tersebut merupakan forum kolaboratif antarpendidik untuk berbagi praktik baik (best practices), serta memperkuat kapasitas institusional sektor pendidikan dalam menghadapi tantangan lingkungan hidup kontemporer.

Dalam sambutannya, Bupati Ipuk menekankan urgensi tema tersebut, mengingat perubahan iklim tidak hanya berdampak ekologis, tetapi juga sosial dan pendidikan. “Kita perlu membangun sistem pendidikan yang adil, sehat, dan inklusif, sekaligus menumbuhkan kesadaran ekologis pada peserta didik,” ujar Ipuk.

Lebih lanjut, Ipuk mencontohkan berbagai inisiatif daerah yang telah diimplementasikan di Banyuwangi, seperti program Sekolah Asuh Sungai, yang menanamkan tanggung jawab ekologis kepada siswa dalam menjaga ekosistem sungai di sekitar tempat tinggal dan sekolah. “Saat ini, 65 dari 68 sub-daerah aliran sungai di Banyuwangi telah terjangkau oleh program ini,” jelasnya.

Di samping itu, terdapat pula inovasi Sekolah Asuh Siaga Bencana yang menitikberatkan pada pendidikan kebencanaan, serta program Sekolah Asuh Sister Say (Sistem Terpadu Ternak Ikan dan Sayur), yang mengintegrasikan edukasi ketahanan pangan dengan prinsip ekologi dalam lingkungan sekolah.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi, Suratno, menyatakan bahwa TPN XII diikuti oleh berbagai jenjang tenaga pendidik, mulai dari guru Taman Kanak-Kanak hingga pengawas SMA/SMK. “Peserta tidak hanya berasal dari Banyuwangi, tetapi juga dari kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, dan Jember,” terangnya.

Selama pelaksanaan, TPN XII menyelenggarakan beragam agenda peningkatan kapasitas tenaga pendidik. Di antaranya adalah talkshow pendidikan, pameran karya dan inovasi, kelas pengembangan guru dan kepemimpinan sekolah, diskusi kelompok terfokus (FGD), hingga debat pendidikan.

Kegiatan ini menghadirkan narasumber yang kompeten dalam bidang pendidikan nasional, seperti Abu Khaer (Kepala Balai Besar Guru dan Tenaga Kependidikan Jawa Timur), Al Badrotus Tsaniyah (Perwakilan Balai Besar Penjamin Mutu Pendidikan), serta Marsaria Primadona (Ketua Kampus Guru Cikal Jakarta).

Menurut Suratno, forum semacam ini memiliki signifikansi besar dalam membangun jejaring antarpendidik yang inovatif. “Pertukaran gagasan dan pengalaman antar guru akan memperkaya ekosistem pendidikan nasional dan mendorong replikasi praktik baik di berbagai satuan pendidikan,” pungkasnya.

Dengan integrasi pendekatan ekologis ke dalam sistem pendidikan, TPN XII tidak hanya memperkuat daya saing pendidikan Indonesia, tetapi juga memperlihatkan kontribusi nyata sektor pendidikan dalam menghadapi krisis iklim secara sistemik dan berkelanjutan.

Ipuk Fiestiandani Kembali Dilantik Jadi Ketua Mabicab Pramuka Banyuwangi 2025–2030

BANYUWANGI (Warta Blambangan) Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani kembali dilantik sebagai Ketua Majelis Pembimbing Cabang (Mabicab) Gerakan Pramuka Banyuwangi masa bakti 2025–2030. Pelantikan dilakukan oleh Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Timur, Arum Sabil, di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Senin (7/7/2025). 


Selain Ipuk, sejumlah pejabat daerah juga masuk dalam jajaran Mabicab, di antaranya Dandim 0825 Banyuwangi, Kapolresta Banyuwangi, Danlanal Banyuwangi, Kepala Kejaksaan Negeri Banyuwangi, Kepala Pengadilan Negeri Banyuwangi, dan Sekretaris Daerah Kabupaten Banyuwangi.

Pada kesempatan yang sama, turut dilantik pula Pengurus Kwartir Cabang Banyuwangi serta Lembaga Pemeriksa Keuangan (LPK) masa bakti 2025–2040.

Ketua Kwarda Jatim Arum Sabil mengapresiasi solidnya kolaborasi para pembina Pramuka di Banyuwangi yang dinilai turut berkontribusi besar dalam kemajuan daerah. Menurutnya, kolaborasi yang baik antara Mabicab dan berbagai pemangku kepentingan menjadi kunci utama perkembangan Pramuka yang berdampak pada kemajuan Banyuwangi.

“Kolaborasi Mabicab di Banyuwangi sangat baik hingga bisa mengantarkan daerah ini berkembang pesat,” ujar Arum.

Arum juga menekankan pentingnya peran strategis Gerakan Pramuka dalam membentuk karakter generasi muda menjelang masa bonus demografi Generasi Emas 2045. Ia menilai Pramuka merupakan jalur pendidikan non-formal yang sangat penting dalam membekali pemuda dengan keterampilan dan pengetahuan yang tidak diperoleh dari bangku sekolah.

“Anak-anak usia 15–25 tahun hari ini adalah calon pemimpin di tahun 2045. Maka mereka perlu disiapkan tidak hanya dari sisi akademik, tetapi juga karakter, kepemimpinan, dan kemandirian. Gerakan Pramuka bisa menjadi wadah itu,” tegasnya.

Sementara itu, Ipuk Fiestiandani sebagai Ketua Mabicab yang baru dilantik, menegaskan komitmennya untuk terus mendorong program-program strategis Gerakan Pramuka di Banyuwangi. Ia menyebutkan sejumlah rencana seperti pelatihan kepemimpinan berbasis teknologi, peningkatan kapasitas kewirausahaan, hingga kegiatan inovasi sosial.


“Kami juga akan memperkuat sinergi antara gugus depan di sekolah dan komunitas dengan berbagai stakeholder daerah, agar lahir pemuda-pemuda yang siap dalam pembangunan nasional di masa depan,” ujar Ipuk.


Gerakan Pramuka Banyuwangi dinilai telah menunjukkan geliat positif dengan berbagai program produktif yang menyentuh langsung masyarakat. Harapannya, peran serta seluruh elemen dalam kepengurusan baru akan makin memperkuat kontribusi Pramuka bagi pembangunan karakter dan kemajuan daerah. (*)

 
Copyright © 2013. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Template Modify by Blogger Tutorial
Proudly powered by Blogger