Pages

Tampilkan postingan dengan label Perjalanan Haji Kita 2024. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Perjalanan Haji Kita 2024. Tampilkan semua postingan

Hari Kedua Kemah Moderasi Beragama: Dr. Ahmad Zayadi Terima Buku "Catatan Kecil Perjalanan Petugas Haji"

Banyuwangi, +Warta Blambangan) Pada hari kedua pelaksanaan Kemah Moderasi Beragama (Morama) I di Bumi Perkemahan Jeongmara, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi, Sabtu (12/10/2024), Direktur Penerangan Agama Islam Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Dr. H. Ahmad Zayadi, menerima buku berjudul Catatan Kecil Perjalanan Petugas Haji. Buku ini merupakan karya Syafaat, yang mengisahkan pengalaman penulis selama bertugas sebagai petugas haji pada musim haji tahun 2024.



Penyerahan buku berlangsung setelah sesi diskusi tentang Moderasi Beragama, di mana Dr. Ahmad Zayadi didampingi oleh Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, Dr. H. Santoso, Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam, Dr. Moh. Amak Burhanuddin, serta Kepala Bidang Penerangan Agama Islam, Zakat, dan Wakaf (Penais Zawawi), Drs. Mufi Imron Rosyadi.


Dr. Ahmad Zayadi menyampaikan apresiasi atas karya Syafaat yang dinilai sebagai kontribusi penting dalam mendokumentasikan pengalaman haji dari perspektif petugas. “Buku ini bukan hanya sekadar catatan perjalanan, tetapi juga cerminan tanggung jawab, pengorbanan, dan dedikasi para petugas dalam melayani jamaah haji. Semoga dapat menjadi inspirasi bagi banyak pihak,” ungkapnya.


Karya tersebut menggambarkan perjalanan spiritual dan logistik selama menunaikan tugas haji, termasuk berbagai tantangan yang dihadapi oleh petugas haji. Buku ini diharapkan mampu memberikan wawasan baru bagi masyarakat, khususnya terkait peran petugas dalam melayani jamaah haji.


Kegiatan Kemah Moderasi Beragama (Morama) I ini sendiri merupakan ajang bagi para peserta untuk memahami lebih dalam tentang pentingnya nilai-nilai moderasi beragama. Acara ini diikuti oleh peserta dari berbagai lembaga pendidikan, berbagai agama dan ASN Kementerian Agama di Banyuwangi, yang aktif dalam berdiskusi dan bertukar pengalaman untuk mempromosikan kehidupan beragama yang toleran dan inklusif.


Dr. Ahmad Zayadi yang pernah menjabat Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur juga menekankan pentingnya moderasi beragama dalam menjaga kerukunan di tengah keberagaman masyarakat Indonesia. “Moderasi beragama bukan hanya sebuah konsep, tetapi harus menjadi praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita terus berusaha menjadikan Indonesia sebagai teladan bagi dunia dalam hal toleransi dan keberagaman,” tambahnya.


Kemah Moderasi Beragama ini akan berlangsung hingga Ahad (13/20/2024) dan akan diisi dengan berbagai kegiatan edukatif yang melibatkan peserta.


Dua Buku Pengalaman Petugas Haji Diserahkan kepada Kepala Kanwil Kemenag Prov Jawa Timur

 Banyuwangi (Warta Blambangan) – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, Dr. H. Akhmad Sruji Bakhtiar, didampingi Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi Dr Chaironi Hidayat menerima buket buku dari Yayasan Lentera Sastra Banyuwangi pada Sabtu (12/10/2024). Penyerahan buket dilakukan di Aula MAN 1 Banyuwangi dalam acara Maulid Nabi Muhammad Saw dan Pembinaan ASN yang berlangsung penuh keakraban.



Buket buku tersebut berisi beberapa karya sastra dari anggota Lentera Sastra, termasuk buku 79 Penyair Banyuwangi Hebat bersama Umat yang merupakan antologi puisi karya para penyair Banyuwangi. Namun, yang menjadi sorotan utama adalah dua buku karya Ketua Lentera Sastra, Syafaat, yang mengangkat tema perjalanan haji dari sudut pandang petugas kloter.


Kedua buku karya Syafaat tersebut adalah Perjalanan Haji Orang-orang Terpilih yang menceritakan pengalaman pada tahun 2017 dan Catatan Kecil Perjalanan Petugas Haji yang menggambarkan perjalanan haji tahun 2023. Kedua buku ini mengangkat berbagai cerita suka duka petugas kloter dalam membimbing dan mendampingi jamaah haji, memberikan gambaran mendalam tentang perjalanan spiritual yang penuh tantangan.



Yang menarik, di buku terbaru yang diterbitkan pada tahun 2024, terdapat cerita khusus mengenai interaksi penulis dengan Dr. Akhmad Sruji Bakhtiar ketika bersama-sama mengikuti Bimbingan Teknis Calon Petugas Haji, menambah dimensi personal dalam kisah perjalanan haji tersebut.


Penyerahan buket buku ini merupakan bentuk apresiasi Yayasan Lentera Sastra terhadap kontribusi Dr. Akhmad Sruji Bakhtiar dalam mendukung kegiatan sastra dan literasi di Jawa Timur.

Syafaat, Petugas Haji 2024, Serahkan Buku Pengalaman kepada Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kemenag Jatim

Banyuwangi  (Warta Blambangan) Syafaat, salah satu petugas haji tahun 2024, secara simbolis menyerahkan buku berjudul Catatan Kecil Perjalanan Petugas Haji kepada Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, Dr. Santoso. Acara penyerahan buku ini berlangsung di sela-sela kegiatan Kemah Moderasi Beragama yang diselenggarakan di Bumi Perkemahan Jeongmara, Kecamatan Songgon, Banyuwangi, pada Jumat (11/10/2024).



Buku Catatan Kecil Perjalanan Petugas Haji merupakan dokumentasi pengalaman Syafaat selama bertugas sebagai petugas haji, mencakup berbagai tantangan dan pengalaman berharga selama mendampingi jamaah haji. "Buku ini saya tulis sebagai bentuk refleksi dan tanggung jawab moral untuk berbagi pengalaman, khususnya bagi generasi muda yang mungkin tertarik dengan tugas mulia ini," ujar Syafaat.


Dr. Santoso yang pernah menjabat Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi tersebut mengapresiasi langkah Syafaat untuk mendokumentasikan pengalamannya. “Buku ini sangat bermanfaat, tidak hanya sebagai catatan pribadi, tetapi juga sebagai referensi bagi penyelenggara haji maupun petugas haji di masa depan. Pengalaman di lapangan seperti ini sangat berharga untuk meningkatkan kualitas pelayanan haji," tuturnya.

Dengan adanya buku ini, diharapkan semakin banyak petugas yang terinspirasi untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan terkait tugas haji, sehingga kualitas pelayanan terhadap jamaah dapat terus meningkat dari tahun ke tahun.

(Tim Peliputan)


Tim Irjen Muh. Taqiyudin dan Adha Anggraini Dapat Kado Buku


Banyuwangi (Warta Blambangan) Dalam acara sederhana namun penuh makna, Syafaat, petugas haji tahun 2024, menyerahkan Buku Catatan Kecil Perjalanan Petugas Haji kepada Tim Irjen Muh. Taqiyudin dan Adha Anggraini. Penyerahan ini dilakukan di ruang PTSP Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi saat Taqiyudin melaksanakan tugas di daerah tersebut, Selasa (08/10/2024).


Keduanya sebelumnya bertemu di terminal Jiyad Makkah saat menjalankan tugas sebagai Dalgas (Pengendalia Petugas). Di tengah kesibukan, Taqiyudin dan timnya sempat  membantu salah satu jamaah SUB-58 yang telah selesai Thawaf dengan menggunakan kursi roda untuk kembali ke hotel Bilal di Misfalah, sementara Syafaat menunggu jamaahnya yang sedang melaksanakan thawaf di Terminal Jiyad.


Buku Catatan Kecil yang disusun oleh Syafaat mencakup berbagai pengalaman berharga, tantangan, dan pelajaran selama bertugas sebagai petugas haji. Melalui penyerahan buku ini, Syafaat berharap agar pengalaman yang dituliskannya dapat menjadi sumber inspirasi bagi petugas haji lainnya serta meningkatkan kualitas pelayanan kepada jamaah di masa mendatang.


Muh. Taqiyudin mengapresiasi inisiatif Syafaat. “Buku ini bukan sekadar catatan perjalanan, tetapi juga menggambarkan dedikasi dan komitmen kita dalam melayani jamaah,” ujarnya.



Penyerahan buku ini menegaskan pentingnya kolaborasi antar petugas haji demi memberikan pelayanan terbaik selama musim haji. Semoga karya ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi generasi petugas haji selanjutnya. 


Syafaat juga menyampaikan bahwa silaturahim antar petugas haji bukan hanya ketika menjalankan tugas saja, tetapi juga selamanta. begitu juga dengan layanan terhadap jamaah, Syafaat secara sukarela memberikan bimbingan kepada jamaah haji maupun petugas yang belum berangat (syaf)

Perjalanan Petugas Haji Tahun 2024 Ditulis Dalam Buku


Banyuwangi (Warta Blambangan)-Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, Chaironi Hidayat, menerima buku Catatan Kecil Perjalanan Petugas Haji Kabupaten Banyuwangi Tahun 2024 dari petugas haji, Syafaat. Penyerahan buku ini berlangsung di Kantor Kemenag Banyuwangi pada hari Senin (7/10).

Buku yang diserahkan tersebut merupakan dokumentasi penting yang berisi rangkaian catatan perjalanan, pengalaman, serta evaluasi selama bertugas sebagai petugas haji pada musim haji tahun 2024. Buku ini diharapkan dapat menjadi referensi dan panduan berharga bagi para petugas haji di masa mendatang dalam menjalankan tugas mulia mereka.

Chaironi Hidayat mengapresiasi atas inisiatif untuk mendokumentasikan pengalaman selama bertugas. Menurutnya, dengan adanya catatan buku ini, maka dapat terus memperbaiki pelayanan kepada jamaah haji dan memberikan yang terbaik di masa yang akan datang.

"Semoga memberikan motivasi kepada para petugas haji untuk menuliskan pengalamnya ketika bertugas", katanya

Sementara Syafaat selaku penulis dan petugas berharao, agar buku ini dapat membantu petugas haji lainnya dalam menjalankan tugas mereka. 

"Saya berharap, buku ini menjadi inspirasi bagi rekan-rekan petugas haji di Banyuwangi, sehingga kita dapat melayani jamaah haji dengan lebih baik dan maksimal", pungkasnya

Empat Tas Kabin Tidak Ditemukan

Bisa dibayangkan bagaimana ribetnya ketika tiga kloter masuk hotel pada jam yang hampir bersamaan, terlebih dari Embarkasi berbeda dan dengan latar belakang adat berbeda.

Krodit, kopor dan tas kabin salah lantai, belum lagi kesalahan identifikasi jenis kelamin jamaah yang mengakibatkan dalam pembagian kamar ada perempuan yang masuk daftar satu kamar dengan laki-laki, pastinya harus diatur ulang pembagian kamar agar semuanya nyaman. 


Perjalanan Makkah Madinah yang mencapai hingga delapan jam mengakibatkan jamaah lelah, pingin segera beristirahat di kamar, berganti pakaian, namun mereka harus tertunda karena kopor maupun tas kabin belum di temukan, karena pihak hotel hanya tahu barang-barang jamaah tersebut tidak berada di lobby, karena jamaah terus berdatangan.

Saya mencoba membantu mencarikan solusi, dimulai dari lantai paling atas saya sisir untuk mencari kopor maupun tas kabin jamaah, dan saya turunkan ke lantai lima, tempat jamaah haji yang saya pandu berada. Begitupun dengan di di lantai bawah, semua saya naikkan ke lantai tempat jamaah berada, dan ternyata ini memudahkan mereka untuk mencari, terlebih setiap Embarkasi berbeda kartu yang menempel di kopor, sehingga saya hanya mencari berdasarkan tanda pengenal yang khusus Embarkasi Surabaya, saya juga menemukan dua kopor milik kloter lain dari Embarkasi Surabaya yang terangkut sampai hotel kami.

Sebuah pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan dan tenaga ekstra agar semua baik-baik saja, meskipun demikian ada saja yang menganggap Ketua Kloter tidak bekerja, dan bagi saya itu bukan sebuah masalah, karena tugas bukan sekedar pengakuan saja, karena ini bukan hanya urusan kita dengan jamaah, tetapi urusan kita dengan yang di atas.

Seperti biasanya, saya ngopi di lobby, bertemu dengan petugas kloter lain yang empat kopor jamaahnya belum di temukan, saya tidak banyak memberikan masukan, karena tidak tahu kenapa ini terjadi, saya hanya menyampaikan yang saya alami di kloter kami, bisa jadi terbawa di hotel lain seperti saya menemukan dua kopor milik kloter lain dari Embarkasi yang sama.

Malam ketika mata belum benar-benar terpejam, belum sempat tersusun mimpi, terdengar pengumuman bahwa jika ada kopor yang bukan miliknya dan berada di kamar agar di keluarkan.

Sebenarnya saya agak terganggu, atau tepatnya tersinggung dengan pengumuman yang dilakukan tengah malam tersebut, dan saya kira pengumuman berhenti sampai disitu, ternyata disampaikan beberapa kali hingga ada yang masuk kamar jamaah haji untuk mencarinya.

Sungguh sebuah pengumuman dan tindakan yang sangat mengganggu waktu istirahat, saya keluar kamar untuk menemui orang yang melakukan pengumuman tetapi sudah pergi, baru di pagi hari saya dapat menemui petugas kloter yang kehilangan koper, memastikan bahwa saya sebagai Ketua Kloter yang akan memasuki kamar jamaah saya sendiri yang mungkin dapat ditemukan koper-koper itu, meskipun saya tidak yakin ada jamaah haji yang menyimpan koper yang bukan miliknya, karena kamar kita sangat sempit yang untuk menyimpan barang milik jamaah sendiri saja terasa kurang, apalagi harus menyembunyikan barang milik orang lain yang tidak dapat dibuka atau dibawa ke Indonesia, karena satu jamaah hanya dapat membawa satu koper.

Jamaah tidak akan tersinggung jika ketua kloter yang masuk ke kamarnya, tetapi mereka akan merasa tidak nyaman ketika orang yang dianggap tidak berkepentingan memasuki kamar, terlebih mencari barang yang hilang.


Mendung di Bola Mata Ning Wida

Mattahari belum genap menyapa tenda Mina yang belum tertata, kami datang dengan tenaga di ujung lelah setelah semalam bermalam tak terpejam di Muzdalifah, jamaah merebahkan diri di dua tenda terpisah sekenanya, bagi mereka mendapatkan tempat merebahkan diri diatas kasur spon merupakan anugerah terindah yang berbeda dengan warna cerita tentang Mina pada tahun sebelumnya yang hanya beralaskan selembar karpet saja, meskipun bayangan kurangnya tempat masih menghantui, namun bagi yang telah mendapatkan tempat nyaman akan persetan dengan dengan kesepakatan. 


Sayapun juga manusia biasa yang sama dengan mereka, keterbatasan tenaga yang juga butuh beristirahat, mencoba mengingatkan agar menempati posisi terpisah sesuai dengan jenis kelaminnya, namun lelah yang mereka tanggung mengakibatkan tidak dapat berfikir jernih, begitupun dengan saya, sehingga percuma saja berbicara dengan orang yang sedang kelelahan, bisa jadi pada akhirnya juga emosi, terlebih saya sudah mencobanya, saya gertak juga mereka "kalau nggak mau diatur tak tinggal tidur" dan sebagian dari jamaah saling menyalahkan yang terpaksa saya mengambil opsi yang saya sampaikan yakni tak tinggal tidur.

Tidur tidak harus menghilangkan semua kesadaran, cukup mengistirahatkan raga dan mengosongkan semua pikiran dan kalau bisa juga perasaan, meskipun sayup-sayup saya mendengar sedikit keributan tetap saya saya biarkan, setidaknya saya hanya butuh mengistirahatkan pikiran lima sampai lima belas menit.

Saya yakin banyak yang kecewa dengan yang saya lakukan, ketika masalah belum selesai saya tinggal tidur, namun saya mempunyai prmbenar dengan yang saya lakukan, setidaknya saya tidak akan terbawa emosi ketika menghadapi orang-orang yang sudah dewasa, setidaknya memberi kesempatan orang-orang untuk memikirkan yang sudah dilakukan tanpa harus di salahkan, setidaknya memberikan ruang pikiran menerima kenyataan pahit dan merubah menjadi kenyamanan dan cerita indah kepada keluarganya.

Saya kembali menata jamaah, dan mereka juga dengan kesadaran diri menempati tempat sesuai dengan kesepakatan, mengutamakan perempuan ditempat yang lebih lapang.

Saya melihat' Ning Wida tak seperti biasanya, pipinya terlihat kemerah-merahan, terlihat semakin cantik saja, keluar dari tenda yang diperuntukkan jamaah laki-laki, meskipun siang itu tanpa senyum, tidak mengurangi kecantikannya, saya terus memandang wajahnya, memastikan kemerah-merahan pipinya bukan produk kosmetik, matanya sedikit sayu menghampiriku, aura tak seperti biasanya, menggambar ribuan kata yang tak mampu terucap. Tepat berdiri di depanku, ada mendung di bola matanya, perlahan air mata menetes dari sudut matanya yang jernih membasahi pipinya seperti anak kecil mengadu kepada bapaknya, semua terdiam bahkan matahari pun juga tak berani beranjak.

Ketegaran yang selama ini terjaga akhirnya tumbang juga dengan air mata, saya mendengarkan saja yang dialaminya, dokter Wida sudah bekerja secara maksimal, meskipun ketika di Muzdalifah saya sudah menyiapkan kemungkinan yang terjadi di Mina, namun Ning Wida yang dirumahnya mempunyai puluhan santri ini kaget juga ketika dibentak oleh salah satu jamaah ketika saya tidak bersamanya karena kita sama-sama menata jamaah dibtenda yang berbeda.

Saya ingin menyeka air matanya dengan sapu tangan, namun tidak membawa, karena kita masih berpakaian ihram.

Sungguh saya merasa sangat bersalah ketika Dokter cantik ini meneteskan airmata, memang, tanpa adanya survei awal lokasi mengakibatkan kita agak kesulitan menata jamaah, untungnya ini bukan tugas saya yang pertama, sehingga meskipun hanya dibekali peta, saya sudah dapat memperkirakannya, berapa kapasitas tiap tenda, dan telah ada komitmen awal dengan jamaah sebelum Armuzna.

Saya mencari Ning Wida, ternyata dia ke Masjid, sayapun juga ingin tahu kondisi Masjid yang gandeng dengan tenda, lumayan besar dan bersih, air conditioner juga dingin, saya sempat rebahan setelah sholat duha empat rakaat, dari jauh saya lihat Ning Wida khusuk yang saya tidak tahu apa yang di bacanya.

Tiga hari di tenda Mina terlalu banyak cerita, dan kisah tentang perjalanan air mata ini tak mudah terhapus dari pikiran siapapun yang benar-benar merasakannya.


Mina 16/06/2024

Shalat Jumat di Tengah Jalan Aspal

Hanya beratap langit, dan cinta mendalam yang mengakibatkan jiwa terjaring rindu ingin segera bertemu, tak pedulikan panas matahari siang membakar udara yang membelai pusat kota. Bus shalawat hanya beberapa saja yang beroperasi yang tak mampu membawa ribuan jamaah, mereka yang tak kebagian bus harus rela berjalan kaki menuju rumah suci yang dirindukan.


Jumat pertama setelah Armuzna, beberapa jamaah berjalan dua kilometer menuju Haram, ingin thawaf Ifadah, merasa mampu untuk menjalani, merasa terlatih ketika di Mina berjalan ke Jamarat tiga setengah kilometer sehingga ditambah pulangnya jadi tujuh kilometer, apalagi melalui jalur memutar melalui terowongan akan bertambah kilometernya dan itu dijalani tiga hari, mereka beranggapan jarak hotel Misfalah ke Haram hanya dua kilometer sehingga ditambah pulangnya hanya empat kilometer, lebih jauh perjalanan menuju Jamarat. Tapi mereka lupa jika perjalanan ke Jamarat hanyalah pulang pergi saja, sedangkan Thawaf Ifadah bukan hanya Perjalanan berangkat dan pulang saja, tetapi juga mengelilingi Ka'bah tujuh putaran dalam kondisi suci dari hadas, beruntung jika dapat Thawaf dekat Ka:bah yang tidak terlalu jauh putarannya, tetapi jika lantai bawah penuh dan harus Thawaf di lantai atas bisa dibayangkan berapa kilometer yang harus ditempuh.

Jumat pertama saya ingin shalat Jumat di Masjidil Haram, hari terlanjur siang dan Matahari sepertinya nggak beranjak diatas kepala, perjalanan dua kilometer berselimut terik sepertinya juga tidak terlalu buruk, belum juga berwudhu, berharap ada yang memberi air gratis untuk membersihkan tenggorokan kering dan berwudhu. Kebetulan tidak membawa botol semprot seperti biasanya, beberapa jamaah berkulit hitam dengan postur tubuh tinggi berjalan seperti tak merasakan panas yang menurut orang Indonesia sangat terasa.

Di tengah perjalanan saya harus berhenti, tak bisa melangkah lagi, adzan pertama telah berkumandang pertanda shalat Jumat segera di mulai, padahal sekitar satu kilometer dari Masjidil Haram dan saya harus mengambil tempat untuk persiapan Shalat, tengok kanan tengok kiri tak ada tempat nyaman untuk bersujud, dibawah jembatan layang telah penuh dengan orang, hanya tersisa jalanan aspal tanpa alas yang dapat digunakan dengan sajadah tipis yang kemanapun saya bawa, sementara masih juga bingung harus berwudhu atau tayamum, ada orang berkebangsaan Pakistan yang memberikan botol air mineral yang masih tersisa setengahnya, kira-kira hanya secangkir yang harus saya pergunakan minum dan berwudhu.

Saya gunakan setengah cangkir untuk membasahi tenggorokan, dan sisanya untuk wudhu yang hanya cukup sekali usap saja, tak apalah yang penting sah wudhunya dan dapat mengikuti shalat Jumat dengan Imam Besar Masjidil Haram meskipun jaraknya sekitar satu kilometer.

Saya sangat berterima kasih atas secangkir air mineral yang diberikan, dan kita bersiap mengikuti Shalat Jumat pada suhu diatas lima puluh derajat, bersyukur Khotib sangat singkat sehingga saya tidak jadi pingsan karena dehidrasi, dibawah sajadah saya ganjal dengan sepatu karena tidak kuat berdiri jika hanya diatas sajadah saja, sedangkan sorban gajah oling yang saya bawa dipinjam oleh dua orang jamaah Pakistan.

Saya kira mereka tahan dengan panas Saudi Arabia, ternyata mereka kepanasan juga.

Usai Shalat Jumat saya tidak mengikuti Shalat Janazah, Sunnah Rawatibpun juga saya tinggalkan, karena berteduh lebih penting daripada mengejar Sunnah tetapi membahayakan keselamatan, apalagi badan mulai sedikit lemas karena kekurangan cairan, botol-botol berserakan juga kosong, saya terus menuju masjid, karena biasanya banyak yang menawarkan air minum gratis bagi jamaah.


Makkah, 21-06-2024

Berkunjung ke Kantor Daker Makkah

 Berkunjung ke Kantor Daker Makkah 


Daerah Kerja (Daker) Makkah berada dekat dengan Jamarat, jika harus ditempuh dari Misfalah (tempat jamaah haji Kabupaten Banyuwangi) dengan menggunakan bus shalawat harus setidaknya ganti bus dengan terminal yang berbeda, dan jarak terminal Jiyat dengan Terminal Syib Amir lebih dari satu kilometer yang ditempuh berjalan kaki disekitar Masjidil Haram, sehingga jika ada keperluan dari Misfalah menuju Kantor Daker Haji Makkah, jika tidak ada kendaraan sektor, dapat menggunakan taksi. 


Hanya sekali saya ke Kantor Daker Makkah selama bertugas menjadi ketua kloter pada musim haji tahun 2024, kebetulan Sektretaris Sektor ada keperluan ke Daker, sehingga saya bisa ikut ke Daker menggunakan mobil sektor, Kebetulan saya kenal dengan Kholilurrahman, Kepala Daker Makkah, pada tugas sebelumnya saya bertemu beliau ketika saya juga menjadi Ketua Kloter sedangkan beliau jadi Kepala Sektor di Madinah.

Saya ngobrol dengan Kepala Daker sambil menunggu sekretaris sektor selesai keperluannya, beberapa masalah kecil tentang pelaksanaan ibadah haji juga saya sampaikan, kebetulan hari itu jumat, kami tidak lama ngobrol di ruang sekretariat Daker.

Kepala Daker Makkah juga Ketua pertama FKAPHI (Forum Alumni Petugas Haji Indonesia), beliau juga pernah berkunjung ke Banyuwangi ketika masih bertugas di Inspektorat.

Ketika salah satu Desa di Banyuwangi terkena banjir pada tahun 2018, di Desa Alaskalang, FKAPHI melakukan aksi solidaritas dengan mengumpulkan sumbangan dari anggota, dan karena kejadian bencana di Banyuwangi, menggunakan rekening pribadi saya untuk menyalurkan bantuan tersebut.

Menjadi petugas haji bukan hanya berhenti ketika pelaksanaan ibadah haji selesai, kita juga harus berbagi pengalaman dengan jamaah dan atau petugas yang bertugas di tahun berikutnya, begitu juga dengan rasa peduli ketika kita menjalankan tugas, juga harus tetap kita lakukan tanpa akhir batas.

Pengalaman menjadi petugas haji merupakan pengalaman haji yang berbeda dengan jamaah haji biasa, sehingga dari pengalaman tersebut perlu untuk disampaikan kepada jamaah haji dan petugas berikutnya, begitupun dengan evaluasi yang perlu dilakukan agar pelaksanaan menjadi lebih baik.

Meskipun hanya bertemu dengan Kepala Daker Makkah hanya beberapa saat saja, menurut saya beliau merupakan orang yang kaltm tetapi tegas, diajak ngobrol juga asyik dan membuat saya tidak sungkan, apalagi ngobrol sambil menikmati suguhan kopi.


Makkah, 26/06/2024

SUB-58 Kloter Terbaik Tahun 2024

 SUB-58 Kloter Terbaik Tahun 2024


Memasuki hall Mina Asrama Haji Embarkasi Surabaya, jamaah menjalani pemeriksaan kesehatan dan administrasi persiapan pemberangkatan, termasuk penyerahan paspor, living cost dan gelang identitas. Saya berkesempatan mewakili jamaah, dipasangkan gelang identitas haji oleh Dr. Chaironi Hidayat, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, bersamaan dengan sebuah pengumuman yang disampaikan oleh PPIH Embarkasi bahwa Kloter SUB-58 merupakan kloter terbaik, karena pemeriksaan administrasi dan barang bawaan paling cepat dengan temuan pelanggaran paling sedikit. 


Bagi saya pengumuman itu merupakan hal biasa untuk memberikan motivasi kepada jamaah untuk tetap tertib mematuhi ketentuan barang bawaan selama diperjalanan, dan jamaah memberikan aplaus dari pengumuman tersebut, begitupun dengan petugas dari Kabupaten Banyuwangi yang ikut mengantarkan jamaah haji dari Banyuwangi hingga Sukolilo, baik dari Kantor Kementerian Agama maupun dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, kebetulan ada yang merekam video ketika pengumuman disampaikan.

Tim Kloter memang selain menjadi narasumber dalam bimbingan manasik haji yang diadakan di tingkat kecamatan, juga menyampaikan tentang persiapan barang bawaan disetiap KBIHU yang tergabung dalam kloter, selain menyampaikan materi mengenai perhajian, hal ini juga dapat mempererat silaturahim petugas kloter dengan jamaah, mm memahami kondisi jamaah lebih awal sehingga lebih mudah mempersiapkannya.

Meskipun demikian masih juga ditemukan pelanggaran kecil yang dilakukan oleh jamaah, seperti membawa alat masak dan pemanas serta rokok yang melebihi ketentuan, padahal sudah disampaikan tentang persiapan perjalanan, dan di Saudi Arabia telah disediakan semuanya, karena kita tidak sedang camping yang membutuhkan peralatan masak, semua makanan sudah disediakan,  begitupun dengan alat pemanas air serta handuk dalam kamar, namun kekhawatiran itu yang menyebabkan jamaah membawa banyak bekal yang pada akhirnya tidak terpakai.

Lebih banyak jamaah yang tertib daripada yang melanggar, saya sangat bersyukur memimpin jamaah yang mudah diatur, saya sendiri juga tidak membawa banyak pakaian ganti, cukup dua stel pakaian, sarung dan pakaian dalam, karena di musim panas menjemur pakaian di Saudi Arabia kering dalam hitungan menit, begitupun dengan alat mandi, saya cukup membawa kanebo untuk mengeringkan badan, koper besar saya biarkan banyak ruang kosong, baru ketika kembali ke Indonesia akan saya penuhi dengan barang bawaan sebagai kenangan selama di Makkah dan Madinah.

Tidak ada kloter yang tidak mempunyai masalah, dan bagaimana kita mengurai masalah menjadi cerita indah itulah yang harus kita lakukan, ketika perjalanan di pesawat seorang peragawati menyampaikan bahwa selama tugas tahun ini, kloter yang saya pimpin merupakan kloter paling banyak yang menggunakan kursi roda, dan saya sangat bersyukur karena kekompakan tim kloter dengan karu dan karom tetap terjaga hingga tugas usai.


AHES, 07/07/2024


Ziarah Ke Bukit Uhud

 Ziarah Ke Bukit Uhud


Peristiwa perang Uhud di zaman Nabi Muhammad Saw memberikan pelajaran penting bagi umat Islam untuk mentaati perintah pemimpin. Perang Uhud yang terjadi di sekitar gunung Uhud  pada hari Sabtu tanggal 23 Maret 625 M atau 7 Syawal 3 H antara 700 tentara Islam dari yang seharusnya 1.000 orang karena hasutan beberapa orang munafik melawan 3.000  kafir Quraisy. 


Pada awalnya tentara Islam menenangkan peperangan, karena ketidaktaatan tentara pemanah yang berada di bukit Rumat atau sekarang oleh masyarakat disebut bukit pemanah, tentara Islam mengalami kekalahan, termasuk paman nabi Sayyidina Hamzah Ra.

Jamaah haji ketika berada di Madinah melakukan ziarah ke Jabal Uhud untuk mengenang peristiwa Uhud, mendoakan syuhada Uhud di pemakaman syuhada Uhud yang diberi pagar besi. Sehingga jamaah dapat mendoakan dari luar pagar, 

Beberapa jamaah haji juga mendaki bukit Rumat atau bukit pemanah, juga di sekitar makam dibangun monumen dalam bentuk masjid dengan nama Masjid Syuhada.

Banyak pedagang membuka lapak di areal parkir bukit Uhud, beberapa jamaah juga menyempatkan diri membeli barang sebagai cinderamata untuk dibawa ke tanah air.

Dari segi jumlah pasukan, tentara kafir jauh lebih besar dibandingkan dengan tentara Islam, namun demikian pada awalnya tentara Islam dapat menenangkan pertempuran yang tidak berimbang tersebut, pertempuran yang dilakukan beberapa kilo dari pusat kota Madinah sebagai bukti bahwa umat Islam sebagai umat yang diserang.

Ziarah ke Jabal Uhud selain untuk mendoakan para Syuhada yang gugur para perang Uhud, juga sebagai pengingat bagi umat Islam saat ini agar mentaati perintah pimpinan, memegang teguh rasa percaya terhadap sesama umat Islam, karena kekalahan umat Islam bukan karena jumlahnya sedikit, tetapi lebih pada ketidak patuhan terhadap para pemimpinnya.

Ziarah ke Jabal Uhud merupakan paket ziarah yang disediakan pihak pelaksana di Madinah, jamaah tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk mengikuti ziarah tersebut, karena ziarah disekitar kota Madinah diberi kesempatan satu hari dengan menggunakan bus yang disediakan pihak hotel, adapun jika ingin ziarah pada hari berikutnya ketempat yang belum dikunjungi pada hari pertama, dapat ziarah dengan biaya sendiri.


Madinah, 04/07/2024


Lambang Cinta di Pintu Kamar Jamaah

 Lambang Cinta di Pintu Kamar Jamaah 


Masih menjadi misteri, kenapa lambang cinta itu berbentuk seperti daun waru, yang katanya itu adalah diambil dari gambar hati, dan ketika sedang jatuh cinta dilambangkan dengan lambang cinta yang terkena panah, kadang juga lambang cinta yang terkena panah tersebut digambarkan berdarah. 


Mestinya jatuh cinta dapat menimbulkan ketenangan dan kenikmatan dan bukan saling menyakiti, dan saya merasa tidak nyambung jika lambang cinta itu adalah hati yang dipanah, bukankah jika hati terkena panah akan mengakibatkan luka hingga kematian?.

Bukan saatnya membahas kenapa lambang cinta seperti itu, karena seakan sudah menjadi kesepakatan seperti itu, lambang cinta yang sudah menjadi kesepakatan, seperti halnya bintang yang dilambangkan segi lima, dan banyak lambang lain yang membuat kita penasaran.

Beberapa pintu kamar jamaah haji ditempeli lambang cinta berwarna merah hati dengan tulisan haji sehat haji mabrur. Tidak semua kamar ditempeli lambang cinta, hanya beberapa kamar dengan kriteria tertentu yang hanya diketahui oleh tim kloter.

Mungkin jamaah haji juga tidak memahami kenapa beberapa kamar diberi lambang cinta tanpa panah, dan itu sangat memudahkan jamaah melakukan visitasi.

Saya salut dengan kreasi teman-teman tim kloter dengan ide cerdas tersebut, karena tulisan merupakan doa, sebagaimana ucapan meskipun dengan gurau.

Begitupun dengan para jamaah haji lansia yang mendapatkan perlakuan khusus, mereka mungkin tidak faham jika untuk mempermudah dimana kamar para lansia, pintu kamarnya diberi gambar lambang cinta dengan tulisan Haji Sehat Haji Mabrur.

Sejak belum berangkat menuju tanah suci, para tim kloter telah memetakan jamaah lansia dan resiko tinggi, mendata berapa jamaah haji yang membutuhkan kursi roda dan yang membawa kursi roda. Data tersebut telah dikirim melalui aplikasi Ketua Kloter yang dapat dibaca oleh semua petugas yang membutuhkan, begitu juga dengan jamaah haji yang membutuhkan makanan lunak.

Sungguh tema haji lansia sebagaimana disematkan di baju petugas bukan sekedar kalimat saja, tetapi diterapkan dan dilakukan, karena jamaah haji lebih banyak yang lansia daripada yang muda, mereka menunggu hingga 14 tahun untuk dapat berangkat haji, dan ketika mereka mendaftar haji juga usia tidak lagi muda, karena memang adanya harta berlebih ketika mereka menginjak tua, ketika beban pendidikan anaknya sudah terkurangi.


Makkah, Juni 2024


Ketika Seorang Jamaah ke Madinah Sendirian

 Ketika Seorang Jamaah ke Madinah Sendirian


Idealnya sebuah kelompok akan berangkat bersama kemanapun, terutama jika membutuhkan surat khusus dalam perjalanannya, seperti perjalanan ke luar negeri, karena identitas ke luar negeri adalah paspor dan visa. Namun bisa jadi seseorang karena sebuah sebab terpisah dengan kelompok dan melakukan perjalanan sendiri, mungkin karena sakit atau terpisah dan tidak dapat menemukan kelompoknya. 


Di Saudi Arabia sudah ada kereta cepat yang dapat kita gunakan untuk perjalanan jauh, seperti kereta cepat Makkah - Madinah yang dapat ditempuh 2,5 jam, padahal jika perjalanan bus bisa sampai 6 jam. Seandainya jamaah haji dapat fasilitas kereta cepat, mungkin tidak terlalu capek dalam perjalanan Makkah - Madinah, namun sampai saat ini perjalanan masih menggunakan bus.

Mungkin rasanya seperti dalam film ketika kita menikmati perjalanan menggunakan kereta cepat, dan bisa jadi banyak jamaah haji yang ingin merasakannya.

Sehari sebelum berangkat ke Madinah, ada Ketua Rombongan yang menyampaikan jika ada satu jamaahnya yang berangkat ke Madinah untuk menjenguk istrinya yang menjadi jamaah haji khusus dan tidak kembali ke Makkah karena sakit, padahal paspor masih berada di Maktab.

Jamaah ini membeli tiket dengan menggunakan copy paspor, menyusul istrinya yang sudah berada di Madinah, dan pada awalnya tidak terjadi masalah yang cukup berarti.

Persoalan dapat muncul ketika nanti berangkat ke Madinah, karena akan di cek keberadaan jamaah yang disesuaikan dengan paspor di setiap bus.

Idealnya setiap jamaah dan paspor jumlahnya sesuai, karena sebelum masuk Kota Madinah akan ada cek poin di setiap bus, dan yang bertanggung jawab adalah kru bus.

Saya harus datang ke Kantor Masyarik untuk menyampaikan permasalahan tersebut, saya tidak ingin ada masalah ketika berangkat ke Madinah,  ternyata sangatlah ribet ketika ada permasalahan tersebut, ada beberapa surat dan pernyataan yang harus di tanda tangani dengan segala resikonya.

Bersyukur semua berjalan lancar, karena info jamaah sebelumnya butuh waktu hingga seminggu dan harus menghadap beberapa pihak untuk menyelesaikannya, saya hanya yakin bahwa jika kita memudahkan urusan orang lain, urusan kita juga akan di mudahkan.

Menjalin hubungan baik dengan pihak maktab sangat membantu ketika kita terkena masalah, sebab segala administrasi kita dan keperluan perhajian ditangani oleh pihak maktab, selain juga PPIH Arab Saudi yang berada di Daker maupun Sektor.


Makkah, 26/06/2024


Empat petugas Kloter ngawal satu jamaah

 Empat petugas Kloter ngawal satu jamaah Dan Jamaahnya Hilang 


Terdengar aneh tetapi nyata, meskipun pada akhirnya ketemu juga, namun sempat membuat kami bingung ketika jamaah haji yang baru menginjakkan kaki di Masjidil Haram belum ditemukan, dan jamaah tersebut melakukan thawaf bersama empat orang tim kloter yang melakukan thawaf di barisan paling akhir.

Ritual awal yang dilakukan jamaah ketika pertama kali ke kota Makkah adalah melakukan umrah bagi yang melaksanakan haji Tamattu (Umroh dulu kemudian haji) atau Thawaf Qudum (thawaf kedatangan) bagi yang Haji Ifrot, pelaksanaan kegiatan ini untuk pertama kalinya dipandu oleh petugas PPIH Saudi Arabia, dengan mengingat hal ini merupakan pertama kalinya dilakukan jamaah haji dan bersama-sama, sehingga jika tidak diatur, dikhawatirkan terjadi masalah. Begitupun dengan jamaah haji yang memakai kursi roda juga harus diperhitungkan, dan akan dibantu oleh Satgas lansia yang berada di tiap-tiap sektor yang akan membantu dari mulai keluar dari hotel hingga terminal jiyat yang dekat dengan Masjidil Haram. 

Sudah saya perhitungkan untuk membawa semua jamaah haji melakukan umrah malam hari setelah shalat isya, kami sampaikan Makkah jam dua siang, terlalu resiko jika pertama kali umrah dilakukan sore hari, udara masih terasa panas, jamaah juga belum terbiasa dengan cuaca ekstrim meskipun kita hidup di garis khatulistiwa, jika di Indonesia ketika ditengah terik kita merasakan angin spoy, sedangkan di Saudi Arabia di musim panas, setelah sholat magribpun suhu masih empat puluh, karenanya lebih aman dan nyaman ke Masjidil Haram setelah isya.


Di terminal sudah ada petugas yang mengarahkan dan membantu, terutama bagi jamaah lansia, beberapa jamaah minta pengarahan sebelum rombongan mereka menuju Haram, saya menyampaikan tentang thawaf dan bagaimana kembali ke terminal, karena dalam Bimbingan Manasik Haji hanya disampaikan materi Ibadah, dan jarang disampaikan kondisi Masjidil Haram yang jika salah jalan akan berakibat tersesat.

Jamaah haji yang masih sehat melakukan thawaf secara rombongan, sedangkan yang lansia dan atau memakai kursi roda menggunakan jasa pendorong dengan rompi khusus, ada petugas yang membantu negosiasi harga wajar agar jamaah haji tidak membayar terlalu mahal.

Saya dan tim kloter berangkat dari terminal menuju masjid paling belakang, ada satu jamaah haji yang bersama kami, dia mendampingi Jamaah yang memakai kursi roda yang telah di dorong oleh pekerja, kita tak mampu mengikutinya, mereka seakan berlari mendorong jamaah melakukan thawaf dan Sai.

Saya mendahului empat tim kloter dengan menitipkan satu jamaah bersamanya, saya ingin thawaf dan Sai sendiri agar lebih cepat dan berada di terminal kembali sebelum jamaah datang, saya thawaf di lantai bawah, dekat dengan Ka'bah, Sai pun juga setengah berlari, sesegera mungkin kembali ke Terminal, dan ketika sampai di terminal, ternyata jamaah haji yang Thawaf dan Sai nya memakai jasa pendorong yang sepertinya orang Afrika sudah duluan sampai, padahal mereka Thawaf di lantai atas yang sekali putaran sekitar satu kilometer. 

Saya menunggui jamaah haji yang pakai kursi roda di Terminal hingga beberapa menit lamanya, ada petugas Dalgas (Pengendali Petugas) yang membantu jamaah dibawa ke hotel. Saya harus tetap menunggu jamaah, termasuk jamaah haji pendamping yang yang Thawaf bersama empat tim Kloter.

Beberapa saat kemudian empat tim Kloter sampai di terminal dan ketika saya tanya dimana satu jamaah haji yang bersama nya, ternyata satu jamaah tersebut tidak ditemukannya, saya juga sempat terkejut, 

Kok bisa satu jamaah dikawal empat orang tidak ditemukan.

Itulah kenyataannya dan kamipun harus mencari dimana jamaah haji ini berada.


Makkah, 28/06/2024.


Thawaf Pakai Mobil Golf

 Thawaf Pakai Mobil Golf 





Dalam manasik haji, tidak banyak yang menyampaikan bagaimana jika melakukan thawaf, yakni mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali dari kiri ke kanan dimulai dari Hajar Aswad dengan menggunakan mobil atau kendaraan lainnya, kalau Thawaf dengan berjalan kaki, kita tahu dengan tepat kita sudah sampai dimana? Apakah sampai makom Ibrahim ataukah Rukun Yamani.

Perkembangan zaman mengakibatkan perkembangan alat transparansi yang semakin canggih, tidak hanya unta dan kuda, peralatan semakin canggih dan tanpa suara, untuk thawaf bisa menggunakan mobil golf dengan kecepatan satu kali putaran di lantai atas 2,25 menit.

Banyak jamaah lansia yang melaksanakan thawaf ifadah menggunakan mobil golf, tarifnya lebih murah dibandingkan dengan di dorong menggunakan kursi roda, jamaah juga masih dapat melihat Ka'bah ketika menggunakan mobil golf di lantai tiga, namun jika di roof top, Ka'bah tidak terlihat.

Menjadi tugas tim kloter untuk memfasilitasi jamaah terutama lansia dan resiko tinggi untuk melakukan thawaf menggunakan mobil golf, karena naik mobil golf thawaf tidak semudah naik bus shalawat, perlu membeli tiket yang pada saat tertentu lumayan panjang antriannya.

Sebagai ketua kloter, saya juga berkewajiban untuk mengkonfirmasi jamaah haji yang ingin melaksanakan thawaf dengan menggunakan fasilitas mobil golf, menyiapkan pendamping bagi mereka yang memakai kursi roda yang diambilkan dari jamaah haji yang masih muda serta menyiapkan jadwal keberangkatan, karena jika waktunya tidak tepat, bisa jadi bersamaan dengan waktu shalat, sehingga tidak dapat masuk ke lantai dua atau empat, tempat pembelian karcis.

Ada tiga puluh jamaah haji yang akan melaksanakan thawaf dan Sai menggunakan mobil golf, kami telah menyiapkan tim agar semua baik-baik saja, kita berangkat bersama pagi setelah sarapan, para lansia ini sebagian besar sarapan dengan bubur yang disediakan PPIH, mereka request melalui ketua rombongan masing-masing, dan layanan ramah lansia dibidang konsumsi ini sangat membantu, karena dengan demikian makanan yang mereka terima mudah di cerna, apalagi buburnya lumayan enak.

Ada layanan bus shalawat khusus lansia ketika kita request ke petugas, sehingga bus yang kita tumpangi tidak berdesakan dengan jamaah lainnya, kami berangkat bersama dalam satu bus, para lansia yang butuh pendampingan juga kita siapkan oleh tim Kloter dibantu jamaah, hanya satu tim kesehatan yang kita tinggal di hotel bersama jamaah haji lainnya, kita tidak berani membawa semua tim kloter dalam misi ini, sebab ada beberapa kemungkinan yang bisa saja terjadi dengan jamaah haji yang berada di hotel, sehingga kita selalu berbagi dalam setiap tugas.

Saya selalu membawa botol semprot berisi air zamzam yang fungsinya bukan hanya menyemprotkan air ke wajah menghindari dehidrasi, namun juga dapat diminum bahkan dalam kondisi tertentu saya gunakan untuk berwudlu.

Ketika di puncak panas, sorban gajah oling yang biasa saya pakai saya basahi dengan air zamzam, saya gunakan untuk menutupi kepala, karena panas di Saudi Arabia berbeda dengan di Indonesia, panas bukan hanya berasal dari sinar matahari secara langsung, tetapi dari udara sekitar yang menerpa, karenanya menutupi kepala dan sebagian wajah seperti pada umumnya pakaian timur tengah merupakan cara logis untuk mengatasinya.

Mungkin saya satu-satunya yang menggunakan sorban gajah oling, sebuah kain segi empat yang sebenarnya merupakan kain udeng dengan motif batik khas Banyuwangi, dengan menggunakan sorban tersebut para jamaah lebih cepat mengenali, karena ada ciri khas yang berbeda dengan petugas haji lainnya, sorban juga multifungsi, kadangkala juga saya gunakan untuk sajadah ketika mau sholat.

Saya turun dari bus shalawat paling duluan, para jamaah lansia saya serahkan kepada tim kloter lainnya, karena saya harus mengambil antrian agar jamaah haji tidak terlalu lama di antrian, bagi saya yang biasa jalan kaki sejak kecil, jarak satu atau dua kilometer bukanlah masalah, ketika di Madrasah Ibtidaiyah, dulu juga satu kilometer saya tempuh dengan berjalan kaki, begitupun ketika membantu orang tua ke sawah yang jaraknya lebih dari satu kilometer juga ditempuh dengan jalan kaki, kadangkala juga membawa beban panenan yang beratnya lebih dari lima puluh kilogram, karenanya tidak kaget ketika jadi petugas haji kemana-mana harus berjalan kaki.

Antrian membeli tiket Golf Cart lumayan ramai, apalagi loket tiket di lantai dua yang mobilnya di lantai tiga, jamaah dapat memandang Ka'bah secara langsung, dan ini berbeda dengan ketika mobil di lantai atas atau di dorong dengan menggunakan kursi roda, bisa jadi selama menjalankan ibadah haji jamaah tersebut tidak pernah melihat Ka'bah secara langsung, saya sengaja antri dilantai dua agar jamaah dapat melihat Ka'bah, saya merasa kasihan jika ada jamaah haji yang ketika melaksanakan ibadah haji tidak melihat Ka'bah, meskipun hajinya juga dianggap sah, namun tingkat kematangannya berbeda.

Antrian masih lama, jamaah haji yang saya bawa sudah datang, dan saya tempatkan di tempat khusus, sedangkan saya masih setia antri menunggu, hingga dokter Kloter kami datang, saya suruh menempati tempat antrian saya dan untuk selanjutnya saya mengantar beberapa jamaah haji yang ingin Thawaf di lantai dasar, dekat dengan Ka'bah.

Pagi itu di lantai dasar tidak terlalu ramai, sehingga jamaah haji yang saya antar dengan mudah mendekati Ka'bah, saya hanya mengantar sampai awal Thawaf, menyampaikan bagaimana cara thawaf dan memberikan sebuah tasbih berisi tujuh butir anak tasbih agar mudah menghitung jumlah putaran.

Saya kembali ke atas karena jamaah sudah mendapatkan tiket, dan bersiap-siap untuk melaksanakan Thawaf, dan oleh petugas diarahkan untuk menggunakan mobil golf di lantai atas atau roof top.

Dalam situasi seperti ini yang dibutuhkan adalah negosiasi dengan polisi penjaga pintu menuju mobil golf, saya minta jamaah untuk tenang, karena jika harus ke roof top, para jamaah tua tersebut tidak dapat melihat Ka'bah, sehingga kita perlu komunikasi dengan para polisi penjaga yang suaranya lantang dan terlihat galak.

Segalak apapun dia juga manusia, segagah apapun dia tetap seorang laki-laki, dan saya sadar bahwa negosiasi akan sulit dilakukan jika yang menyampaikan juga laki-laki, apalagi laki-laki yang pinter banget Bahasa Arab.

Saya minta dokter Kloter berwajah manis yang juga bisa Bahasa Arab untuk komunikasi, dibantu dengan seorang jamaah haji yang mendampingi orang tuanya yang juga bisa Bahasa Arab karena lama bekerja di Saudi Arabia, saya kebagian menyampaikan kepada kedua juru loby tentang spa yang harus disampaikan, dan berdoa semoga semuanya lancar, dan benar juga yang saya prediksi, sang polisi tidak lagi terlihat galak ketika berhadapan dengan orang cantik khas Indonesia dan murah senyum, kita diperbolehkan menuju lantai tiga untuk melakukan thawaf dan Sai menggunakan mobil golf.

Saya memberikan arahan kepada jamaah bagaimana cara Thawaf dan Sai menggunakan mobil, karena hanya ada tanda lampu hijau tempat di mulainya Thawaf, tidak ada tanda yang sejajar dengan makom Ibrahim dan Rukun Yamani, sedangkan waktu satu putaran tidak sampai tiga menit, karenanya doa yang dibaca hanya yang pendek saja yang mereka bisa, sopir mobil golf juga faham dengan aturan Thawaf, mereka juga kadang menuntun jamaah haji berdoa sepanjang perjalanan, memberikan kode ketika sampai sejajar dengan lampu hijau atau Hajar Aswad, sehingga jamaah faham dengan apa yang harus dilakukan.


Makkah, 26/06)2024

Hajinya Orang Tidak Bisa Baca Al-Qur'an

 Hajinya Orang Tidak Bisa Baca Al-Qur'an 


Tidak ada sarat orang berangkat haji harus bisa baca Al-Qur'an, meskipun juga agak aneh jika ada orang yang agamanya karena warisan, tidak memahami agama yang telah lama dianut oleh orang tuanya, faktanya tidak sedikit orang Islam yang tidak dapat membaca Al-Qur'an, mereka hafal bacaan-bacaan shalat dan beberapa doa, dia belajar bukan dengan cara membaca, tetapi dengan cara menghafalkannya, biasanya orang seperti ini shalatnya sering dilakukan di Masjid dan dia sebagai makmum, mengikuti gerakan Imam begitu saja. 


Hal yang sering ditakutkan oleh orang yang berangkat haji adalah ketika pulang diminta doa oleh para peziarah dengan menggunakan Bahasa Arab, beberapa jamaah haji yang bisa membaca dengan cara membaca tulisan doa di handphone, ada juga yang menggunakan bahasa Indonesia, serta campuran. Biasanya yang dibaca adalah doa yang sama dibaca pada saat thawaf putaran keempat, ada juga yang hanya membaca doa sapu jagat.

Ada satu jamaah yang ketika melaksanakan ibadah haji selalu minta saya kawal, dia merasa nggak memahami masalah agama, bahkan pada saat pertama keluar Masjidil Haram usai jamaah shalat, dia berbisik bertanya, "pak ketika selesai shalat fardhu, kita shalat lagi yang hanya berdiri itu shalat apa?."

Saya menjelaskan tentang shalat jenazah, yakni menshalati orang yang sudah meninggal, berikut bacaan-bacaannya, termasuk bacaan doa dalam shalat tersebut, begitupun dengan thawaf dan Sai. Dia selalu mengikuti tepat di sampingku, saya hanya menyampaikan apa yang harus dilakukan, bacaan doa yang dia hafal selama menjalankan ritual thawaf dan Sai, saya tidak mengajarkan doa-doa dalam Bahasa Arab, karena saya tidak yakin orang ini langsung hafal bacaan-bacaannya, karena haji merupakan ibadah fisik, bahkan ketika thawaf dan Sai tidak membaca apa-apa juga sah dan tidak mengurangi nilai ibadah, bisa jadi jamaah haji yang tidak hafal bacaan-bacaan dalam ritual haji ini yang pertama mendapatkan predikat haji mabrur.

Saya menyampaikan kepada jamaah haji yang tidak dapat membaca Al-Qur'an ini tentang apa yang harus dilakukan selama ritual haji maupun umrah, karena saya tidak yakin dapat membersamai terus selama ritual haji maupun umrah, dia nampak memperlihatkan semua yang saya sampaikan, terutama tempat-tempat untuk memanjatkan doa, dan inti dari doa yang disampaikan, baik doa dalam bahasa Indonesia maupun doa dalam bahasa daerah, karena Tuhan mengerti dan mengabulkan doa dengan semua bahasa makhluknya.

Pada suatu malam jamaah ini mengajak saya makan malam di sebuah warung makanan orang Bangladesh, ada menu berbagai ikan laut yang bisa dipesan, dia bercerita bahwa setelah mengikuti saya cara Thawaf dan Sai yang menurutnya tidak ribet, tidak perlu membaca bacaan-bacaan Bahasa Arab, sehingga dia beberapa kali sudah melakukan umrah, dan saya diajak makan malam sebagai ungkapan rasa syukur karena selama musim haji telah melakukan umrah tujuh kali, dan dia merasa penyakit reumatik yang diderita tidak terasa lagi.

Saya merasakan aura keikhlasan dari jamaah haji ini, dan saya menepis kekhawatiran saya ketika mengajarkan bagaimana cara berhaji, semoga saya tetap ikhlas meskipun di traktir makan malam.

Sambil menunggu makanan siap disajikan, kita ngobrol ngalor-ngidul yang sesekali juga membahas masalah haji, jamaah ini merasa bersyukur karena meskipun ekonominya tidak terlalu kaya, namun dapat menjalankan rukun Islam kelima, dan dia juga sangat bersyukur karena ketemu dengan saya dan menjelaskan tentang haji yang tidak ribet seperti yang dibayangkan sebelumnya.

Dalam hati saya juga mbatin, gimana saya mau mengajari bacaan doa dalam bahasa Arab jika saya sendiri juga tidak hafal.


Makkah, Juni 2024.


Ngopi Bareng Akhmad Sruji Bakhtiar

Ngopi Bareng Akhmad Sruji Bakhtiar 


Lidah kita sepakat jika kopi itu rasanya pahit, meskipun pahitnya beda tergantung jenis kopi dan roastingnya, serta bagaimana barista menyuguhkannya, menyeduh kopi asal-asalan juga nggak masalah, asal pas takaran dan siapa yang kita ajak ngopi, barista biasanya menakar kopi sebelum digiling, menuang air panas sembilan puluh derajat dengan takaran satu dibanding dua, berbeda dengan kopi kemasan yang cukup digunting dan dicampur dengan air panas, begitu saja dan langsung disajikan, asal gesahnya nyambung sampai habis kopinya juga masih betah berlama-lama.

Gesah sambil ngopi dengan teman baru, atau setidaknya dengan orang yang jarang bertemu terlihat asyik, terlebih dengan tema yang menarik, sesekali nyruput kopi yang kadang kliru nyruput gelas milik orang lain, dan untuk urusan kopi hal ini tidak terlalu bermasalah, begitu juga dengan yang kita lakukan ketika mengikuti Bimtek (Bimbingan Teknis) petugas haji Embarkasi Surabaya, yang tahun 2024 dengan jumlah petugas PPIH Kloter terbanyak yakni 530 peserta, meskipun ketika break siang hari ada acara ngopi, namun dimalam hari ketika acara resmi usai, beberapa peserta asyik ngopy sambil gesah di lorong, baik ngopy dari ngambil yang disediakan panitia maupun mbikin sendiri dari kopi yang digiling dan bukan di gunting.

Suasana Bimtek tak pernah ada matinya, terlebih Ketua kelas yang ditunjuk sangat pandai membawa suasana, ketika sedang sepi, perawakannya kecil, namun idenya luar biasa dan rnengayomi. 


Pernah ketua kelas ini memberikan trik bagi peserta apel pagi yang sampai lapangan peserta apel banyak yang sudah siap, biasanya peserta yang datang belakangan mendapatkan surprise sorak dari peserta apel lainnya, dan biasanya jika yang lambat peserta perempuan, soraknya lebih lama hingga membuat pipi peserta kemerahan tanpa make up.

Saya berempat dalam satu kamar, pernah suatu pagi saya ketiduran setelah sholat subuh, baru mau akan mandi ketika teman-teman berangkat apel, dan saya terakhir datang ke halaman apel gara-gara semalam terlalu asyik ngopy bareng. Setelah apel, teman sekamar saya bercerita jika tadi sebelum apel dia di soraki teman-teman karena datang beberapa menit sebelum apel di mulai, dia sepertinya sangat malu dengan perlakuan itu, dan sayapun bercerita bahwa meskipun saya keluar dari kamar mengikuti apel yang terakhir, tetapi saya nggak mendapat sorak seperti yang lain.

Ternyata ngopi bareng dapat memunculkan ide-ide kreatif, terlebih dikemas dengan acara tidak formal ditempat santai yang juga terlihat tidak formal, ide-ide mengalir seperti kita menikmati kopi tanpa gula yang ketika kita menikmati akan terasa nikmatnya kopi, dan bukan manisnya gula, dan begitupun dengan trik yang saya gunakan ketika mengikuti apel dan hadir beberapa detik sebelum apel dimulai tanpa harus dapat surprise sorak. Para akhirnya trik yang saya gunakan bersama beberapa teman yang sering datang apel mendekati dimulai, disampaikan oleh sang Ketua kelas setelah apel, dan saya hanya senyum-senyum saja mendengarkannya, sang ketua kelas sangatlah bijak, karena bisa jadi peserta apel yang dalam satu kamar dihuni banyak peserta tersebut antri ke kamar mandi, terlebih bagi perempuan yang biasanya relatif lama, dan kita tidak usah membahas kenapa kok lama mandinya, mereka tidak terlambat apel saja sudah untung, namun bisa jadi masalah ketika ratusan peserta apel hadir bersamaan beberapa detik sebelum apel di mulai, dan bagi yang hadir sesaat sebelum apel dimulai melalui pintu utama, bisa dipastikan akan mendapatkan aplaus rame-rame seperti artis mau naik pentas, berbeda dengan melalui pintu samping yang tidak terlalu terlihat, dan langsung masuk barusan, apesnya barisan kelompok kami berada tepat di depan pintu utama.

Yang disampaikan Akhmad Sruji Bakhtiar, sang Ketua Kelas ada benarnya, karena bagi peserta yang datang mendekati apel dimulai melalui pintu utama bisa mengganggu persiapan apel, dan itu harus dihindari.

Saya pertama bertemu Akhmad Sruji Bakhtiar beberapa hari sebelum tes PPIH Kloter, kami sempat ngobrol lama di depan kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, ketika beliau bersama rombongan silaturahmi,  dibawah payung besar sambil ngopi, saya menjadi pendengar yang baik dari para pejabat yang sedang ngobrol sambil sesekali mencatat apa yang mereka obrolkan menjadi bahan berita media, orangnya supel meski dengan yang baru dikenalnya, dan itu sangat saya rasakan yang hanya sebagai pegawai bawahan.

Ketika saya di seksi Pendidikan Madrasah, saya juga pernah bertemu dengannya yang saat itu menjabat sebagai Kepala Bidang.

Bimtek PPIH Kloter selain kelas besar dengan peserta seluruh petugas kloter, juga dibagi dalam beberapa kelas kecil, dan kebetulan sang ketua kelas yang bergelar doktor juga tergabung dengan jelas saya, kelas jadi hidup dan rasanya sepuluh hari terasa singkat ketika kita hanyut terbawa materi, sesekali diselingi dengan joke segar dari para peserta yang menurut beberapa teman tidak didapatkan di kelas lain, sang ketua kelas sangat lihai membawa suasana kelas, meskipun sedari pagi tanpa istirahat, kantuk pun juga nggak berani menyapa, kalah dengan kegembiraan suasana seperti nggak ada yang punya hutang.

Saya lebih banyak diam, karena jika berbicara saya takut jika ketahuan saya nggak banyak pengetahuan, karena semakin sering saya mengikuti diskusi, semakin saya sadar jika kegiatan itu banyak memberikan kita pengalaman berharga.

Beberapa kali saya berkesempatan ngobrol dengan pak ketua kelas, secara tak sengaja ada yang mengucapkan, Kak Bakhtiar, sampeyan itu cocoknya jadi Kakanwil saja.y

Saya dua kali menjadi petugas haji, suasana Bimtek saat ini sangatlah berbeda, padahal materinya juga tidak jauh berbeda, suasana kekeluargaan saat ini sangatlah terasa, keakraban itu sangat penting karena kita akan membentuk tim kerja di negeri asing, tanpa harus membunuh kejenuhan, komunikasi terus terjaga untuk saling memberikan informasi, karena pengetahuan dan berbagi pengalaman bukan hanya didapatkan dari acara formal, tetapi juga diluar ruangan dengan siapapun yang kita anggap lebih berpengalaman.



Asrama haji Surabaya, 01/03/2024


Ketemu Mbak Ipuk Fiedtisndani dan Kang Abdullah Azwar Anas di Makkah

 Ketemu Mbak Ipuk Fiedtisndani dan Kang Abdullah Azwar Anas di Makkah 


Ada tamu istimewa mengunjungi jamaah haji kabupaten Banyuwangi, banyak jamaah yang mengabadikan kehadirannya,  juga seorang ibu muda dan cantik yang memintaku berfoto dengan salah satu tamu istimewa tersebut, tamu berparas cantik dengan memakai kacamata yang menambah keanggunan perempuan Indonesia, tubuhnya semampai, raut wajahnya terlihat sedikit sisa lelah yang menandakan dia seorang pekerja keras, saya nurut saja disuruh action untuk diambil gambarnya, dan ternyata setelahnya saya diminta gantian mengambil foto ibu muda dengan perempuan berkacamata yang menjabat Bupati Banyuwangi, beberapa kali saya cekrak cekrek dengan handphone bagus milik ibu muda tersebut, di tangga dari lantai dua ke lobby hotel, juga mengambil foto ibu muda beserta suaminya yang terlihat agak terpaksa ikut berfoto bersama Bupati Banyuwangi, entah berapa cekrak-cekrek saya dengan hati-hati mengambil fotonya, takut handphonenya terlepas dan jatuh, pastinya gaji saya sebulan belum tentu mampu membelinya. 


Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, Mbak Ipuk Fiedtisndani bersama suaminya Abdullah Azwar Anas yang menjabat Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi melaksanakan Ibadah haji dan tidak lupa menemui jamaah haji Kabupaten Banyuwangi, tentu saja kehadirannya disambut sukacita oleh para jamaah, kesempatan tersebut dipergunakan oleh para jamaah untuk mengabadikan momen langka ditempat istimewa dengan bupatinya, sayapun sebenarnya juga ingin foto berdua dengan Bupati, namun ada rasa takut ketika sampai rumah ada yang membuka galeri foto dan mengakibatkan "gencatan senjata", membisu dalam percakapan.

Pagi itu sebenarnya saya ada rapat di kantor sektor, namun karena ada tamu penting yang berkunjung ke hotel kami, maka saya pamit untuk tidak mengikuti rapat hingga selesai, karena menghormati tamu juga sangat penting, apalagi tamunya merupakan orang-orang penting.

Sampai hotel saya terlambat mengikuti acara penyambutan tamu, hanya dapat mengikuti ketika Mbak Ipuk dan Kang Anas melihat jamaah haji yang sedang dirawat di pos kesehatan satelit, kehadiran Mbak Ipuk dan Kang Anas bersama adiknya yang menjabat anggota DPR RI setidaknya dapat memberikan motivasi kepada para jamaah untuk menjaga kesehatan mendekati puncak haji.

Sebetulnya saya juga ingin seperti mereka yang setiap tahun dapat menunaikan ibadah haji, namun saya menyadari bahwa setiap orang sudah ada takarannya, kita paling uenak itu melihat nasib baik orang lain, seperti juga tim kloter juga dianggap uenak menurut orang lain, begitu juga dengan jamaah haji yang dianggap enak menurut yang belum berangkat haji, kata orang Jawa "Urip iku sawang sinawang" dan saya yakin bahwa surga bukan hanya hak bagi mereka yang pernah haji namun juga bagi mereka yang tidak melaksanakan ibadah haji karena kondisi.

Beberapa kali saya bertemu dengan Mbak Ipuk, meskipun saya nggak yakin Bupati Banyuwangi itu mengingat wajah saya yang nggak seberapa ganteng meskipun menarik, saya juga tidak banyak kesempatan ngobrol, dan ketika ada acara perjamuan setelah bertemu dengan ratusan jamaah haji Kabupaten Banyuwangi di room meeting hotel, ndelalah kursi didepan Bupati Banyuwangi tidak ada yang menempati, dengan sedikit keberanian saya duduk berhadapan dengan Bupati Banyuwangi dan Menpan-RB, saya nggak berani ngomong apa-apa selain diam sambil sesekali nyruput suguhan susu unta yang rasanya sedikit masam, beberapa kyai dan orang-orang penting duduk berjajar mengelilingi meja yang disediakan, begitupun juga tim kloter juga hampir lengkap, kecuali dokter kloter yang ada keperluan penting sehingga tidak dapat ikut ngobrol dengan tiga orang tamu penting tersebut.


Makkah, 12/06/2024


Enak Lewat Belakang

 Enak Lewat Belakang 


Seringkali kita diberi pilihan yang tidak mudah, diam saja itu bukan sikap tidak memilih, tetapi menyerahkan pilihan kepada orang lain ataupun takdir, dan ketika ada pilihan yang sulit, kita harus memilih pilihan dengan resiko yang menurut kita paling kecil, karena hidup merupakan pilihan, jika hanya memilih untuk dirinya sendiri, resiko yang ditanggung hanyalah milik sendiri, tetapi jika pilihan itu mengakibatkan nasib orang banyak, haruslah dipikirkan secara bijak, apalagi menyangkut masalah ibadah. 


Melalui pintu depan merupakan jalan yang lumrah untuk masuk maupun keluar, karena memang jalan itulah yang seharusnya dipilih, namun tidak salah jika mencari sensasi yang berbeda dengan melalui jalur belakang.


Sore ketika matahari masih agak enggan tenggelam, panas udara juga masih tinggi diatas empat puluh derajat, beberapa lelaki menyalakan rokok diatas rumput hijau yang mudah terbakar, lalu lalang bus shalawat dan klakson taksi tak henti-henti menembak telinga. Nampak mbak Saiyyyang menggandeng tangan suaminya turun dari bus, sambil senyum-senyum memasuki hotel yang pintu masuknya beberapa meter dari bahu jalan, tidak ada halaman parkir seperti di Indonesia.

Saya memanggil Mbak Saiyyyang, ingin minta bantuan ngambil gambar ketika berada depan hotel dengan latar belakang Tower Zam-zam dari kejauhan. Hasil fotonya bagus, nampaknya handphone mahal, apalagi mau mengarahkan untuk mengambil anggel menarik. Saya sebenarnya pingin membeli Handphone mahal agar ketika mengambil gambar bisa bagus, tapi entah kenapa hal ini saya urungkan.

Saya menunggu kiriman foto dari Mbak Saiyyyang sambil menikmati hijau rumput sintetis dibawah pohon kurma di taman depan hotel, lama menunggu sambil buka pesan di grup dan ternyata ada pemberitahuan jika kita ke Madinah ada dua klloter beda maktab di hotel kami yang ke Madinah dengan jam yang sama. Bisa dibayangkan, ada 742 orang, 742 koper besar di loby dengan ruang menuju pintu keluar yang hanya empat meter, jamaah haji juga biasanya tidak mau antri dan menunggu di lobby l, belum lagi jalanan macet depan hotel yang harus berjajar 18 bus dalam waktu bersamaan,  otak loading agak lambat, bagaimana hasil foto Mbak Saiyyyangpun sudah tak terpikirkan lagi, yang harus dilakukan hanyalah koordinasi dan memberikan pengertian kepada jamaah, bahwa semua akan baik-baik saja.

Saya menghubungi Maktab, agar berangkat lebih pagi, setidaknya bus yang akan kami tumpangi tidak terlalu jauh dari pintu keluar hotel, karena kasihan bagi jamaah tua jika harus berlama-lama mencari bus, apalagi perjalanan Makkah Madinah tidaklah sebentar.

Benar juga, janji maktab benar-benar ditepati, belum jam enam pagi infonya bus sudah datang, namun saya cari di depan hotel belum ada satupun bus yang datang, masih ada satu mobil parkir sudah tiga hari depan hotel, sehingga bus tidak dapat merapat, saya terus mencari dimana bus berada.

Kopor-kopor sudah diangkat umal (buruh angkut), namun tidak dibawa melalui pintu depan, melainkan melalui pintu belakang, saya mengikuti lorong menuju pintu belakang hotel yang ternyata menuju jalan yang sedikit lengang, ada sembilan bus yang sudah parkir menunggu kopor dan Jamaah Haji untuk diangkut ke Madinah.

Ternyata hotel kami mempunyai jalur belakang yang lebih nyaman ketika kami mau berangkat ke Madinah, jalannya sepi sehingga lebih aman bagi jamaah lansia.


Makkah, 27/06/2024


KBIHU Al Mabrur Adakan Reuni Haji 2024


Banyuwangi (Warta Blambangan) Jamaah haji Kabupaten Banyuwangi Kloter SUB-58 dari KBIHU (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umroh) Al-mabrur Banyuwangi, Ahad (28/07/2024) di Masjid Babussalam Desa Ketapang dengan dihadiri tim Kloter SUB-58.

Ketua KBIHU Al Mabrur KH. Abdul Qodir menyampaikan bahwa sengaja mengundang tim Kloter SUB-58 dan menyampaikan banyak terimakasih atas bimbingan dan layanan yang sudah dilakukan dan sangat memuaskan.

Kekompakan jamaah bukan hanya ketika melakukan ibadah haji saja, tetapi juga pasca haji kekeluargaan tersebut masih terasa.

dr. Hj. Zuwwidatul Husna yang saat pelaksanaan ibadah haji menjadi dokter kloter menyampaikan bahwa tugas haji selain ibadah juga menambah saudara, saling bersilaturahim antar jamaah.

" kita sudah seperti saudara yang sudah kenal lama" kata Ning Wida.

Hal ini juga dibenarkan H. Ainur Rofiq yang saat haji menjadi Ketua Rombongan, yang memimpin acara, juga menyampaikan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya atas dedikasi semua tim kloter.

" saat pertama kali umrah sunnah, ketua rombongan diajak oleh ketua kloter SUB-58 ke miqot terdekat, dan selanjutnya para ketua rombongan dapat mengajak jamaahnya, yang kadangkala juga masih tetap didampingi tim kloter" katanya.

Hal ini bertujuan agar bagi jamaah haji yang ingin umrah sunnah dapat dilakukan secara mandiri, dan bagi yang sehat, mereka dapat melaksanakan umrah berkali-kali.

Kepedulian tim Kloter SUB-58 bukan hanya masalah ibadah saja, bahkan ketika jamaah membutuhkan penukaran real, juga dibantu oleh ketua kloter dengan kurs yang murah dibandingkan penukaran rupiah di luar.

Ketua kloter SUB-58 Syafaat yang juga hadir dalam reuni menyampaikan bahwa kesuksesan pelaksanaan ibadah haji, terutama kloter SUB-58 adalah adanya kekompakan dan saling peduli terhadap sesama.

"para jamaah saling membantu, terutama bagi jamaah haji ketika di hotel, terlebih ada layanan khusus konsumsi lansia yang dapat request melalui ketua rombongan" kata Syafaat.(syaf)

 
Copyright © 2013. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Template Modify by Blogger Tutorial
Proudly powered by Blogger