Pages

Tampilkan postingan dengan label Warta Guru. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Warta Guru. Tampilkan semua postingan

Desaklarisasi Mitos (Bagian Pertama)

 DESAKRALISASI MITOS (1)

Oleh : Mohammad Hasyim

            November ditetapkan sebagai bulan guru nasional . Serangkaian kegiatan menghiasi bulan yang di tanggal sepuluhnya diperingati juga sebagai hari pahlawan. Puncak kegiatan adalah upacara Hari Guru Nasional (HGN) tanggal 25 November tahun ini. Di bulan spesial ini kesempatan bagi kita ( masyrakat ) untuk mengungkapkan rasa terimakasih yang setulus - tulusnya kepada guru karena telah mendidik putra putri kita hingga menjadi pribadi dewasa, cerdas dan berkarakter. 

            Di momen yang istimewa ini pula, kesempatan bagi kita, dan juga masyarakat umumnya mengapresiasi pengabdian dan dedikasi guru yang telah bersusah payah berupaya meningkatkan pelayanan pendidikan yang berkualitas di sekolah dengan segala kelebihan dan kekuranganya. Momen ini penting bagi kita (masyarakat) untuk menghargai jasa guru. 



Kesempatan pula bagi kita ( masyarakat) untuk melakukan perenungan, mengakui peran vital guru dalam membingkai perjalanan pendidikan nasional Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa.   

           


Mereka - guru - adalah pilar utama membangun masa depan peradaban bangsa. Mau seperti apa corak, wajah dan watak kehidupan anak anak muda ke depan akan sangat ditentukan oleh bagaimana cara guru hari ini mendidik, melatih, membimbing dan memotivasi mereka. Karena itu, sekali lagi, di momen yang istimewa ini sepatutnya kita 

 ( masyarakat ) lebih pandai lagi menghormati dan menghargai pengorbanan para guru.

            Kepada pemerintahan yang baru – melalui Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah – diharapkan hadir sejumlah kebijakan yang pro kepada guru. Ya kesejahteraanya, ya jaminan keamananya, kenyaman dan perlindunganya dalam bekerja. Peningkatan kesejahteraan guru menjadi prioritas utama. Hal ini penting agar ke depan guru bisa lebih fokus lagi menjalankan tugasnya tanpa terbebani urusan ekonomi keluarga.

              Jaminan keamaan penting gar guru-guru bisa menjalankan kwajibanya dengan tenang tanpa dihantui rasa takut karena tekanan dari sejumlah pihak. Diperkarakan atas keputusan dan tindakan yang dilakukanya, yang sebenarnya itu merupakan domain otonomi guru. Kita berharap kasus yang menimpa Bu guru Supriyani tidak lagi terjadi. Perlindungan kepada guru wajib diberikan sehingga tidak lagi terjadi kasus kasus intimidasi yang seringkali dialami oleh guru, baik psichis maupun phisik. Jika pun terjadi, ada pihak – pihak yang dengan gagah menjadi tameng dan menggaransinya secara hukum.

               Tak kalah penting, adalah bagaiamana pemerintah memberikan ruang partisipasi lebih luas kepada para guru sehingga bisa berperan aktif dalam proses - proses perumusan dan/atau penetapan kebijakan pendidikan. Selama ini kebijakan pendidikan ( hampir – hampir ) belum dan/atau tidak melibatsertakan masyarakat – terutama guru. Kebijakan itu selalu datang dari atas, top down. Tidak bisa dieksekusi di lapangan. Tidak selalu bisa dilaksanakan oleh guru. Tidak “ dibutuhkan” . Tidak juga match dengan yang diinginkan masyarakat. Tidak feasibel dijalankan karena keterbatasan sumberdaya. Tidak efektif. Banyak yang mubazir.

Desakralisasi mitos.

         Bahwa guru adalah jabatan atau profesi mulia, kita sepakat. Meskipun sebagian kalangan meragukan dan belum bisa sepenuhnya menerima. Saking mulyanya, dalam perspektif yang lebih agung ( transenden ) pekerjaan mengajar dan/atau mendidik bisa disejajarkan dengan misi kenabian (prophetic mission). Dalam hal ini, panutan para guru, panutan kita semua, adalah Rasululloh Muhammad SAW. Namun dibalik keagungan dan/atau kemulyaan profesi ini, nyatanya masih menyimpan sejumlah mitos yang kurang dan bahkan tidak menguntungkan posisining guru.

          Selama ini masyarakat kadung termakan oleh cerita - cerita yang melabeli guru layaknya priyayi - priyayi agung , orang-orang suci, dewa-dewa penyelamat. Pahlawan yang tak selayaknya mengonversi pekerjaanya dengan imbalan – imbalan yang bersifat duniawi ( profan ), uang misalnya. Mitos-mitos yang mengingkari fakta saintifik inilah yang kemudian menjadi pagar perintang (baurrier) bagi guru untuk memeproleh hak-hak dan perlakuan obyektif dari masyarakat. Karena itu selayaknya kita hilangkan, kita buang (desekralisasi).  



             Cerita - cerita seputar keagungan ( transendentalitas ) guru seperti ini yang justru melegalisasi dan menjadikan jabatan guru belum atau bahkan tidak memeperoleh apresiasi sewajarnya dari masyarakat. Kurang memiliki daya tawar ekonomi sewajarnya, meskipun hal ini bukan segalanya.

Gelar pahlawan tanpa tanda jasa, atau pekerja sosial tanpa imbalan misalnya, adalah penghormatan yang sebenarnya tidak lagi relevan sepenuhnya dengan kondisi sosial saat ini .

             Guru hari ini, adalah profesi yang berhak dihargai tinggi oleh masyarakat. Guru memiliki tanggungjawab, memiliki kwajiban dan karenanya berhak menerima imbalan layaknya profesi lainya. Profesi terbuka ?, yang saking longgarnya, setiap orang, siapa saja asal mau bisa bekerja dan / atau menjadi guru. Pandangan seperti ini sama saja meremehkan profesi guru. Padahal untuk bisa menjadi guru banyak syarat yang harus dipenuhi. Baik ketika sebelum menjadi guru ( pra jabatan ) maupun ketika telah benar -benar menjadi guru di sekolah (dalam jabatan). Sertifikasi guru adalah salah satu contohnya. Dan masih banyak lagi syarat - syarat lain yang harus dipenuhi berkenaan dengan kompetensi.

         Pekerjaan ini eksklusif, sehingga tidak sembarang orang bisa menjadi guru. Hanya orang - orang terpilih saja yang layak memikul jabatan mulya ini. Profesi ini dalam pelaksanaanya berhak memperjuangkan dan/atau memperbaiki nasibnya sebagai bagian dari pemenuhan Hak Azasi Manusia (HAM). Silih bergantinya intervensi dan/ atau penetrasi pihak - pihak luar kepada guru dalam bertugas adalah gambaran betapa dalam soal ini (HAM) para guru dalam posisi lemah dan masih harus berjuang keras.

           Dan senyatanya, profesi ini ( guru ) belum juga benar - benar terbebas dari bias gender ( gender baies ). Masyarakat masih menganggap bahwa profesi ini hanya cocok untuk perempuan yang puas meski hanya dengan imbalan yang minim. Tentu saja gambaran yang stereotype (halu) ini amat sangat menyesatkan. Menyakitkan hati para guru. Sebuah profesi, jika telah dijalankan tentu tidak akan ada beda antara laki – laki dan perempuan. Ukuranya hanya satu, profesional.

______________________

               Mohammad Hasyim, Fungsionaris Dewan Pendidikan Banyuwangi.

               Pengawas Pendidikan Menengah 2006 - 2018

              Menagajar di Insitut Agama Islam (IAI) Ibrahimy Genteng Banyuwangi.



















Menyoal Bu Guru Supriyani

 


Menyoal Bu Guru Supriyani

Oleh  : Mohammad Hasyim

        Diberitakan dibanyak media. Mengundang   keprihatinan banyak  pihak terutama orang - orag yag seprofesi denganya. Ya,  Bu Supriyani. Seorang guru wanita    SDN 4 Baito  Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara (Suktra).  Bu Supriyani   yang hanya seorang  guru honorer  (  bukan ASN/PPPK )  diperkarakan oleh salah seorang   wali murid  atas tindakanya. Dia  diduga menganiaya salah seorang murid inisial  D ( 8tahun ).  Menganiaya ?

         Jangan - jangan apa yang dilakukan Bu Supriyni adalah cara beliau mendidik  siswanya  dengan   memberikan hukuman phisik ringan lalu dianggap sebagai bentuk pelanggaran karena telah menyakiti phisisk seorang anak ? , Entahlah . Kita  tidak tahu apa yang ada dalam pikiran orangtua murid. 

          Kita juga tidak tahu, seberapa luas pemahaman  orangtua  murid hingga  bisa  mebedakan  mana  hukuman  katagori alat pendidikan dan mana hukuman katagori pidana ?  Pastinya akibat tindakan  Bu Supriyani  ini – memukul dengan sapu ijuk - ( menurut pengaukan salah satu siswa lainya  ), kasusnya berbuntut panjang.  Melebar kemana-mana, menyeret banyak  pihak masuk ke pusaran kasusnya.  

          Hari – hari panjang dan melelalahkan  bakal dilalui  oleh guru honorer dengan upah yang tak seberapa itu.  Tentu, Bu Supriyani juga tidak  pernah membayangkan  jika pada akhirnya kegiatan mendisiplinkan  anak didiknya saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung di klas bakal  menyulut kesalahfahaman dan/atau bahkan kemarahan   salah seorang wali murid hingga  membawanya ke meja pengadilan.  

Status Hukuman

        Memberikan hukuman kepada anak didik ( dalam batasan proporsionalitas ) sebagaimana  dilakukan oleh Bu Supriyani sebenarnya adalah hal lazim dilakukan oleh banyak guru dalam rangka menciptakan  situasi kondusif  pembelajaran. Terbangunya kondisi ini penting agar KBM bisa dilaksanakan dengan efektif.  Tujuan dan /atau kompetensi pembelajaran dapat dicapai tanpa banyak kendala.   Sampai disini sebenranya menghukum anak didik – selama dilakukan secara proporsional – bisa dibenarkan ?

          Dalam perpektif   pendidikan klasik, setidaknya  bagi strategi  manajemen klas  bagi Lavengeld,  menghukum ( punishment )  yang dilakukan oleh guru kepada anak didiknya adalah   salah satu upaya  dalam rangka  menegakan disiplin klelas.  Bagi Langeveld, hukuman  adalah salah satu  bentuk alat pendidikan.  Hukuman  kata Langevel lagi adalah  perbuatan dan/atau satu situasi yang dengan sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan/pembelajaran.  Langeveld mensejajarkan hukuman  dengan alat pendidikan  lainya seperti  pembiasaan, pengawasan, perintah,  ganjaran,  pujian,  larangan hingga  keteladan  dari guru. Yang perlu diperhatikan adalah  memahami sesunggunya makna hukuman itu.  Dalam memberikan hukuman – jikapun  terpaksa dilakukan  – kata  Langeveld,   maka  guru hendaknya berpedoman kepada “ punitur,quia pecatum ost” ( dihukum,  karena  telah bersalah ), dan juga “pinitur, no pecatur” (dihukum, agar tidak lagi  berbuat kesalahan)”  

        Selain   berpijak  kepada pitutur diatas,  guru – siapapun  orangnya - harus pula memperhatikan  hal-hal berikut ketika  hendak memberikan hukuman kepad anak didiknya.  Kapan hukuman itu dipergunakan,  terhadap siapa hukuman itu diberikan ( siswa laki-laki atau perempuan).  Bagaimana hukuman itu dilakukan,  dimana hukuman itu dilakukan, dan juga -  ini yang sangat penting -  bahwa penggunaanya  dilakukan jika hanya sangat perlu.

      Sebagai  alat  pendidikan  represif  ( pendisiplinan ),  guru harus juga menyadari bahwa hukuman tidak boleh diberikan  kepada anak didik  dalam keadaan marah.  Juga,  tidak boleh  diberikan sebagai upaya belas dendam. Dan,  guru hanya boleh memberikan hukuman jika dengan hukuman  itu  iya yakin bahwa tindakanya  akan memberikan efek positif  ( baik ) terhadap perubahan  tingkah laku anak didiknya.

Perlu perlindungan.

       Banyak  literatur  menyatakan bahwa guru adalah jabatan  profesional meski sebagian orang  masih ragu dan debatable soal ini dengan berbagai alasan. Kurang ini, kurang itu.  Sebagai jabatan professional, tentu banyak persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang guru dan/atau calon guru, sehingga tidak sembarang orang bisa menjalani profesi ini.  Lazimnya sebuah profesi – apapun itu bentuknya  – pastinya dilindungi oleh undang – undang  yang menjamin keterlaksaan profesi itu dengan baik, aman dan nyaman.  

          Bagaiman dengan profesi guru ?,  merujuk kepada  Undang Undang RI Nomor 14 tahun  2005,  di pasal 14, ayat (c), dinyatakan bahwa  dalam melaksanakan tugas keprofesionalan ,  guru berhak “memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas”.  Di pasal 14,  huruf  (g), dinyatakan bahwa guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan  berhak “memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan”.

         Soal perlindungan ?,  pada pasal 39, ayat (1), dinaytakan bahwa “pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan/atau satuan pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam pelaksanaan tugas.  Pasal yang sama ayat (2), “perlindungan dimaksud  melipuit :  (1),  perlindungan hukum, perlindungan profesi serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. (2),  Perlindungan hukum  yang dimaksud mencakup  perlindungan hukum terhadap tindakan  kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau perlakuan tidak adil dari pihak orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain”. Nah, clear kan !

Saling Kesefahaman.

        Keberhasilan tugas profesional seorang guru – seperti  Bu Supriyani – membutuhkan dukungan banyak pihak. Lebih-lebih  pada profesi kependidikan/keguruan.  Pekerjaan dan/atau profesi ini memang mulia, tetapi pada kasus-kasus tertentu beririsan dengan  sensitifitas nilai. Ya , nilai sebuah hukuman. Sebuah pilihan nilai yang sensitif.   Ya  mendisiplinkan anak itu.   Satu sisi memungkinkan dilakukan, disisi  lain timbul resistensi. Karena itu  kerjasama dan saling kesefahaman antar guru dan orangtua murid perihal  ini     sangat penting dilakukan.  

           Satu pihak,   guru harus faham bagaimana memposisikan hukuman sebagai alat pendidikan  yang   penggunaan  dan/atau  pemanfaatanya hanya semata untuk   memperbaiki (  mengkurasi ) prilaku negatif yang terlanjur dilakukan oleh anak didik agar tidak mengulang kesalahan yang  sama  dilain  waktu.   Penting    dilakukan  langkah -  langkah    pencegahan (  prefensi ) secara terus menerus agar potensi prilaku negatif anak didik  bisa dicegah, tidak muncul  dalam prilaku  nyata.  

          Apapun  pilihan  strategi  guru menisiplinkan anak didik  tak ada sedikitpun berniat     membuat  merekaa  terluka, apalagi  trauma.   Pilihan itu ( mendisiplinkan ) adalah semata untuk mencipatakan suasana kondusif pembelajaran yang denganya anak anak bisa memanfaatkan seoptimal mungkin  meningkatkan/memacu   potensi yang dimilikinya.  Dalam konteks ini perlunya direnungkan kata  Sergiovani bahwa “berharap meningkatan  mutu pendidikan  ( pembelajaran : pen ) melalui kerjasama harmonis  guru dengan orangtua murid, lebih baik dari harapan terhadap kurikulum”.

           Kedepan  kiranya perlu dirancang  sebuah    agenda  (semacam forum)   yang  mempetemukan antara guru dan orangtua murid untuk membangun kesepafahaman tentang tugas-tugas guru lebih  komprehensif.  Lebih - lebih bicara tentang beban seorang guru SD. Jujur diakui bahwa guru   SD memiliki  beban lebih dibanding   guru-guru  di satuan pendidikan diatasnya. Beban manajerial  guru SD melampaui  beban akademiknya.  Mereka membangun pondasi dari  awal.  Dari anak-anak yang  kesadaran dirinya  (self relience ) belum terbentuk, baru sebatas pola.  Masih labih. Tergantung ada tidaknya, besar kecilnya, intens tidaknya  intervensi lingkungan, yang salah satunya dari para guru.

           Mereka mengajar. Mereka  mendidik. Mereka  membimbing. Mereka  melatih  anak - anak, memberikan contoh baik  , kemudian  membereskan tugas - tugas  admnistrasi sekolah.  Melalui forum silaturahim   seperti ini ( pertemuan pencerahan )  kesalahfahaman  antara guru dan orang tua dalam hal mendidik dan mendisiplinkan  anak di sekolah  bisa di clearkan.

        Dalam kerangka ini penting bagi Dewan Pendidikan  (DP) menginisiasi niatan baik ini melalui  penguatan komite sekolah,  menyosialisasi materi - materi yang berhubungan dengan  tugas,  kwajiban,  tanggungjawab dan hak-hak  guru. Di pihak lain penting juga dijernihkan  soal tugas, kwajiban,  dan  tanggungjawab   orangtua murid dalam konteks relasi antara sekolah, guru  dan masyarakat. 

_____________________

              Mohamad Hasyim, Pengurus Dewan Pendidikan Banyuwangi. Mengajar di Institut  Agama Islam (IAI) Ibrahimy Genteng Banyuwangi.


PERGUNU Pungkasi Workshop Penulisan Artikel di TKM Khodijah 157 Rogojampi

Banyuwangi (Warta Blambangan) PERGUNU Banyuwangi mengadakan acara penutupan workshop penulisan artikel ilmiah sekaligus dengan halal bihalal pengurus PERGUNU dan peserta workshop di TKM Khadijah 157 Jl Puntadewo Stasiun Rogojampi,Kamis (11/04/23).


Menurut ketua panitia workshop H.Mohamad Shodiqin, S Pd, MM, kegiatan ini merupakan akhir dari rangkaian kegiatan workshop penulisan artikel ilmiah dan sekaligus pemberian sertifikat kepada para narasumber (Rahman Bayu Sasono - Radar Banyuwangi, Aguk Wahyu Nuryadi - Wartawan faktanews,JRKI,Jurnalnews &majalah Keboendha,Yeti Chotimah,M.Pd -Penulis buku ,Syafaat,M.HI -Ketua Lentera Sastra Kemenag plus Iroe Penulis artikel Media PGRI Jatim serta peserta workshop yang kala itu dibuka Kadispendik Jatim Perwakilan Banyuwangi di Aula MWC NU di bulan Ramadhan seraya peringati harlah PERGUNU dan buka bersama.


Diawali dengan

 pembacaan sholawat badar dan dilanjutkan pemateri terakhir penulis produktif Media PGRI Jatim Iroe Sukartono Mahdi, MPd tentang evaluasi, apresiasi dan editor artikel peserta.

Menurut beliau kalau mau menulis,segera menulis,jangan banyak pertimbangan. Mantan guru SMPN 2 Banyuwangi,SMAN 1 Giri dan SMAN 1 Glagah yang kini mengampuh pelajaran Bahasa Indonesia di SMKN 1 Pelayaran Kalipuro  ini banyak menekankan evaluasi dengan kosakata dari tulisan peserta yang dikumpulkan untuk layak dimuat di Radar Banyuwangi,majalah Keboendha serta Media PGRI Jatim.


Sementara itu Ketua PERGUNU H. Witjanarko MPd, sampaikan kabar gembira kepada para guru Nahdlatul Ulama ada banyak beasiswa bagi guru-guru untuk jenjang S1, S2 dan S3, nanti akan kami beri rekomendasi bagi yang minat dan penuhi syarat serta spesial  harus punya kartu keanggotaan PERGUNU Banyuwangi.



Acara ini diakhiri dengan prasmanan dan pemberian sertifikat serta kartupers jurnalnews  diakhiri doa oleh almukarom Abdallah.(S'Qin/AWN/JN)

Yayasan Darul Amien Gambiran. adakan Pelatihan Literasi Digital

Banyuwangi (Warta Blambangan) Genderang literasi yang ditabuh Dr. Moh. Amak Burhanudin, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi 4 Januari 2023 yang lalu disambut antusias oleh Yayasan Darul Amien Jajag Gambiran, dengan mengadakan pelatihan literasi digital kepada semua guru madrasah dalam binaannya, Rabu (11/01/23) di aula MI Darul Amien. 



Ketua Yayasan Darul Amien H. Imam Basuni, S.Pd.I menyampaikan bahwa saat ini menguasai dunia digital merupakan sebuah keniscayaan. Hal ini dengan mengingat dunia tanpa batas tersebut sangat cepat untuk penyebaran informasi.

"kita mempunyai potensi luar biasa yang harus kita kembangkan untuk kemaslahatan" ungkapnya.

Lebih lanjut Basuni merasa bangga dengan ide para guru untuk meningkatkan kompetensi dibidang literasi. 



Sebagai narasumber utama dalam kegiatan tersebut, Ketua Komunitas Lentera Sastra H. Syafaat, S.H., M.H.I yang baru saja dinobatkan sebagai motivator literasi oleh para penulis dilingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi. 


Dihadapan para guru MI, MTs dan MA Darul Amien tersebut Syafaat menyampaikan dasar-dasar pembuatan audio visual dan mengunggahnya secara online.

"dengan literasi, kita bukan hanya sebagai pencari informasi, tetapi juga sebagai sumber referensi" ungkapnya.

Lebih lanjut ASN pada Seksi Bimbingan Masyarakat Islam tersebut menyampaikan bahwa saat ini Kementerian Agama melaksanakan tujuh program prioritas yang salah satunya adalah transformasi layanan digital. 


Layanan kepada masyarakat baik dilingkungan pendidikan, pernikahan dan Layanan keagamaan lainnya dilakukan secara digital.

"silahkan instal aplikasi pusaka, maka anda dengan mudah menemukan Layanan Kementerian Agama" ungkapnya. 


Syafaat juga menyampaikan tentang beberapa Layanan pada seksi Bimbingan Masyarakat Islam yang dilakukan secara digital.

"bukan hanya Layanan Nikah saja yang dilakukan secara online, Layanan kemasjidan juga secara online, sehingga kita bisa tahu kondisi tempat ibadah secara real time" ungkapnya. 


Selain Syafaat, dua Narasumber lainnya Uswatun Hasanah dari Lentera Sastra dan Moh. Syaifullah, Pengawas Pendidikan menyampaikan tentang karya tulis, baik fiksi maupun non fiksi.

Syaifullah menyampaikan bahwa salah satu kompetensi guru adalah profesional yang salah satunya adalah penelitian yang dituangkan dalam karya tulis. 


Ketua panitia pelaksana kegiatan Waridatul Khusnah menyampaikan bahwa peserta yang mengikuti kegiatan ini sejumlah 60 peserta,  yang semuanya adalah tenaga pendidik dibawah Yayasan  Darul Amien. (Syaf)

Parade Sastra 77 Berpuisi dan Bercerita Kankemenag Kab. Banyuwangi Bacakan Puisi.

Banyuwangi (Warta Blambangan) Parade sastra yang diselenggarakan Komunitas Lentera Sastra, di Rumah Makan Mina Elang Buana Kecamatan Srono Rabu (28/12/22). Kegiatan dengan penampilan 77 pembaca puisi dan bercerita tersebut serasa sangat istimewa dengan penampilan Dr. Moh Amak Burhanudin yang membacakan puisi karyanya dengan judul Kemangi, akronim dari Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi. 



Tampilan Amak dihadapan komunitas Lentera Sastra dan para Kasi dan Penyelenggara yang hadir tersebut memberikan warna tersendiri, sebagai pertanda bahwa puisi tidak mengenal jabatan dan usia.

"saya juga menerbitkan buku, terinspirasi dengan komunitas Lentera Sastra" ungkapnya.


Lebih lanjut doktor lulusan UIN SATU tersebut menyampaikan bahwa berdasarkan pengalaman dirinya tugas di beberapa Kabupaten dan Kota, hanya di Banyuwangi ada komunitas literasi yang begitu eksis.

"dalam waktu kurang dari satu tahun, kita dapat menerbitkan 77 penulis Kementerian Agama" ungkapnya. 



Selain komunitas Lentera Sastra, hadir dalam kesempatan tersebut Aekanu Hariyono dari Killing Osing, memberikan suport terhadap komunitas Lentera Sastra.

"semangat saya untuk menulis tumbuh kembali ketika sering bertemu dengan komunitas Lentera Sastra" ungkapnya. 


Ketua Komunitas Lentera Sastra Syafaat menyampaikan bahwa keberadaan Lentera Sastra telah berusia lebih dari tiga tahun dan telah menerbitkan banyak buku, beberapa tulisan dari komunitas ini juga banyak diterbitkan di jurnal nasional yang terakreditasi dan beberapa media ternama lainnya. (syaf)

Tabur Bunga RA Perwanida Banyuwangi

Memperingati hari Pahlawan 10 November , Raudlotul Athfal (RA) Perwanida Banyuwangi melakukan  doa bersama dilanjutkan  tabur bunga di makam pahlawan Wisma Raga Satria, Sabtu (12/11/2022). Terlibat dalam kegiatan tersebut seluruh siswa, guru dan orang tua yang mengenakan seragam olah raga .


Doa bersama dipimpin oleh Rosa Farida salah satu guru RA Perwanida Banyuwangi,  dilanjutkan tabur bunga.
"Selain untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur merebut kemerdekaan,  kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan dan menanamkan rasa nasionalisme sejak dini" k
Ungkap Ika Widiyanti selaku kepala RA Perwanida Banyuwangi.


Ika menyampaikan bahwa nilai-nilai keteladanan para Pahlawan harus ditanamkan sejak dini agar generasi penerus bangsa selalu ingat bahwa negeri ini berdiri atas jerih payah para pejuang bangsa. (Ika)

YPSM Bhakti Nagari Gelar Seminar Santri dan Pemuda Tangguh Perangi Narkoba

BANYUWANGI - Memaknai Hari Santri dan Hari Sumpah Pemuda serta menghadapi sikon darurat narkoba, Yayasan Pendidikan dan Sosial Masyarakat (YPSM) Bhakti Nagari menggelar Seminar Santri dan Pemuda Tangguh dalam Memerangi Narkoba. Kegiatan tersebut diikuti 75 peserta dari unsur perwakilan Ormas Pemuda, Mahasiswa dan Santri bertempat di Cawan View Resto Glagah, Sabtu (29/10/22). Hadir sebagai narasumber utama, Dosen Universitas Jember Irma Prasetyawati,SKM,M.Kes.



Anggota Komisi IV DPRD Banyuwangi, HM. Basir Khodim, S.Ag yang membuka acara seminar diawali berbagi ke janda dhuafa dan yatim piatu itu berharap peserta yang telah mendapatkan ilmu seluk beluk narkoba bisa menjadi duta sebagai penyuluh di komunitasnya untuk mencegah penyalahgunaan napza. 


Mengingat sikon darurat narkoba, lanjut Basir, maka perlu kader untuk menjadi pelopor pemberantasan dan pencegahan narkoba. "Kami berharap aparat penegak hukum dan kepala sekolah senantiasa peka dengan sikon ini untuk menyelamatkan generasi muda sekaligus menyelamatkan masa depan bangsa," ujar politisi Fraksi PPP alumni Ponpes Salafuliyah Sukorejo-Asembagus ini seraya bercerita saat kunker, reses maupun sidak. 


Untuk itu, Basir mendukung Kanit Binmas Polsek Glagah Aiptu Joko Wiyanto yang rutin razia  ke sekolah koordinasi dengan guru BK dan sudah menangkap pengedar pil trex dikalangan pelajar yang suka rokok dan miras.


Pembina YPSM Bhakti Nagari Nurohma Arifianto, S.Sos seraya lembaganya giat di pojok baca dan pembentukan karakter bangsa, berharap acara seminar tersebut bisa menjadi motivasi dan momentum buat santri serta pemuda yang sehat, mandiri, tanggungjawab,  serta berakhlakul karimah. "Kami ikhtiar jadi mitra lembaga pencegahan penyalahgunaan narkotika dan instansi terkait untuk bisa berperan dalam penanggulangan bencana narkoba dengan pendekatan religius nasionalisme," ungkap pria staf Bappeda ini pada acara yang juga dihadiri sekcam dan perwakilan MUI serta generasi penerus NU, Muhammadiyah seta mahasiswi yang sedang KKN.


Sementara itu, pemateri yang sedang menyelesaikan doktornya di UNS ini berharap tiap keluarga bisa mendeteksi dini akan bahaya narkoba yang berakibat nama baik hancur dan biaya tinggi dalam upaya lepas dari kecanduannya. Dia meminta jangan menghakimi maupun menjauhi yang sudah terpapar. "Ada lembaga yang menangani rehabilitasi serta hendaknya kian menumbuhkan kasih sayang. Harapannya juga hukuman buat pengedar dan bandar apalagi pelakunya oknum aparat, hukuman sesuai regulasi ditegakkan yang setimpal," harapnya.


Selain itu, lanjut Irma, dia berharap agar bisa mewarnai kehidupan mereka yang terjerumus dengan jati diri yang kuat. "Jangan malah katut dengan bujuk rayu jebakan dan mimpi semu yang ditawarkan !," tambah perempuan Ketua PC Lembaga Kesehatan Nahdhatul Ulama (LKNU) Jember ini yang ikut  gabung ke komunitas HIV/AIDS sembari mengingatkan ada aplikasi yang gampang masuk ke dunia LGBT ini.



Dalam seminar yang dimoderatori Slamet Mukhlisin tersebut, narasumber yang mengajar epidemilogi FKM Unej itu juga membagikan link pretest sehat dan narkoba. (Aguk/YC/JN)

MAN 3 Banyuwangi Adakan lomba Cipta Puisi dan siap ikuti Obor Sastra Indonesia

Lomba cipta puisi dalam rangka semarak bulan bahasa dan sastra sebagai intelegensi bangsa dan peringatan ke 77 HAB Kementerian Agama di gelar 

oleh tim literasi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Banyuwangi  di Kecamatan Srono,  3  karya terbaik akan diikutkan dalam antologi puisi folklor Banyuwangi yang digawangi oleh Obor Sastra Indonesia. Yaitu sebuah wadah seniman nusantara, terkhusus daerah Banyuwangi. 


Dalam sambutannya guru senior  Bahasa Indonesia Edi Susanto, mengatakan "Harapannya dengan lomba cipta puisi ini akan menghasilkan sastrawan-sastrawan muda di MAN 3 Banyuwangi, khususnya di bidang puisi". Pesannya.

Lebih lanjut Edi berharap siswa terus meningkatkan kemampuannya. 

"Tetaplah berkarya  dalam situasi apapun". Ungkapnya. 


Lomba ini terlaksana di gedung Ma'had putra pada hari Kamis, tanggal 20/10/2022 tepatnya jam 08.00-10.00 yang pesertanya diambil dari perwakilan masing masing kelas. Dengan jumlah maksimal 1 siswa untuk mewakilkan kelasnya dalam lomba cipta puisi tapi ternyata peserta lomba di luar ekspetasi panitia, karena masing masing kelas mengeluarkan lebih dari 1 peserta, karena rasa antusias siswa yang begitu tinggi dalam rangka menyambut bulan bahasa dan sastra. 

"Jadi peserta lomba cipta puisi menembus 45 peserta dari 27 kelas di Man 3 Banyuwangi" ungkap Eny Susiani, prnggerak literasi. 


Panitia telah menetapkan 3 aspek dalam penjuaraan cipta puisi diataranya:, yang pertama formal puisi yang meliputi judul, pengarang tipografi dan titimangsa penulisan. Aspek berikutnya keselarasan unsur puisi yang meliputi citraan, majas, rima dan irama, diksi dan idiom. Aspek selanjutnya yaitu kejelasan hakikat puisi yang didalamnya memuat kesesuaian tema/isi dengan judul, amanat baik tersurat maupun tersirat serta sikap penulis (baik terhadap tema puisi maupun pembaca yang dituju). 



Tentunya jajaran puisi-puisi ini dinilai oleh juri juri handal yaitu Syafaat,

S.H.,M.H.I sebagai   seniman ketua Lentera Sastra, Banyuwangi  yang juga ketua pelaksana audisi 77 penyair Khasanah Kebudayaan Banyuwangi, Obor Sastra Indonesia,  Krisno Punto S.OR, beliau berdua memang ahli  di bidang seni khusunya puisi. 


Eny Susiani, selaku ketua Tim literasi mengatakan bahwa acara ini di gelar untuk mewadahi bakat, minat dan kreativitas siswa di bidang puisi. 

"Kami dari tim literasi berharap bisa mewadahi kreatifitas dan ide-ide dari peserta yang teruntai dalam kata kata indah dalam bentuk puisi, yang harapannya bisa  menginspirasi dan memotivasi siswa di bidang Literasi" ungkapnya. 


Kepala MAN 3 Banyuwangi Dts. Akhmad Suyuti, M.Pd.I  menyampaikan bahwa Madrasah akan memberikan apresiasi terhadap semua karya.

"berikan ruang kepada siswa untuk berkarya, jika mereka bisa menghasilkan karya itu harus kita apresiasi, jika guru yang berkarya itu biasa tapi jika siswa yang berkarya baru luar biasa". Ungkapnya.

Lebih lanjut Akhmad Suyuti menyampaikan bahwa kegiatan ini juga merupakan salah satu rangkaian peringatan Hari Amal Bakti (HAB) ke 77 Kementerian Agama Republik Indonesia. (syaf)

Unta, dan Burung Ababil Pada Pawai Warga Prejengan 1 Rogojampi



Perigatan Maulid Nabi Muhammad SAW diselenggarakan Takmir Musholla Al Inabah dan Karang Taruna Prejengan 1 Rogojampi, Selasa,(18-10-2022) dengan hadirkan Ketua Rijalul Anshor Kabupaten Banyuwangi KH.Irham Cholili Askandar,SH asal Bangorejo untuk maudhah hasanah hikmah kanjeng Rasul yang uswatun hasanah,bakdha sholat Isya.

Rangkaian acara diawali Pawai Ndog-ndogan yang diangkut 10 becak start-finish di Masjid Besar Baiturohiem Rogojampi yang diberangkatkan Kasun Mahmudi Basuni.Pawai kian marak karena diikuti 45 sepeda hias, replika Unta dan Burung Ababil  serta perahu Nabi  Nuh yang diatraksikan remaja musholla.Juga ada replika telur asin raksasa yang dibawa juragan telur asin H.Untung .Kian heboh laksana karnaval para emak-emak yang menari dan menyanyi ikuti iringan Kuntulan asal Bunder dan Hadrah asuhan Ketua Takmir H.Junaidi.Pawai yang dikawal mobil polsek dan woro-woro dengan Mobil Pelayanan Desa Rogojampi itu melintasi Dusun Candian,Maduran dan Perbatasan Prejengan 1 dan 2 yang dikenal jalan stasiun dan pasar Rogojampi itu diikuti Ketua RT dan RW dengan busana yang menyesuaikan riang gembira menyambut Maulid.Pas adzan asyar kafilah pawai memasuki halaman masjid lagi dengan sikon seluruh telur yang diarak dibagikan ke warga yang menyaksikan.

Ustadz Asrori,S.Pd yang mewakili panitia  bersyukur seluruh rangkaian acara bisa terlaksana sesuai harapan dengan cuaca yang mendukung.Dan dihadiri Muspides dan warga serta perwakilan dusun."Semoga kerukunan,kesejahteraan dan keberkahan menyertai kita semua!" ujar Guru MTSN 10 Cangkring ini seraya terima kasih atas segala sumbangsih dan mohon maaf atas segala kekhilafan.

Acara yang dimeriahkan Hadrah santri Al Inabah  dan Samroh Al Hikmah Muslimat Prejengan 1 itu,juga ada gema wahyu Illahi dari anak yatim yang masih kelas 0 besar TKM Khadijah 157, Hasnah Naili Humairoh yang membacakan Surat Ar Rohman serta baca puisi Syafaat Rasulillah oleh Istiqlal Syukri Ahmad dari barisan Polisi Cilik MI Islamiyah Rogojampi yang punya prestasi  Tingkat Jatim.

Bripka Mastur Bhabinkabtimas yang sambutan mewakili Kades Hj Siti Jamilah yang duduk berbaur dengan warga menyampaikan menyambut baik kegiatan keagamaan ini seraya sampaikan saat ada sikon banyak kejadian kenakalan remaja seperti asusila dan narkoba yang ditangani polsek.Mastur juga berharap kita bisa menjaga suasana kondusif menyambut KTT G20 di Bali.

Gus Irham dalam ceramahnya menyampaikan hendaknya kita banyak istighfar,sholawat dan peduli sesama untuk mencapai kebahagian dunia akherat."Semoga yang senang dan hadir di majelis maulid diakui dan mendapat syafaat beliau yang telah wafat 1.500 tahun lalu namun bisa selalu hadir kala ummatnya membaca sholawat!" tutur keluarga besar pondok berasan ini seraya berdoa seluruh ragam masalah kehidupan seperti pendidikan anak dan utang diselesaikan Allah lewat silaturahim dan hadir di majelis ilmu.(team)

Elvin Hendratha Bedah Buku di Hari Terahir Jambore Literasi*


Kegiatan Jambore Literasi Banyuwangi Book Fair di Gedung Juang pada hari kesepuluh atau hari terahir Sabtu (15/10/2022) ditutup dengan bedah buku "Angklung Tabung Musik Blambangan" yang dususun Elvin Hendratha, penulis yang berprofesi sebagai Kepala Kantor Cabang Bank Mandiri Probolinggo. 

Pembicara dalam bedah buku yang di mideratori Zakki tersebut selain sang penulis, adalah Adlin Mustika Musisi Banyuwangi, Moh. Syaiful pemerhati angklung Banyuwangi serta Ketua DKB (Dewan Kesenian Belambangan) Hasan Basri. 


Elvin menyampaikan tentang proses penyusunan buku dengan mengumpulkan berbagai referensi dan melakukan wawancara dengan banyak sumber.
Salah satu pembina group musik Joyokaryo Akustik Banyuwangi tersebut menyampaikan bahwa penyusunan buku ini merupakan bentuk kepedulian terhadap seni di Banyuwangi sebagai kampung halamannya.
"Seni musik tradisional di Banyuwangi telah lama ada dan dikenal ke seluruh Indonesia, namun masih sangat jarang buku yang membahasnya" ungkapnya.
Lebih lanjut Elvin menyampaikan bahwa banyak orang yang tidak percaya jika buku tersebut karyanya sendiri, hal ini disebabkan profesinya sebagai pegawai bank dengan kesibukan pekerjaan yang tidak ada hubungan secara langsung dengan buku yang ditulisnya. 

Keraguan keaslian naskah tersebut dibantah oleh Muttafaqur Rohmah, Dosen Untag Banyuwangi yang hadir dalam kegiatan tersebut sebagai editor buku yang dibedah. Uut (Panggilan akrabnya) menyampaikan bahwa pada awalnya dia juga tidak percaya bahwa seorang Kepala Kanca Bank dapat menulis buku sebagus itu.
"Ini merupakan kegilaan dari orang sakti yang dapat menuliskannya" ungkapnya.
Lebih lanjut Uut menyampaikan bahwa buku tersebut sangatlah detail dan rinci yang dapat dibuktikan secara ilmiah.
"Beliau adalah orang bank yang sudah terbiasa teliti dalam manajemen, satu rupiahpun tidak boleh salah, dan begitu juga dalam menulis buku yang sedang dibedah ini" ungkapnya. 


Lain dengan Yons DD, yang menyampaikan tentang kepiawaian penulis dibidang sastra. "Ada karyanya yang kita jadikan lagu, yakni Suling Montro" ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut Yons dengan diiringi Joyokaryo Akustik menyanyikan lagu Suling Montro ciptaan Yons DD dan Elvin Hendratha. 

Diskusi sangat hidup, bukan hanya kehadiran group musik Joyokaryo, tetapi kehadiran para penulis sejarah dan budaya Banyuwangi juga hadir, seperti Aekanu Hariyono, M. Husein dan penulis yang berprofesi Dosen Uniba Wiwin Indiarti. 

Ketua Komunitas Lentera Sastra (Terminal Literasi Pegawai Kementerian Agama) Syafaat yang hadir dalam bedah buku di hari terakhir Banyuwangi Book Fair tersebut menyampaikan bahwa kesempatan mengikuti bedah buku merupakan hal yang langka, sehingga sangat eman jika dilewatkan.
"Saya menerima buku yang dicetak eksklusif dengan gambar berwarna didalamnya" ungkapnya.
Lebih lanjut Syafaat menyampaikan bahwa buku dengan cover warna hitam tersebut juga disertai gambar atau foto berwarna didalamnya. 

Ditanya tentang kualitas buku yang disusunnya, Elvin menyampaikan bahwa sengaja buku tersebut dicetak eksklusif  sehingga selain menarik isinya juga bagus covernya. 
Elvin juga menyampaikan bahwa dirinya akan terus menulis tentang sejarah musik dan budaya di Banyuwangi. (syaf)

Pengawas: Invisible Hand

 

Pengawas: Invisible Hand

Oleh: Farid Wajdy,

 

Gerak langkah pasti para Pengawas walau di tengah terpaan isu penghapusan jabatan pengawas, eksistensinya dipertanyakan,  sebut saja di beberapa media elektronik,  pada tanggal 14 Januari 2021 yang bertajuk, haruskah pengawas sekolah dihapus (https://portalsulutnews.com), hampir bersamaan dikabarkan mendikbud diminta hapus pengawas (https://www.belajardirumah.org), diopinikan pula  bahwa pengawas sekolah bikin mutu pendidikan jeblok layak dihapus (https://www.jpnn.com), cukup mengejutkan memang, yang pasti isu hangat itu seakan sudah menjadi pembicaraan panjang sebelumnya.

Di balik itu semua, apabila dicermati Tupoksi  Pengawas diantaranya melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja seluruh staf sekolah, melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan program sekolah beserta pengembangannya, serta melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah secara kolaboratif dengan stakeholder sekolah.

Tugas yang dapat dikatakan tidak ringan, seakan Pengawas memikul tugas sebagai agent of quality control educations, agen penjaga  dan pengontrol kualitas pendidikan. Secara etimologi "supervisi" berasal dari kata "super" dan "vision" yang masing-masing kata itu berarti "atas" dan "penglihatan." Secara semantik, supervisi adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu belajar dan mengajar pada khususnya (Kemendikbud, 2018). Dilihat dari subjeknya, supervisi pendidikan terdiri dari supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan oleh pengawas sekolah.

Kepala sekolah harus memiliki kompetensi dan melaksanakan tugas pengawasan pembelajaran (Permendikbud No.12 Tahun 2007, Permen PAN & RB No. 21 Tahun 2010).  Pengawasan yang dimaksud adalah supervisi pembelajaran, yaitu serangkaian kegiatan untuk membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui supervisi pembelajaran kepala sekolah dapat menilai dan memberikan pembinaan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Tahap-tahap supervisi kepala sekolah terhadap guru mulai dari perencanaan perangkat pembelajaran, dilanjut ke pelaksanaan pembelajaran, diikuti refleksi, dan diakhiri dengan penyusunan rencana tindak lanjut (Kemendikbud, 2017).

Pengawasan juga merupakan kompetensi yang harus dimiliki sekaligus tugas yang harus dilakansanakan oleh pengawas sekolah (Permendikbud No.12 Tahun 2007, Permen PAN & RB No. 21 Tahun 2010). Pengawasan yang dimaksud adalah supervisi akademik dan supervisi manajerial. Pengawasan akademik merupakan tugas pengawas sekolah yang berkenaan dengan pelaksanaan tugas pembinaan, pemantauan, penilaian, dan pembimbingan dan pelatihan profesional guru pada aspek kompetensi guru dan tugas pokok guru. Pengawasan manajerial merupakan tugas pengawas sekolah yang meliputi kegiatan pembinaan, pemantauan, penilaian, serta pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah dan tenaga kependidikan lain pada aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah dalam mendukung terlaksananya proses pembelajaran. (Kemdikbud, 2017).

Dikutip dari kompasiana.com, Supervisi Dialogis sebagai Metamorfosis bentuk kepengawasan yang solutif. Agar pendidikan humanistik dapat terimplementasikan, supervisinya harus dimulai dengan pendekatan humanistik pula. Freire (dalam Firdaus and Mariyat, 2017)  menawarkan tiga metode dalam pendekatan humanistik, salah satunya adalah komunikasi dialogis. Hal ini sejalan dengan pemikiran Romo Mangun (dalam Syafei, 2019), yang menginginkan selain membangun kemampuan berpikir kreatif, bersikap terbuka dan toleran, juga berkomunikasi secara dialogis. Walaupun metode yang dimaksud adalah metode pembelajaran antara guru dan siswa di kelas, sebaiknya supervisors, baik kepala sekolah maupun pengawas sekolah, menginisiasi pengunaan metode ini. Yaitu metode yang menciptakan lingkungan yang memberi harapan, yang memberi bantuan, yang memberi fasilitasi dan yang berorientasi pada tumbuhnya semua orang (P.J.Beatty, 2001).

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, kepala sekolah melaksanakan supervisi pembelajaran  kepada guru; pengawas sekolah memberikan supervisi akademik kepada guru dan supervisi manajerial kepada kepala sekolah dan tenaga administrasi sekolah. Dengan metode dialogis, kepala sekolah dan pengawas sekolah hendaknya memiliki tujuh karakter yang disarankan oleh P.J.Beatty (2001) berikut: a) Memberikan perhatian tanpa syarat, yaitu menghargai guru dengan membantunya menjadi yang dia mampu sebagai individual, b) Menebarkan rasa cinta, yaitu sesuatu yang alami tidak mengada-ada, menerima guru apa adanya., c) Mau berkomunikasi, yaitu mau membuka diri dengan semua guru, d) Jujur dalam menampilkan dirinya, yaitu lebih mengembangkan diri daripada berpura-pura sama, e) Merespon secara empatik, yaitu punya kemampuan menerima sudut pandang guru yang sedang berbicara dengannya, f) Membangun kesetaraan yang realistis dalam berkomunikasi, yaitu memandang guru satu dan yang lainnya sebagai peribadi yang unik dan berbeda, bukan sebagai objek yang bisa dimanipulasi dan dieksploitasi, g) Selalu hadir, yaitu melibatkan dirinya dalam kesulitan guru, bersedia dan tidak menyulitkan ketika dihubungi.

Sebagai penutup, kepala sekolah dan pengawas sekolah yang dialogis diharapkan akan menginspirasi dan menciptakan hubungan yang humanistik antar siswa, guru, kepala sekolah, tenaga administrasi sekolah dan pengawas sekolah. Dan pada akhirnya akan terwujud sekolah humanistik dan pendidikan humanistik. Dalam ekonomi, tangan tak terlihat (invisible hand) adalah metafora yang dipakai Adam Smith untuk menyebut manfaat sosial yang tak terduga-duga berkat tindakan individu (https://id.wikipedia.org), maka Pengawas dituntut sebagai Invisible Hand, tangan yang tidak tampak, namun manfaat kehadirannya di tengah-tengah guru sangat diharapkan. Bimbingan, pembinaan, dan suntikan motivasi bagi sosok guru dari sosok pengawas masih menjadi simbiosis mutualisme.

 

Penulis adalah Pengawas PAI SMP, SMA dan SMK Kemenag Kab. Banyuwangi

 

 

MEREBUT KEMBALI KEMERDEKAAN DARI TANGAN PENJAJAH IMMUNITAS

 MEREBUT KEMBALI KEMERDEKAAN DARI TANGAN PENJAJAH IMMUNITAS

BY :  UNU MASNUN

 

Dimulainya pembelajaran tahun ajaran baru 2020/2021 di masa pandemic menimbulkan pertanyaan banyak pihak, terutama bagi siswa,  orang tua murid, dan juga para guru. Apakah sudah bisa mengadakan pertemuan secara normal karena eranya adalah *new normal* ataukah belum. Apakah pembelajaran bisa efektif tanpa hal tersebut? Juga banyak lagi berbagai tanda tanya yang senantiasa mengganggu dan membutuhkan jawaban yang membawa kesejukan.

Seakan sudah mengetahui hal hal di atas Mendikbud Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) mencanangkan kebijakan serta gebrakan baru yaitu  kebijakan ‘merdeka belajar’. Merdeka Belajar adalah program kebijakan baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Kabinet Indonesia Maju, Nadiem Anwar Makarim. Merdeka belajar adalah kemerdekaan berpikir.

 Merdeka Belajar adalah program belajar yang mengarah pada tujuan yang ingin dicapai dari proses belajar di sekolah dan berkaitan dengan hal-hal esensial sehingga menumbuhkan kemerdekaan belajar.

Keberadaan dan hidupnya kita saat ini yang masih dalam tanda kuning berhati-hati disebabkan coronavirus masih mengangkat senjatanya tinggi-tinggi, menyebabkan para pejuang ilmu beserta jajarannya harus menyiapkan banyak strategi perang melawannya. Tidak ada kata menyerah ataupun angkat tangan terhadapnya, apalagi sampai mengangkat kaki . Karena hal itu menandakan bahwa kita kalah dan secara otomatis kita yang terhempas berpindah alam. Tentu saja tak  ada yang menghendaki hal tersebut terjadi. Oleh sebab itu strategi apa pun yang dicanangkan oleh pemerintah (Kementerian Pendidikan) seyogyanya didukung sepenuhnya selama mendatangkan kemenangan berupa buah ilmu nan ranum menggiurkan.

Hal ini menimbulkam adanya ketergerakan dan bangkitnya para guru, orang tua siswa, bahkan siswa dalam membangun semangat juang yang tak putus. Ditantang oleh makhluk seukuran  amuba jahat berbahaya yang bernama corona justru membangkitkannya dari tidur pulasnya.

Tak ada perjuangan yang mudah. Kalau dahulu pejuang-pejuang kemerdekaan negara Republik Indonesia berjibaku perang untuk meraih predikat merdeka dengan mengangkat senjata seadanya melawan Belanda dan Jepang, maka sekarang ini dan entah sampai kapan para pejuang ilmu akan mengangkat senjatanya melawan coronavirus. Coronavirus sebagai penjajah termutakhir dan paling modern jangan memundurkan tekad para pejuang ilmu.

Mengutip  pendapat  Bapak Menteri Nadiem  Anwar Mkarim ”Bagi para guru, esensi berpikir harus dikedepankan sebelum mereka (peserta didik),  semua guru harus berpikir secara mandiri. Pembelajaran tidak akan terjadi jika hanya administrasi pendidikan yang dikedepankan. "Paradigma merdeka belajar adalah untuk menghormati perubahan yang harus terjadi agar pembelajaran itu mulai terjadi di berbagai macam sekolah.”

Secara lengkap, pidato Mendikubud sebagai berikut:

Guru Indonesia yang tercinta, tugas Anda adalah yang termulia sekaligus tersulit. Anda ditugasi untuk membentuk masa depan bangsa, tetapi lebih sering diberi aturan dibandingkan dengan pertolongan. Anda ingin membantu murid yang mengalami ketertinggalan di kelas, tetapi waktu Anda habis mengerjakan tugas administratif tanpa manfaat yang jelas. Anda tahu betul bahwa potensi anak tidak dapat diukur dari hasil ujian, tetapi terpaksa mengejar angka karena didesak berbagai pemangku kepentingan. Anda ingin mengajak murid keluar kelas untuk belajar dari dunia sekitarnya, tetapi kurikulum yang begitu padat menutup petualangan. Anda frustasi karena Anda tahu bahwa di dunia nyata kemampuan berkarya dan berkolaborasi akan menentukan kesuksesan anak, bukan kemampuan menghapal. Anda tahu bahwa setiap anak memiliki kebutuhan berbeda, tetapi keseragaman telah mengalahkan keberagaman sebagai prinsip dasar birokrasi.  Anda ingin setiap murid terinsfirasi, tetapi Anda tidak diberi kepercayaan untuk berinovasi.” - (https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/11/pidato-mendikbud).

Program pendidikan “Merdeka Belajar” meliputi empat pokok kebijakan, antara lain: 1) Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN); 2) Ujian Nasional (UN); 3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaan (RPP), dan 4) Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) zonasi.

Bila dicermati dari isi pokok kebijakan merdeka belajar jelas lebih difokuskan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, meskipun pada perkembangan selanjutnya berdimensi juga ke jenjang pendidikan tinggi (Dikti) melalui program “Kampus Merdeka”.

Kebijakan mengembalikan penilaian Ujian Sekolah Berbasis Nasional ke sekolah merupakan salah satu bentuknya. Meski  banyak guru dan kepala sekolah yang tak siap dan belum memiliki kompetensi untuk menciptakan penilaian sendiri.diharapkan tidak sampai membuat gagal atau ‘melempem’ nya program ini.

Seringkali guru siswa, bahkan orang tua merasakan tekanan berat ketika berhadapan dengan pembelajaran. Mulai beban administrasi, prestasi, nilai, kesejahteraan, keuangan, sampai hubungan interaksi pendidikan yang kurang baik. Oleh karena itu, merdeka belajar itu memastikan proses pendidikan harus menciptakan suasana-suasana yang membahagiakan bagi semua orang. Merdeka belajar adalah kebebasan berpikir dan terutama esensi kemerdekaan berpikir ini harus ada di guru dulu. Tanpa terjadi guru tidak mungkin bisa terjadi di murid (mantrasukabumi.com pikiran-rakyat.com.)

Semua guru harus berpikir secara mandiri. paradigma merdeka belajat adalah untuk mempertimbangkan perubahan yang harus terjadi agar pembelajaran itu mulai terjadi diberbagai macam sekolah.

Program merdeka belajar ini dilahirkan dari banyaknya keluhan di sistem pendidikan. Salah satunya keluhan soal banyaknya peserta didik yang dipatok oleh nilai-nilai tertentu. Saatnya membebaskan pendidikan agar tercipta pembelajaran yang menyenangkan sehingga terbentuk pendidikan yang bermutu dan mencerdaskan.

Karena  pembelajaran justru terjadi ketika guru bisa menerjemahkan kurikulum. Mencari jalannya sendiri, menciptakan berbagai metode dan variasi pembelajaran kepada murid, yang ingin menciptakan suasana belajar yang bahagia (happy learning).

Salah satu tujuan merdeka belajar adalah agar para guru  peserta didik, serta orang tua bisa mendapat suasana yang bahagia, lepas dari berbagai tekanan.disebabkan penjajahan coronavirus . Dengan terjadinya proses refleksi dan meta kognitif guru, maka barulah terjadi proses refleksi murid dan meta koginitif siswa. Hal Ini adalah proses yang  wajib dilaksanakan semua guru dalam mewujudkan program ini, terlebih bagi para penuntut ilmu yang semakin kehausan

Di dalam Islam, menuntut ilmu atau bahkan berjuang di tengah-tengahnya merupakan salah satu bentuk jihad terbesar hingga Allah menjanjikan surga . “Barang siapa memudahkan jalan dalam menuntut ilmu Allah akan memudahkan jalannya ke surga.” (Al Hadits). Wallahu A’lam.

 

Penulis adalah Guru Bahasa Indonesia MAN 3 Banyuwangi di Srono

 

Pramuka and Scouting For Boys

Pramuka and Scouting For Boys

Oleh : Tria Aini Wullandari

 Buku yang ditulis Robert Stephenson Smyth Baden Powell atau lebih dikenal dengan nama Lord Baden Pawel dengan judul Scouting For Boys ( Kepanduan untuk anak laki laki ), selama menulis ia menguji gagasannya melalui perjalanan berkemah di Pulau Brownsea dengan Boys’ Brigade dan anak tetangganya yang dimulai pada tanggal 1 Agustus 1907 yang kemudian dianggap sebagai awal dari kegiatan kepanduan. Kegiatan kepramukaan mempunya 7 tujuan diantaranya :

Kegiatan Pramuka sebagai Salah satu Ekstrakurikuler yang “wajib” diikuti oleh siswa sangat bermanfaat untuk pembentukan karakter siswa yang dimulai sejak dini (siaga). Kemandirian yang diajarkan dalam gerakan Pramuka diajarkan melalui praktek langsung diluar kelas dengan kegiatan yang menyenangkan. Beberapa kegiatan yang dilakukan seperti Perkemahan telah mendidik siswa menjadi lebih mandiri, setidaknya ada keterpaksaan untuk melatih melakukan semua kegiatan untuk dirinya sendiri sejak dini.

Dengan jadwal yang ketat yang harus dipatuhi, mengikuti rangkaian kegiatan dari awal hingga akhir, kegiatan Pramuka melatih disiplin bagi para pesertanya. Pembiasaan disiplin ini diharapkan dapat terus berkesinambungan diluar kegiatan pramuka dan diluar kegiatan sekolah. Tidak heran jika siswa yang mengikuti kegiatan kepramukaan secara rutin akan terbentuk pribadi yang mandiri dan disiplin dalam segala aktifitasnya. Seperti kegiatan Sholat berjamaah yang dilakukan bagi yang beragama Islam yang wajib diikuti.

Kegiatan berkemah yang menjadi salah satu ciri khas Pramuka dilakukan dalam satu kelompok (regu) yang diharapkan akan tercipta rasa gotong royong dalam melaksanakan tugasnya. Dalam kegiatan perkemahan tersebut tidak akan berjalan dengan baik jika tidak tercipta rasa gotong royong dalam satu kelompok dengan membentuk satuan organisasi terkecil diantara mereka dengan pembagian kerja yang proporsional.

Kegiatan tim yang dilakukan akan melahirkan rasa peduli terhadap sesama, peserta akan dilatih melalui berbagai kegiatan bakti social serta diajarkan untuk saling membantu teman yang kesusahan atau sedang sakit, kegiatan pramuka melatih rasa peduli dengan warga yang ada disekitarnya dan tak segan untuk saling membantu. Beberapa kegiatan sosial yang dilakukan dalam kegiatan gerakan Pramuka diharapkan akan membekas dan berkesinambungan hingga para peserta tersebut kelak terjun dilingkungan masyarakat.

Kegiatan pramuka yang dilakukan diluar sekolah, lebih banyak dilakukan di alam terbuka, diharapkan mampu memunculkan kepedulian peserta untuk melestarikan lingkungan. Pentingnya menjaga lingkungan alam wajib ditanamkan sejak dini. Penebangan hutan secara liar/pembalakan hutan, polusi air dari limbah industri dan pertambangan, polusi udara di daerah perkotaan, dan masalah mengenai rusaknya lingkungan kita khususnya di Indonesia bukan merupakan masalah yang baru lagi, yang seharusnya dibenahi sesegera mungkin. Bagaimana tidak, masalah ini tidak luput dari peran pemerintah dan masyarakat yang harus berdampingan menjaga lingkungan kita ini. Kecintaan terhadap alam harus ditumbuh kembangkan sejak dini, Lingkungan yang merupakan tempat tinggal semua makhluk hidup yang ada di muka bumi, termasuk manusia, hewan, dan tumbuhan harus kita jaga kelestariannya.

Kegiatan Pramuka seringnya dilakukan untuk memunculkan kerja sama tim, peserta Pramuka akan sering bekerja sama dengan orang lain yang memiliki karakter serta watak yang berbeda-beda. Dalam gerakan Pramuka diajarkan belajar bersama dalam sebuah team yang secara sadar maupun tidak, mereka akan mengangkat seseorang untuk menjadi ketua team yang bertugas mengarahkan kegiatan yang akan dilakukan. Karena dalam sebuah kelompok sekecil apapun akan terbentuk satu orang yang memimpin sebuah kegiatan. Baik kegiatan rutin intern team maupun kegiatan antar regu.

Setiap anggota Pramuka berkesempatan untuk menjdi seorang pemimpin, kegiatan Pramuka dengan berbagai kegiatan permainan yang dilakukan akan memunculkan rasa kepemimpinan dalam regu maupun kelompok kecil. Keberhasilan sebuah kegiatan sangat ditentukan oleh kekompakan dan kepemimpinan dati team tersebut. Karenanya kegiatan Pramuka sangat penting untuk melatih jiwa kepemimpinan dari para pesertanya. Hal ini dilakukan dengan mengingat peserta didik Pramuka tersebut adalah asset bangsa yang kelak secara estafet akan menjadi seorang pemimpin, baik dalam sekala kecil, atau bahkan secara nasional maupun Internasional.

Dasar dasar kepanduan yang terdapat dalam Buku “Scouting For Boys” yang memuat dasar survival dialam bebas, nilai moral yang dapat diambil dari buku tersebut adalah anak remaja dibekali untuk hidup mandiri dan tahan uji, oleh sebab itu perlu mentalitas tahan uji dan daya survival tinggi untuk bias bertahan. Dalam gerakan pramuka di Indonesia telah tersedia Buku Saku Pramuka yang dibadi dalam beberapa jenjang untuk memudahkan dalam pembelajaran dalm kegiatan kepramukaan.

Kegiatan Pramuka di Madrasah juga diisi dengan Pendidikan karakter keagamaan yang kuat sebagaimana diamanatkan dalam Undang Undang sisdiknas, kegiatan yang dilakukan dalam Sholat berjamaah dengan Imam dari para peserta diharapkan menciptakan rasa kepemimpinan dalam kegiatan keagamaan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat. Hal ini disadari bahwa pembinaan mental agama yang kuat yang akan membentuk pribadi yang berbudi pekerti luhur.

 

*Penulis adalah Guru MI Darul Amien Jajag Kecamatan Gambiran.


 

 
Copyright © 2013. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Template Modify by Blogger Tutorial
Proudly powered by Blogger