Pages

Tampilkan postingan dengan label Warta Anemi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Warta Anemi. Tampilkan semua postingan

Audit Stunting, ditemukan kasus kehamilan anak usia 15 tahun.

Dalam audit kasus Stunting 2 Kabupaten Banyuwangi di aula Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kamis (17/11/2022), terungkap bahwa data kasus stunting di Kabupaten Banyuwangi relatif kecil, namun ditemukan beberapa kasus kehamilan yang mencengangkan, salah satunya adalah kehamilan anak usia 15 tahun yang menurut data terkena Stunting. ada juga kasus stunting dari Ibu hamil perokok yang berhenti merokok ketika diketahui hamil.
Sebagian besar kasus stunting yang dialami ibu dibawah umur dari akibat pernikahan yang tidak diinginkan karena hamil di luar nikah.


Kepala Dinas Sosial,  PP dan KB Henik Setyorini  A.P., M.Si dalam sambutan pembukaan menyampaikan bahwa kesadaran tentang kesehatan agar tidak terjadi stunting  pada masyarakat sangat penting.
"kesadaran tentang pentingnya gizi bagi ibu dan calon ibu sangat penting dilakukan secara bersama-sama" ungkapnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Amir Hidayat Skm.Mkes menyampaikan bahwa saat ini angka stunting tertinggi hingga 400 balita di Kabupaten Banyuwangi berada di Kecamatan Cluring angka stunting, sedangkan terendah di Kecamatan Blimbingsari dan Glenmore.
"seribu hari pertama kehidupan yang di mulai  sejak kehamilan sangat penting terutama tenrang  kecukupan gizi" ungkapnya

Lebih lanjut Hamzah menyampaikan bahwa target 2022 kurang dari 17 persen, yang pada tahun-tahun berikutnya bisa zero.


Mewakili Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, Penyusun Bahan Pembinaan Keluarga Sakinah pada Seksi Bimbingan Masyarakat Islam H.Syafaat menyampaikan bahwa  salah saru upaya kesadaran remaja tentang bahaya nikah muda dan narkoba, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi akan melakukan gerakan KUA Goes to School dengan program Bimbingan Remaja Usia Sekolah (BRUS) mandiri dengan mengerahkan Penyuluh Agama Islam pada KUA Kecamatan,.
"Kerjasama dengan semua pihak sangat penting untuk peningkatan sumber daya manusia di bumi Blambangan" ungkapnya. (syaf)

NDARU

 NDARU

oleh : Faiz Abadi

Cahaya itu datang ketika terlelap dalam tidur

Untukmu Mas karebet

Untuk Danang Sutawijaya

Untukmu siapa saja pada garda terdepan

Keris Nogososro, Setan Kober, Rompi onto kusumo menyaksikan

Begitu pula diri kita

Hanyalah orang biasa

Tetapi saat sekutu membakar Surabaya

Kita akan hadir

Merah putih tetaplah harus berkibar

NKRI adalah darah merah dan putih

Dinasti politik sejak dari dulu

Joko Tingkir adalah titisan Majapahit

Danang Sutawijaya meneruskan kejayaan bangsa lewat Mataram

Dinasti politik sejak dari dulu

Politik dinasti adalah wahyu keprabon milineal

Tak mengapa istri sekalipun 

Meneruskan kejayaan

Ini soal demokrasi

Trik politik, intrik, korporasi hak siapa saja

Sejak Majapahit, Demak, Pajajaran luruh dalam kurun waktu

Sebenarnya kita sama

Titisan darah mereka

Buat apa turun di jalan

Demo mengganggu roda ekonomi

Berapa juta orang kalian rugikan

Apalagi harus ada kematian sia-sia

Tutuplah cerita tentang darah yang tumpah

Apalagi harus meledakkan diri

Hingga kini tak berarti

Malah cibiran bertubi-tubi

Phobia dimana-mana

Karena nyawa tak berdosa lenyap begitu saja

Di Bali, di tempat -tempat ibadah

Adakah kebenaran tersampaikan

Harus dengan paksaan

Itu karena tidak mengenal

Ndaru

Sejak dari dulu

Saksikan saja

Koak Garuda selamanya di angkasa

Kibarkan bendera

Bhineka tunggal ika

Ndaru adalah wahyu keprabon

Jika bukan untukmu

Biarlah

Kelak akan tiba waktunya

Jangan ada lagi pertumpahan darah

Mei 2020

 Mei 2020

oleh : Unu Masnun

Palu takdir sudah terketuk

Siap berkelana meniti waktu 

Alur sudah terbuka 

Ruang hari membuka jalan 

Siapa melewati nya 

Dan bukan jalan di belakang 

Yang berusaha selalu diintip 


Membentang cakrawala 

Menyambut kabut yang mulai terkikis

Arah cahaya memancar

Pendarnya sudah menyelusup

Dari balik himpitan masa

Angin 

Angan

Ingin

Menjelma pelangi 🌈


Kebaman, Juni 2021

FAKTOR RISIKO ANEMIA PADA REMAJA PUTRI PESERTA PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ANEMIA GIZI BESI (PPAGB) DI KOTA BEKASI ERMITA ARUMSARI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

 FAKTOR RISIKO ANEMIA PADA REMAJA PUTRI PESERTA PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ANEMIA GIZI BESI (PPAGB) DI KOTA BEKASI ERMITA ARUMSARI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Sebanyak 99.3 persen contoh tidak memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan anemia seperti malaria, tuberculosis, dan kecacingan (dalam jangka waktu sebulan yang lalu). Sebagian besar contoh memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum makan. Sebanyak 52.0 persen contoh memiliki aktivitas fisik olahraga ringan. Persentase contoh anemia yang melakukan aktivitas olahraga sedang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan contoh tidak anemia. Hampir separuh contoh jarang mengkonsumsi ikan segar (47.3%) dan daging ayam (48.5%). Telur ayam paling sering dikonsumsi oleh contoh setiap hari (10.3%). Semakin jarang telur ayam dan telur bebek dikonsumsi maka kecenderungan anemia akan semakin kecil (p<0.1). Frekuensi lauk nabati berkisar 0-6 kali seminggu. Lauk nabati dikonsumsi kurang dari 20 persen contoh dengan frekuensi setiap hari. Kurang dari 5 persen contoh mengkonsumsi sayuran setiap hari. Sayuran hijau seperti bayam lebih jarang dikonsumsi oleh contoh yang anemia (43.2%). Semakin jarang waluh dan sawi dikonsumsi maka kecenderungan anemia akan semakin kecil (p<0.1). Kurang dari 12 persen contoh mengkonsumsi buah-buahan setiap hari. Semakin jarang pepaya dikonsumsi maka kecenderungan anemia akan semakin kecil. Lebih dari separuh contoh tidak pernah mengkonsumsi makanan jajanan (bakso, mie, dan gorengan). Contoh anemia lebih sering mengkonsumsi teh dan kopi. Hampir separuh contoh (44.8%) tidak pernah mengkonsumsi susu. Contoh anemia lebih sering mengkonsumsi suplemen Hasil korelasi Spearman menunjukkan bahwa faktor risiko yang secara signifikan mempengaruhi status anemia adalah usia, status menstruasi, frekuensi konsumsi telur ayam, telur bebek, waluh, dan sawi. Hasil regresi logistik menunjukkan remaja putri yang berada pada kisaran usia 13-15 tahun memiliki kecenderungan untuk mengalami anemia 2.73 kali lebih besar dibandingkan remaja putri yang berusia 10-12 tahun (p=0.001). Remaja putri yang berstatus gizi kurus cenderung untuk mengalami anemia 8.32 kali lebih besar dibandingkan remaja putri yang berstatus gizi gemuk (p=0.006). Remaja putri yang berstatus gizi normal memiliki kecenderungan 6.73 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibandingkan remaja putri yang berstatus gizi gemuk (p=0.013). RINGKASAN ERMITA ARUMSARI. Faktor Risiko Anemia pada Remaja Putri Peserta Program Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) di Kota Bekasi. Di bawah bimbingan Dodik Briawan Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui faktor risiko anemia remaja putri peserta program Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) di Kota Bekasi. Tujuan khusus dari penelitian adalah : (1) mengkaji kadar hemoglobin dan status anemia remaja putri, (2) mengkaji usia dan status gizi antropometri remaja putri, (3) mengkaji pola menstruasi remaja putri, (4) mengkaji riwayat penyakit remaja putri, (5) mengkaji perilaku hidup bersih dan sehat remaja putri, (6) mengkaji aktivitas fisik remaja putri, (7) mengkaji frekuensi konsumsi pangan sumber zat besi remaja putri, (8) menganalisis faktor risiko anemia remaja putri. Desain penelitian adalah cross-sectional study yaitu data baseline dari Dinas Kesehatan Kota Bekasi untuk pelaksanaan Program Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB). Lokasi penelitian dilaksanakan di SMP VII dan SMK Teratai Putih Global 2. Pemilihan didasarkan kesediaan sekolah mengikuti program serta keaktifan puskesmas yang dekat dengan lokasi sekolah untuk mengumpulkan data pengukuran hemoglobin. Waktu pengambilan data dilakukan pada November 2007-Februari 2008. Contoh sejumlah 400 orang terdiri dari 200 orang siswi SMP VII dan 200 orang siswi SMK Teratai Putih Global 2. Usia contoh berkisar 10-18 tahun. Pengambilan contoh dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan kesediaan siswi mengikuti program dan adanya izin dari orangtua. Data yang dikumpulkan berupa data sekunder dari Dinas Kesehatan Kota Bekasi. Data dikumpulkan melalui tiga cara (wawancara, pengukuran langsung, pemeriksaan laboratorium). Wawancara langsung saat pengumpulan data menggunakan kuisioner yang berisi data usia, aktivitas fisik, pola menstruasi, riwayat penyakit, perilaku hidup bersih dan sehat, dan frekuensi konsumsi pangan. Data antropometri dan status gizi diketahui melalui pengukuran berat dan tinggi badan. Penentuan kadar hemoglobin dilakukan dengan pengambilan sampel darah dan dianalisis dengan metode Cyanmethemoglobin. Analisis korelasi Spearman dilakukan untuk melihat besar hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Regresi Logistik dilakukan untuk mengetahui faktor risiko yang paling berkaitan dengan status anemia. Rata-rata kadar hemoglobin adalah 12.4 g/dl (7.2-16.0 g/dl). Lebih dari separuh contoh (61.7%) tidak mengalami anemia. Terdapat 6.0 persen contoh mengalami anemia sedang. Secara keseluruhan 38.3 persen contoh mengalami anemia. Rata-rata usia adalah 13.7 tahun (10-18 tahun). Proporsi ter

penanggulangan anemia gizi untuk remaja putri dan wanita usia subur

 

penanggulangan anemia gizi untuk remaja putri dan wanita usia subur 


Disusun oleh Kelompok C4 :

1.     Antonius Priambodo      (14700157)

2.     Cindyesti Larissa            (14700159)

3.     Yusuf Selawijaya            (14700161)

4.     Febriana Trisna Fitri      (14700163)

5.     Fashfachish Shofchal      (14700165)

6.     Gita Qatrunnada             (14700169)

7.     Mery Rizqiana Putri        (14700171)

8.     Silvya Mahmuda              (14700173)

 

Pembimbing Tutor: dr. Sukma Sahadewa,M.Kes

 

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2016

 

BAB 1

PENDAHULUAN

A.    Pengertian Berbagai istilah sehubungan dengan anemia dan KEK (kekurangan energi kronis)

Anemia gizi : adalah kekurangan hemoglobin (dalam darah) yang disebabkan karena kekurangan zat  gizi yang di perlukan untuk di pembentukan Hb tersebut. di indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut anemia kekurangan zat besi atau Anemia gizi besi .

Remaja putri : adalah nama peralihan dari anak menjadi dewasa di tandai dengan perubahan fisik dan mental. Perubahan fisik ditandai dengan berfungsinya alat reproduksi seperti menstruasi (umur 10 - 19 tahun).

Wanita usia subur (WUS) : adalah wanita pada masa atau periode dimana dapat mengalami proses reproduksi. Ditandai masih mengalami menstruasi (umur 15-45 tahun).

Tablet tambah darah ( besi-folat) : adalah tablet untuk suplementasi penanggulangan anemia gizi yang setiap tablet mengandung fero sulfat 200 mg atau setara 60 mg besi elemental daei 0,25 mg asam folat .

komunikasi , informasi edukasi (KIE) : adalah berbagai kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan , sikap dan perilaku yang dalam hal ini berkaitan dengan anemia gizi dan suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) .

LILA : ukuran lingkar lengan kiri atas .

Risiko kekurangan energi kronis ( KEK) : adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA <23,5 Cm.

KEK : adalah keadaan dimana remaja putri / wanita mengalami kekurangan gizi ( kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun .

B.     Tujuan dan sasaran program anemia

1.      Tujuan

a. Umum :             Meningkatkan status kesehatan dan gizi remaja putri dan wanita usia subur dengan mengurangi prevalensi anemia gizi.

b. Khusus :            1. Meningkatkan kinerja petugas kesehatan dalam upaya penanggulangan anemia gizi.

2. Meningkatkan partisipasi dan kerjasama antara sektor kesehatan dengan sektor pendidikan, keagamaan, organisasi dan LSM untuk penanggulangan masalah anemia gizi.

3. Meningkatkan kesadaran remaja putri dan wanista usis subur serta keluarganya akan pentingnya meningkatkan status kesehatan dan gizi dengan mencegah masalah anemia sedini mungkin.

4. Melaksanakan suplementasi TTD untuk remaja putri dan wanita usia subur secara mandiri.

5. Menurunkan prevalensi Anemia Gizi pada wanita usis subur khususnya remaja putri

6. Meningkatkan pengelahuan-sikap remaja putri dan wanita usis subur tentang anemia dan tablet tambah darah

7. Meningkatkan jumlah TTD yang dikonsumsi oleh remaja putri dan wanita usis subur (kepatuhan)

(sumber : http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/pnacp844.pdf , http://www.kalbemed.com/Portals/6/KOMELIB/GENITO-URINARY%20SYSTEM/Obsgyn/Ferofort/pedoman%20anemia%20gizi.pdf)

2.      Sasaran

a.       Langsung : Remaja Putri dan Wanita Usia Subur

b.      Tidak Langsung :

1.      Remaja Putra

2.      Guru/pendidik

3.      Pemuka agama

4.      Ketua Organisasi Kepemudaan

5.      Ketua Organisasi dan LSM

6.      Ketua federasi pekerja sektor non formal

7.      Petugas kesehatan (puskesmas)

8.      Tempat kerja

9.      Distributor

10.  Masyarakat umum

 

 

 

 

 

C.    Kegiatan operasional penanggulangan anemia gizi untuk remaja putri dan wanita usia subur

Kegiatan penanggulangan anemia gizi untuk remaja putri dan wanita usia subur adalah melakukan promosi atau kampanye tentang anemia kepada masyarakat luas, ditunjang dengan kegiatan penyuluhan kelompok serta konseling yang ditujukan secara langsung pada remaja putri dan wanita usia subur melalui wadah yang sudah ada di masyarakat seperti sekolah, pesantren, tempat kerja (formal atau informal), organisasi dan LSM bidang kepemudaan, kesehatan, keagamaan dan wanita. Untuk alternatif penyelesaian masalahnya dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1.      Suplementasi Zat Besi

Pemberian suplemen zat besi menguntungkan karena dapat memperbaiki status hemoglobin dalam waktu yang relatif singkat. Di Indonesia pil besi yang umum digunakan dalam suplementasi zat besi adalah frrous sulfat.

2.      Meningkatkan Konsumsi Pangan Mengandung Zat Besi

Faktor utama yang menyebabkan terjadinya anemia  besi adalah kurangnya konsumsi zat besi yang berasal dari makanan, atau rendahya absorbsi zat besi yang ada dalam makanan. Ketersediaan zat besi dari makanan yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh akan mengakibatkan tubuh mengalami anemia besi. Konsumsi makanan yang cukup jumlahnya dan macamnya akan menjamin kesehatan. Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan yang berasal dari hewani.

3.      Mengatur Pola Makan

Dengan memperhatikan pola makan, diharapkan kebutuhan zat besi pada masing-masing individu dapat terpenuhi sebagaimana yang dibutuhkan, dengan cara menerapkan pola makan yang baik  dan bergizi seimbang.

 

 

 

 

 

 

D.    Pembinaan dan pengawasan petugas lintas sector

1. Kecamatan : Sekolah/Puskesmas/tempat   kerja/organisasi   kesehatan,   wanita,   pemuda  dan keagamaan :

a. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan kepada Remaja Putri/Wanita.

b. Menyediakan paket penyuluhan/kurikulum kesehatan dan gizi untuk Remaja Putridan Wanita.

c. Melaksanakan   koordinasi   dengan   camat   oleh   jajaran   kesehatan,   pendidikan,agama dan instansi terkait untuk kelancaran pelaksanaan program.

d. Mengadakan koordinasi dengan tempat tersedianya Tablet Tambah Darah.

e. Melaksanakan penyuluhan kesehatan dan gizi serta konseling.

2.. Daerah Tingkat II :Kantor Depdikbud, Kandepkes, Dinkes, dan Kantor Depag Kabupaten/ Kotamadya :

a. Melaksanakan pengadaan dan pendistribusian paket penyuluhan/ kurikulum untuktiap kecamatan.

b. Melaksanakan koordinasi dengan Pemda Tingkat II Kabupaten/ Kotamadya daninstansi terkait serta LSM.

c. Melakukan koordinasi dengan Pedagang Besar Farmasi (PBF) atau distributortentang distribusi Tablet Tambah Darah.

d. Mengadakan   pemantauan   ke   sekolah/pesantren/tempat   kerja/organisasi   bidangkesehatan/wanita/kepemudaan/keagamaan.

3. Daerah Tingkat I :

a. Merencanakan   kebutuhan   paket   penyuluhan/kurikulum   kesehatan   dan   gizi,pengadaan dan distribusi untuk tiap kabupaten/kotamadya.

b. Melakukan koordinasi dengan Pemda Tingkat I Propinsi dan instansi terkait serta LSM.

c. Melakukan koordinasi dengan Pedagang Besar Farmasi (PBF) atau distributortentang distribusi Tablet Tambah Darah.

d. Melakukan   pemantauan   ke   Daerah   Tingkat   II   Kabupaten/Kotamadya   dan Kecamatan

4. Pusat :Depdikbud, Depkes, dan Depag :

a. Melakukan koordinasi dalam penyusunan paket penyuluhan/kurikulum kesehatandan gizi, pengadaan dan distribusi untuk tiap propinsi.

b. Melakukan   koordinasi   dengan   produsen   tentang   penyediaan   Tablet   Tambah Darah.

c. Melaksanakan koordinasi dengan lintas sektor lain (Depsos, BKKBN) serta LSM tentang pengembangan dan pelaksanaan Program Penanggulangan Anemia Gizi untuk Remaja Putri dan WUS.C/Anemia/1/AnmGiz

d. Melakukan   pemantauan   ke   Daerah   Tingkat   I   Propinsi,  Daerah Tingkat   II Kabupaten/Kotamadya dan Kecamatan.

E.     Evaluasi program

Untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan program Penanggulangan Anemia Gizi untuk Remaja Putri/WUS, perlu dilakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan. Kegiatan evaluasi meliputi :

A.Kelancaran logistik dan dana.

B.Pelaksanaan kegiatan penyuluhan, pembinaan deteksi dini dan konseling.

C.Survei Cepat Kelainan Gizi.

D.Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT).

E.Penelitian atau studi.

Ø  Indikator keberhasilan antara lain :

A.Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (PSP) Remaja Putri/Wanita tentanganemia gizi.

B. Cakupan distribusi dan konsumsi Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri/Wanita.

C. Kepatuhan minum Tablet Tambah Darah.

D. Menurunnya prevalensi anemia pada Wanita Usia Subur khususnya Remaja Putri.

Hasil evaluasi sangat bermanfaat sebagai bahan perencanaan lebih lanjut.

 

(sumber : http://docplayer.info/160293-Pedoman-penanggulangan-anemia-gizi-untuk-remaja-putri-dan-wanita-usia-subur.html (diakses: rabu,09 Maret 2016 pukul 20:52))

 

 

 

 

 

F.     Contoh leaflet/flayer terhadap penanggulangan terhadap anemia gizi untuk remaja putri dan wanita usia subur

v  CARA MENCEGAH  DAN  MENGOBATI ANEMIA

a.       Meningkatkan Konsumsi Makanan Bergizi

1.      Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe)

2.      Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun singkong, bayam, jeruk dan tomat) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.

b.      Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah (TTD)

c.       Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti : kecacingan, malaria, dan penyakit TBC.

PROGRAM PENANGGULANGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DAN WANITA MEMERLUKAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM RANGKA KEMANDIRIAN

 
 

 


                                                                    

 

REMAJA PUTRI DAN WANITA DIANJURKAN MINUM TABLET TAMBAH DARAH AGAR SENANTIASA SEHAT, SEGAR BUGAR, BERSERI, DAN BERSEMANGAT

 
 

 

 
Copyright © 2013. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Template Modify by Blogger Tutorial
Proudly powered by Blogger