Pages

Tampilkan postingan dengan label OPINI CORONA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label OPINI CORONA. Tampilkan semua postingan

Pesantren Tangguh

 

Pesantren Tangguh

Oleh : Syafaat

Ya Allah, hindarkanlah kami dari resesi ekonomi, bala, penyakit, kekejian, kemunkaran,peperangan, kesulitan-kesulitan dan berbagai petaka baik yang Nampak maupun tersebunyi. (dan) Dari negeri kami khususnya, sertadari negeri kaum muslim pada umumnya. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Bisa dibayangkan jika terpaparnya covid-19 hingga ratusan dlingkungan pendidikan  tersebut bukan di pondok pesantren, terlebih jika menimpa pada lembaga pendidikan yang peserta didiknya tidak diasramakan, mereka akan bertemu banyak orang diluar lembaga pendidikannya, baik terhadap keluarga maupun lingkungan disekelilingnya. Bagaimana ribetnya menelusuri orang orang yang melakukan kontak langsung dengan orang yang terpapar covid-19 karena selepas dari embaga pendidikan mereka melakukan aktifitas diluar lembaga pendidikan, juga tidak adanya tempat khusus untuk melakukan karantina terhadap mereka yang terpapar covid-19, karena lembaga pendidikan selain pesantren sebagian besar tidak dilengkapi dengan sarana asrama.


Pondok pesantren di desain melakukan pendidikan dan pembelajaran terpadu selama 24 jam, sehingga semua aktifitas para santri dilakukan secara teratur dan terjdwal yang diharapkan menjadi pembiasaan hingga para santri tersebut kembali ke masyarakat. Model pendidikan di Pesantren ini banyak di akomodir oleh beberapa lembaga pendidikan dengan menerapkan pendidikan diasramakan. Beberapa lembaga pendidikan kedinasan dengan model diasramakan juga tetap melakukan aktifitas pembelajaran. Aktifitas keluar masuk kedalam asrama tersebut melalui prosedur yang ketat bukan hanya masa pandemi covid-19, namun menjadi aturan yang diterapkan sehari hari, terlebih dimasa pandemi seperti sekarang ini, sehingga tidak ada kontak langsung penghuni asrama dengan pihak luar.

Pondok pesantren selain melakukan pendidikan keilmuan, juga melakukan pendidikan karekter keagamaan terhadap para santri. Mental keagamaan yang kuat tersebut sangat penting, terlebih ketika menghadapi masalah seperti sekarang. Dengan mental yang kuat, jiwa yang sehat, serta kondisi lingkungan yang mendukung sangat berpengaruh terhadap imunitas tubuh seseorang, sehingga lebih kebal ketika terkena penyakit dan virus menular. Pikiran positif yang selalu ditanamkan kepada santri bukan hanya membentuk mentalitas yang tangguh, namun juga akan membentuk antibody dalam tubuhnya.

Aktifitas santri dilingkungan pondok pesantren bukan halnya menuntut ilmu keagamaan semata, namun berbgai macam Ilmu dan kecakapan hidup juga diajarkan dilingkungan pondok pesantren, karennya lulusan pondok pesantren relatif dapat hidup mandiri ketika kembali ke masyarakat. Aktifitas olahraga juga teratur dilakukan dilingkungan pesantren, sehingga tidak heran ketika banyak santri yang terpapar covid-19 di salah satu pesantren di Kabupaten Banyuwangi, mereka melakukan pertandingan olahraga antar asrama karantina, sebuah aktifitas untuk meningkatkan imunitas tubuh. Kecerian mereka seakan tak berkurang meski terpapar corona. Bagi para santri ini (mungkin) covid-19 tak ubahnya seperti flu biasa yang akan hilang dengan sendirinya dan dijaga agar tidak menular kepada yang lain.

Pesantren yang dilengkapi dengan asrama dan kampus pendidikan formal dapat digunakan sebagai karantina bagi mereka yang terpapar covid-19. Disiplin santri dan adanya gedung yang memadai untuk karantina tersebut dapat dijadikan sebagai modal utama agar virus corona yang menghinggapi mereka segera menyingkir dari tubuhnya. Terlebih dengan keceriaan anak anak yang masih tetap melakukan aktifitas rutin dengan tetap menerapkan protokol kesehatan tak menyurutkan niat menggapai cita cita, mereka sudah terbiasa jauh dari orang tua, sudah terbiasa hidup dengan teman temannya, karenanya ketika mereka terpapar covid-19 dan harus dikarantina, mereka tidak menjadi beban, karena dikarantina tak ubahnya juga hidup dipesantren seperti sedia kala, dengan sedikit perbedaan, mereka dikarantina bersama rekan rekannya yang juga terpapar covid-19.

Tidak heran ketika ada santri yang sudah sembuh dafri covid-19, mereka menolak ketika diajak pulang kerumah orang tuanya, karena anak anak ini menikmati kegiatan dipesantren, mereka masih dapat mengaji dan beraktifitas bersama rekan rekannya, dapat memberikan semangat kepada rekan rekannya yang masih terpapar covid-19 yag masih di karantina. Disiplin yang diterapkan dipesantren mempercepat penyembuhan bagi santri yang terpapar corona.

Beberapa video yang beredar di media sosial menggambarkan kehidupan para santri yang dikarantina jauh dari rasa cemas dan takut. Dalam video tersebut terilhat aktifitas para santri yang tetap melakukan aktifitas ibadah sebagaimana mestinya, melakukan senam bersama dan aktifitas lainnya. Permainan adu ketangkasan juga tetap dilakukan seakan tidak terjadi apa apa. Mereka benar benar tangguh dengan mental yang kuat dalam menghadapi ujian yang menurut kita seakan terasa berat, senyum ceria masih tetap terlintas meskipun ada perasaan was was.

Para santri ini akan lebih aman berada dilingkungan pondok pesantren, aktifitas mereka akan lebih terjaga. Lingkungan pesantren yang ketat juga mempersempit ruang gerak penularan virus, meskipun jika terkena akan mudah penyebarannya, namun juga lebih mudah penangannya.  Covid-19 yang menimpa mereka adalah peringatan bagi kita semua agar lebih disiplin dan mentaati protokol kesehatan. Virus yang tak kasat mata mungkin ada disekitar kita, atau jangan jangan kita yang membawa virus tersebut. Ketika anak anak berada di rumah, tidak ada jaminan bagi anak anak untuk tidak beraktifitas diluar rumah, terlebih belum sepenuhnya tempat tempat umum menerapkan dengan ketat protocol kesehatan, bisa jadi anak anak yang berada dirumah tersebut terkontaminasi dengan mereka yang terpapar covi-19 yang akan berdampak terhadap diri dan keluarganya.

Pondok pesantren memberikan sumbangsih besar terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Baik ketika merebut dan mempertahankan kemerdekan maupun dalam  Pembangunan pendidikan. Lembaga pendidikan di pondok pesantren dibangun dan dikelola secara swadaya, output dari pondok pesantren banyak yang menjadi tokoh Nasional maupun Internasional. Solidaritas masyarakat maupun antar pondok pesantren ketika menghadapi musibah menjadi salah satu perwujudan bahwa pesantren sangat dibutuhkan di Indonesia sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan ideal yang banyak diadopsi oleh lembaga pendidikan lain.

Solidaritas yang dilakukan beberapa Pondok pesantren, baik dalam bentuk motivasi, serta bentuk kepedulian lain (bantuan dana) dari masyarakat untuk penanganan pesantren yang terpapar covid-19 merupakan slah satu bentuk rasa peduli sebagaimana moto “kita peduli, kita bisa atasi”. Namun seringkali kita lupa untuk menjaga diri kita sendiri agar tidak terpapar virus tersebut. Seringkali kita memakai masker hanya karena takut terkena razia.

Penulia anggota Termina Literasi Pegawai Kemenag Kab. Banyuwangi.

RUMAHKU MADRASAH PEMBELAJARAN JARAK JAUH

 RUMAHKU MADRASAH PEMBELAJARAN JARAK JAUH

OLEH : Saeroji

Undang Undang Nomor 20 Tahun  2003 tentang Sistem Pendidikan  Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa  dan negara. Kata kunci dari pendidikan nasional ini pada nilai-nilai kepribadian akhlak mulia, agama, kebudayaan nasional Indonesia

Pendidikan di era pembelajaran Jarak Jauh/PJJ pada masa pandemi covid 19, telah memberikan nuansa baru dalam proses pembentukan keilmuan pada peserta didik, guru, orang tua , siswa dan masyarakat secara total beralih pada proses belajar mulai dari tempat belajar, sarana belajar, metode belajar dan mengajar, bahan ajar, waktu belajar semua itu berorientasi pada ilmu tehnologi sebagai sahabat kita, disamping itu menjadi sahabat yang sangat akrab adalah orang tua baik ayah atau ibu atau kakak dan adik dimana keluarga tersebut sangat lengkap. Pembelajaran jarak jauh memberikan suasana baru dan memberikan fungsi dan peran orang tua sebagai pendidik sejati selama 24 jam tanpa karat,  tentu ini membuat orang tua juga berancang ancang untuk mendesain bagaimana materi pembelajaran yang telah di sampaikan oleh sang guru terserap dengan baik karena pendampingan sang ibu atau ayah telah hadir bersama anak di sampingnya sebagai jembatan atas apa yang telah tersampaikan oleh gurunya.

Pendidikan spiritual, pengendalian diri, pembentukan kepribadian berkarakter, kecerdasan, serta akhlak mulia ini menjadi ladang Uswah bagi ayah dan ibu dalam lingukungan rumah, segala tingkah Laku perbuatan dan prilaku orang tua menjadi bagian rekaman yang suatu saat akan di vidiokan untuk di tonton  di cermati lalu di praktekkan oleh anak. Lingkungan rumah yang ramah, sejuk menyenangkan memberikan pendidikan yang akan melahirkan karakter  yang kuat mandiri bahkan cakupan kepribadian insani yang iman dan akhlak.

Menurut Syaekh Hasan Albanna pembentukan  kepribadian atau karakter dalam Islam mencakup sepuluh aspek diantaranya : akhlak yang bersih, ibadah yang lurus, wawasan yang luas, fisik yang kuat, perjuangan diri sendiri hingga bermanfaat untuk orang lain. Saatnya sekarang orang tua bersama guru untuk mendesain pembelajaran berbasis rumah atau keluarga.

Bagaimana peran orang tua dalam Pembelajaran Jarak Jauh/PJJ pada masa pandemi covid 19 ? amanat undang undang pendidikan bahwa  anak sebagai aset negara yang harus mendapatkan pendidikan yang layak dalam situasi dan kondisi apapun, tingkat keberhasilanya orang tua memiliki andil besar dalam mengawal pendidikan ini. Pertama, Pembelajaran Jarak Jauh bisa terlaksana dengan interaksi yang baik antara guru dan siswa dan pendampingan orang tua, bahan ajar tersampaikan dengan baik karena adanya umpan balik dari guru kepada siswa dan orang tua memberikan kontrol secara terus menerus atas tugas yang di berikanya. Kedua, hadirnya orang tua kepada anak anaknya dalam setiap pembelajaran untuk memberi motivasi agar seberat apapun tugasnya tetap dikerjakan dengan penuh tanggung jawab, ini semua bisa terlaksana bila tingkat strata pendidikan orang tua mampu mengupdate perkembangan pendidikan saat ini. Lalu bagaimana bila orang tua yang memiliki strata pendidikan belum sebanding dengan perkembangan pendidikan saat ini ? Orang tua sebagai sosok primadona dalam keluarga tentu memberi nuansa baru terhadap tugas-tugas yang diberikan guru kepada anaknya, peran utamanya memberikan pendampingan moril sentuhan dan belaian kasih sayang yang luar biasa agar spirit hati dan semangat belajar menjadi energi baru dalam mengerjakan seluruh tugas dari guru sehingga capaianya pun bisa sesuai target yang di inginkan oleh anak dan guru.

Rumah memiliki fungsi edukasi, rumah sebagai tempat menimba ilmu yang didalamnya timbulnya bakat, minat bahkan talenta anak bisa di gali potensinya menjadi sosok insan yang memiliki multi talenta dan daya kompetitifnya bisa di pertaruhkan. Pemahaman pskologi jiwa anak bagi orang tua amat sangat penting lebih lebih di saat Pembelajaran Jarak Jauh/PJJ ini beban berat bagi kita semua termasuk orang tua, anak juga guru, maka konsep manejemen pembelajaran/edukasi ramah lingkungan sesuai dengan kebutuhan adalah keniscayaan untuk di terapkan dan di aplikasikan agar hasil pembentukan karakter mulia dan inteltual yang bagus bisa tercapai secara maksimal.

Pembelajaran Jarak Jauh/PJJ telah menginspirasi semua pihak guru, siswa, orang tua, akan tetapi pendidikan karakter, pembiasaan baik, praktek ketrampilan dan juga forum diskusi dalam pemecahan problem yang sangat membutuhkan kehadiran sosok guru tidak akan di temukan dalam Pembelajaran Jarak Jauh, sehingga kondisi seperti ini memberikan pembelajaran bahwa peran Guru tak tergantikan. Maka hadirnya sang idola yakni orang tua ayah atau ibu memiliki peran strategis dalam mengawal pendidikan baik secara inteltual maupun pembentukan karakter yang utuh.

Optimalisasi pembelajaran dan pendidikan yang dilakukan orang tua dalam lingkungan keluarga harus memberikan suport dan penguatan yang lebih variatif juga bersinergi dengan panduan guru dalam memberikan bahan ajar yang lebih fleksibel. Capain dari pendidikan berbasis keluraga di saat pandemi covid 19, untuk menguatkan akan pembentukan karakter, kepribadian anak yang sehat lahir dan bathinya, atas hilangnya pembelajaran tatap muka yang telah terjadi cukup panjang dan sampai kapan ini akan berakhir, tentu ini bagian dari Tim Kesehatan yang lebih memahami. Mendidik, membimbing yang pada prinsipnya adalahmenjadi kewajiban pertama dan utama bagi orang tua (Home schooling) yang saat ini sudah menjadi trend di dunia pendidikan,maka peran utama orang tua dalam membentuk kepribadian Budi pekerti yang luhur, Akhlakul Karimah memiliki kesempatan yang baik untuk memberikan pendidikan terbaiknya kepada anak anak di saat pandemi covid 19. Di. Sini sangat nampak sekali Bahwa rumah adalah tempat terbaik juga dalam mempersiapkan generasi  emas generasi cemerlang karena peran orang tua telah menemukan jati dirinya sebagai figur Mudaris yang Humanis.Alhasil Pembelajaran Jarak Jauh telah memberikan tempat dan poisisi bahwa orang tua sebagai bagian terdepan dalam mengawal pendidikan dan suksesnya pembelajaran yang sekaligus memiliki misi  anak utuh, anak tangguh dan anak siap sungguh menuju akselerasi pendidikan yang  sangat hebat dan memiliki martabat unggul. “ Jalan jalan ke kota Jakarta, tidak lupa membeli burger, pagi  sudah tiba, ayo kita belajar “

 Penulis : Kepala MAN 1 Banyuwnagi / Ketua MWC NU Kecamatan Bangorejo



Gejolak Kegiatan Agustusan di Tenggah Covid-19

 Gejolak Kegiatan Agustusan di Tenggah Covid-19

Oleh : Vina Zulviana Nafilla

 

Peringatan di hari spesial merupakan salah satu hal yang tak bisa lepas dalam diri setiap orang, tak terkecuali warga negara Indonesia. Apalagi kalau itu di bulan Agustus, waktu di mana bangsa Indonesia mengumumkan diri bahwa telah terbebas dari jeruji besi bangsa penjajah. Masyarakat pastinya merasa antusias menyambut berbagai kegiatan di bulan Agustus yang dinanti-nantikan. Tapi apakah masih bisa? Di tengah pandemi seperti saat ini, apa mungkin lomba 17-an, pawai kostum, dan kegiatan lainnya yang menimbulkan kehadiran banyak orang tetap bisa dilaksanakan? Pasti bisa terlaksana jika dalam kegiatan tersebut semuanya mematuhi dan menjalankan protokol kesehatan. Misalnya sering mencuci tangan, selalu menjaga jarak dengan orang lain, dan juga memakai masker.

Di masa pandemi seperti saat ini kesehatan jiwa memang yang utama tapi kesehatan rohani pun tak boleh diabaikan. Jika kesehatan mental kita tetap terjaga, pastinya kesehatan raga juga akan selalu terjaga. Dari dulu mencari pekerjaan memang tak bisa di bilang mudah, apalagi di saat virus merajalela seperti sekarang. Bukan tak mudah lagi tapi super luar biasa susahnya. Dan hal itu besar kemungkinan membuat beban pikiran tersendiri bagi orang-orang. Beban pikiran yang semakin lama semakin menumpuk tidak boleh di abaikan begitu saja, karena efek akhirnya bisa meruntuhkan sistem imunitas tubuh. Oleh karena itu, menghibur diri sebenarnya juga dibutuhkan. Salah satunya adalah mengikutkan diri dalam kegiatan 17 Agustusan. Selain tidak dipungut biaya pastinya bisa memunculkan gelak tawa karena tingkah lucu selalu saja hadir dalam kegiatan tersebut.

Tapi yang dulu tidak sama dengan sekarang, kegiatan Agustusan tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Diperlukan fasilitas tambahan seperti sabun cucu tangan, hand sanitizer, dan keperluan semacam lainya guna melindungi kita dari resiko besar terpapar Covid-19. Tapi jika semua itu tak diimbangi dengan kesadaran setiap orangnya, fasilitas seperti sabun cuci tangan juga sama sekali tidak ada gunanya. Sabun cici tangan, hand sanitaizer, bak yang mengalirkan air, bahkan sepanduk bertuliskan 'selalu jaga jarak' atau pun 'cuci tangan sebelum masuk' yang sudah disiapkan di depan area masuk acara berlangsung tidak akan berguna jika orang-orang hanya melewatinya bagai pajangan. Maka diperlukan satu atau dua orang yang menjaga di pintu masuk guna menegur orang yang mengabaikan protokol kesehatan seperti tidak mencuci tangan atau bahkan tidak mengenakan masker. Itu adalah misal jika kegiatan Agustusan dilakukan di lingkungan terbuka. Di masa serba canggih dengan teknologi seperti saat ini, kegiatan Agustusan pun bisa dilakukan tanpa perlu keluar rumah. Mulai dari Facebook, Twitter, sampai Instagram pastinya menawarkan berbagai perlombaan yang menggiurkan bagi para peminatnya. Seperti desain logo atau spanduk serta konten video kreatif bertemakan 'Semarak Kemerdekaan Indonesia'.

Memang tidak semua perlombaan itu gratis, ada yang mungkin dalam persyaratan mengikutinya dicantumkan nominal pendaftaran. Tapi biaya pendaftarannya pun selalu tidak sampai membuat peminatnya mundur ketika melihat nominal rupiahnya. Jika niat mengikuti sudah tertanam dalam hati, biaya sebesar apapun pasti dapat dipenuhi. Apalagi kalau dalam perlombaan tersebut dijanjikan hadiah bagi para pemenangnya. Kalah dalam perlombaan memang sudah biasa terjadi. Penantangnya juga pasti tak bisa diremehkan. Pertanyaan bisa atau tidaknya memenangkan suatu perlombaan jelas selalu menghantui. Intinya usaha dan berdoa saja dulu, apapun hasilnya serahkan pada Yang Maha Esa. Kalau menang ya berarti rezeki, kalau tidak ya berarti kemenangan itu bukan yang terbaik untuk kita dapatkan. Bisa saja setelah memenangkan lomba tersebut kita jadi sombong dan atau mungkin saja kita malah menggunakan hadiah dari kemenangan tersebut untuk hal yang tidak baik. Selain merugikan diri sendiri pastinya akan merugikan orang lain.

Seperti menang dan kalah dalam pertandingan, di masa pandemi seperti saat ini, sebenarnya kita juga sedang berlomba-lomba menghadapi musuh yaitu Covid-19. Yang menang akan selamat dan yang kalah bisa terbaring di rumah sakit mendapat perawatan atau mungkin saja bisa meninggal. Jika ingin menang dalam persaingan ini tentunya membutuhkan usaha dan doa. Tak bisa kan kita hanya berpangku tangan dan tiba-tiba menang begitu saja. Walau tak besar pasti ada usaha serta doa saat kita menginginkan sesuatu. Seperti melawan virus ini, kita bisa melakukan usaha seperti rajin mencuci tangan, menggunakan hand sanitizer dan memakai masker jika keluar rumah, serta selalu menjaga jarak dengan orang lain karena bisa saja kita terinfeksi virus ini atau malah kita yang membuat orang lain terinfeksi. Bisa juga dengan selalu menjaga wudhu, karena saat berwudhu secara otomatis kita akan selalu menjaga jarak dengan orang lain dan secara otomatis pula bisa mencegah kita terpapar Covid-19.

Di sisi lain usaha, doa juga sangat penting. Berdoa agar pandemi ini segera berlalu agar keadaan segera kembali normal. Jika keadaan sudah kembali seperti biasanya, kita pun bisa mengadakan dan mengikuti kegiatan 17 Agustusan seperti tahun-tahun sebelumnya pula. Mungkin kegiatan Agustusan di lapangan terbuka tidak boleh dilaksanakan tapi masih banyak kegiatan positif yang bisa kita lakukan guna memeriahkan kemerdekaan Indonesia di tahun ini. Seperti perlombaan dalam media sosial tadi contohnya. Walau proses kegiatannya tidak membuat kita berada dalam satu lokasi, tidak bertemu secara langsung. Namun, rasa nasionalisme akan selalu melekat dalam diri kita. Karena kita Indonesia dan karena kemerdekaan ini adalah milik kita.

*Penulis adalah Siswa Kelas XI MIPA MAN 3 Banyuwangi di Srono

Peringatan Kemerdekaaan dimasa Pandemi

Peringatan Kemerdekaaan dimasa Pandemi

Oleh : Kavita Dela Agustin

Kemerdekaan adalah di saat suatu negara meraih hak kendali penuh atas seluruh wilayah bagian negaranya. Pada 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan sebagai bangsa yang bebas dari kekuasaan bangsa lain, bebas mengibarkan bendera merah putih, bebas merasakan hasil dari tanah bangsa sendiri. setiap tanggal 17 Agustus rakyat Indonesia selalu merayakan hari kemerdekaan bangsa Indonesia dengan mengadakan upacara peringatan kemerdekaan setiap tahunnya yang di gelar di Istana Negara hingga ditingkat Kecamatan. Banyak festival dan ajang perlombaan yang di gelar untuk memeriahkan hari kemerdekaan, seperti lomba panjat pinang, balap karung, dan lomba makan kerupuk dan festival memakai baju adat di setiap daerah di Indonesia. Juga sebagai acara yang turut memeriahkan hari kemerdekaan, dan banyak hal positif dari acara-acara tersebut, karena perlombaan dan festival di hari kemerdekaan sangat mendidik dan dapat membuat rasa nasionalisme semakin tinggi mengingat perjuangan para pahlawan demi kemerdekaan bangsa Indonesia.

Tahun 2020 ini banyak hal yang terjadi pada Indonesia bahkan dunia, salah satunya munculnya virus covid-19 yang berawal dari daerah Wuhan di Cina yang membuat semua orang ketakutan karena bentuknya yang tak terlihat dengan mata telanjang dan pengaruh negatif yang dibawanya. Munculnya virus ini membuat banyak kerugian pada setiap negara yang terdampak. Bahkan kerugian setiap individual, banyak acara-acara penting harus di tunda bahkan di batalkan karena virus covid-19 ini. Di Indonesia pandemi covid-19 sangat merugikan negara dan masyarakat, ekonomi negara dan penghasilan masyarakat turun drastic, bahkan sampai tidak ada pendapatan sama sekali. Pada detik-detik menuju hari kemerdekaan Indonesia yang ke-75 kasus covid-19 di Indonesia semakin bertambah, adanya pandemi pada tahun ini pasti sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan upacara kemerdekaan yang biasa di selenggarakan setiap tahunnya dan pasti ada perbedaan karena pelaksanaan harus mengikuti protokol kesehatan yang diajukan pemerintah.

Pasti kita sudah membayangkan perbedaan upacara kemerdekaan tahun ini dengan tahun yang lalu membayangkan para petugas upacara dan para peserta memakai masker, menjaga jarak antara satu dengan yang lainya, acara festival dan ajang perlombaan yang biasa di laksanakan bisa saja pada tahun ini di lewatkan demi mengurangi penularan covid-19. Dimasa pandemi seperti ini kita harus taat pada peraturan pemerintah tentang pelaksanaan protokol kesehatan, karena jika warga mengabaikan protokol kesehatan yang telah ditetapkan, maka sudah pasti penularan covid-19 di Indonesia semakin menyebar dan meningkat angka kasusnya, data yang diperoleh hingga tanggal 7 Agustus 2020 kasus covid-19 di Indonesia sudah menempati peringkat ke-2 di Asia Tenggara.

Pemerintah sebenarnya sudah menegaskan peraturan tentang pentingnya menjaga jarak dan memakai masker, tetapi tetap saja banyak masyarakat yang melanggar peraturan tersebut sehingga semakin banyak yang terkena virus covid-19. Di detik-detik hari kemerdekaan bangsa Indonesia seharusnya lebih perduli tentang kasus covid-19 agar pandemi ini segera berlalu, dan semua kembali normal. Bukan hanya kepedulian, tetapi juga ketaatan terhadap peraturan pemerintah tentang pelaksanaan protocol kesehatam tentang pencegahan penularan covid-19.Jika pandemi ini berakhir maka semua kegiatan akan kembali normal, seperti dibidang pendidikan, siswa-siswi akan mulai masuk dan bertatap muka kembali dan tidak melalui jalur online atau daring lagi, termasuk dalam bidang ekonomi dan pariwisata. Namun dengan datangnya virus covid-19 ini bisa membuat banyak pelajaran yang bisa kita ambil hikmahnya, manfaatnya, pengalaman dan nilai sejarah yang tidak kita ketahui sebelumnya. Kita tahu sejarah dunia kesehatan masa lampau, bahkan tidak terpikirkan untuk mengorek informasi sedikitpun, dan saat ini kita menjadi pelaku sejarah bahwa pernah ada pandemi  yang melanda seluruh dunia.

Pro dan kontra akibat virus covid-19 ini salah satunya di dunia pendidikan. Saat ini pendidikan jalur online atau daring sudah di lakukan hampir di seluruh daerah, karena di lakukannya pendidikan daring ini, banyak siswa-siswi dan bahkan orangtua juga merasa kesulitan, mungkin karena faktor keberadaan rumah yang tidak bisa mendapatkan sinyal yang bagus, juga kondisi ekonomi. Banyak siswa-siswi yang mengeluh tidak memiliki kuota internet dan bahkan ada yang tidak memiliki handphone android. Disatu sisi ada pihak yang di untungkan dengan adanya pembelajaran daring ini seperti pihak bimbingan online sekarang menjadi jalur alternatif untuk siswa siswi yang ada di rumah tetap bisa belajar seperti biasannya, walau sebenarnya sekolah tetap memberi pelajaran dan materi seperti biasa namun itu masih kurang bagi siswa-siswi karena pengajaran online tidak terlalu efektif di bandingkan dengan sekolah offline atau tatap muka langsung.

Dibidang pariwisata juga terkena dampak dari pandemi virus covid-19 ini, pasti semua sudah tahu bahwa pariwisata termasuk sektor besar pemasukan negara tetapi karena adanya pandemi banyak pariwisata yang ditutup untuk mencegah penularan covid-19 besar kerugian yang dialami negara menjadi pemicu keterlambatannya mengirim bantuan sosial kepada masyarakat yang terkena bantuan sosial kepada masyarakat yang terkena dampak dari covid-19. Kemudian pada saat ini kita akan merayakan Indonesia merdeka yang ke-75 dan semua pasti berharap pandemi yang menyerang bangsa Indonesia akan segera berlalu dan sistem pendidikan dan semua masalah yang menimpa negeri ini akan menemui titik solusi dari permasalahan yang sedang terjadi di saat pandemi covid-19.

*Kavita Dela Agustin siswa kelas XI MIPA, MAN 3 Banyuwangi


Tinggalkan Sekolah Sebelum Terlambat

 Tinggalkan Sekolah Sebelum Terlambat

Oleh : Syafaat


"Saat ini, Indonesia sedang memasuki era di mana gelar tidak menjamin kompetensi. Kita memasuki era di mana kelulusan tidak menjamin kesiapan berkarya, akreditasi tidak menjamin mutu, kita memasuki era dimana masuk kelas tidak menjamin belajar," pernyataan Mendikbud Nadiem Makarim saat memberikan sambutan di acara serah terima Rektor Universitas Indonesia di Depok, Rabu (4/12/2019). Menjadi pembicaraan dikalangan akademisi. Pro dan kontra terhadap pernyataan tersebut terus bergulir berbanding dengan kebijakan Pemerintah dibidang pendidikan yang berpacu, mengejar, melawan dan berdamai ditengah pandemic covid-19.

Judul tulisan ini saya ambil dari sebuah buku karangan James Marcus Bach dengan judul lengkap "Tinggalkan Sekolah Sebelum Terlambat: Belajar Cerdas Mandiri dan Meraih Sukses dengan Metode Bajak Laut". Demikian metafora yang digunakan untuk mendeskripsikan aktifitas pembelajaran yang di dominasi dengan pemikiran heuristiknya yang liar, tanpa terkungkung dalam kurikulum. Yang mungkin saat ini dengan istilah yang didengungkan secara berbeda dengan istilah merdeka belajar.

Dalam bukunya tersebut James Marcus Bach menyampaikan bahwa ibarat sebuah perahu bajak laut yang berlayar bebas ditengah lautan tanpa tujuan dimana akan berlabuh, karena pelabuhan bukan satu satunya tujuan dari pelayaran. Bach menulis dalam bukunya: “Saya meninggalkan sekolah menengah karena bangku sekolah tidak membantu saya. Saya merasa bahwa saya membuang waktu. Jadi saya mengembangkan sebuah pendekatan sendiri terhadap pembelajaran. Saya belajar memprogram komputer. Dan Bach sukses menduduki jabatan bergengsi diperusahaan raksasa apel computer.

Tidak sedikit orang sukses yang tidak mempunyai gelar sarjana, bahkan pada periode pertama menjabat, Presiden Joko Widodo juga mempercayakan jabatan salah seorang menteri dari orang yang drop out dari pendidikan SMA, namuun sukses sebagai seorang pengusaha yang dimulainya dari nol, karena mengangap bahwa pendidikan yang saat itu digelutinya hanya akan berkutat pada sebuah teori, sedang yang diinginkannya adalah praktek nyata, dan itu didapatkannya ketika beliau mulai menjalankan usaha dibidang perikanan dri hasil laut yang membawanya sukses hingga dipercaya mengemban tugas sebagai nahkoda pada Kementerian Perikanan dan Kelautan.

Program merdeka belajar merupakan program kebijakan baru Pemerintah yang dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Indonesia Maju, esensi kemerdekaan berfikir harus dimulai dri guru, sebelum mengajarkannya pada siswa. Dalam kompetensi guru di level apapun, tanpa ada proses penerjemahan dari kompetensi dasar dn kurikulum yang ada, maka tidak akan pernah ada pembelajaran yang terjadi.

Setiap kita bertanggung jawab atas pikiran kita sendiri, dengan demikian pembelajaran adalah tanggung jawab pribadi, dan bukan merupakan tanggung jawab sekolah. Penjejalan berbagai materi pembelajaran yang tidak kontekstual dengan target nilai (menurut Bach) telah mereduksi esensi pembelajaran itu sendiri dalam kaitannya dengan pemecahan masalah dikehidupan nyata. Pembelajaran mandiri sangat membantu untuk membaca dan memahami dalam pemecahan masalah, pengembangan ide dab gagasan dengan menggunakan imajinasi liar sebagaimana bajak laut yang tidak terkungkung pada aturan bahkan target mencapai pelabuhan tertentu. Merdeka belajar meskipun masih dalam koridor kurikulum, namun memberikan ruang yang lebih luas bagi pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Pembelajaran tidak hanya dapat dilakukan dengan kegiatan tatap muka di bangsu sekolah dengan aturan aturan tertentu, namun juga dapat dilakukan dilar sekolah maupun classroom online.

Covid-19 benar benar memaksa anak anak meninggalkan bangku sekolah, beberapa diantaranya sukses mengembangkan bakat dalam menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk karya tulis sebagaimana kelompok Jurnalis Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Banyuwangi. Keterbatasan sarana bukan satu satunya penghalang untuk berkarya. Terbukti ada beberapa siswa yang tidak mempunyai Laptop, namun mampu menuangkan ide ide cemerlang di harian Radar Banyuwangi. Para siswa ini menuliskannya dalam fasilitas Note & memo dan kemudian meminta bantuan mentor pembimbing memindahkan kedalam bentuk Word maupun Rich Text Format (RTF).  Meskipun pada awalnya mereka juga kesulitan untuk mengirimkan berkas RTF dengan email melalui androidnya hingga terkirim 7 kali, namun pada akhirnya mereka menikmati.

Waktu pembelajaran secara daring yang dilakukan hanya beberapa jam membuat anak anak semakin banyak waktu untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan bakatnya. Hal ini membuat anak anak yang benar benar ingin belajar memanfaatkan waktu tersebut dengan memanfaatkan tehnologi, terlebih dengan adanya classroom online yang memungkinkan seorang siswa dengan cepat berpindah ruang maupun mengikuti pembelajaran dari classroom yang berbeda.

Imajinasi liar dalam dunia maya bukan hanya hunting pengetahuan dan pembelajaran,  bisa jadi mereka terjebak pada conten negative maupun permainan games yang tidak terkendali. Hal inilah yang sering dikhawatirkan sebagaimana perahu yang berlajar dan terjebak pada gelombang pusaran air, mereka belum tentu mampu menjadi nahkoda atas pikirannya sendiri. Dunia digital dari satu sisi memudahkan semua urusan, namun pada sisi lain juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan negative yang merugikan.

Pegembangan pengetahuan secara mandiri sangat perlu dilakukan, namun seakan kita masih terjebat dengan formalitas ijazah dan gelar akademis. Dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan perubahan dengan mengingat aturan yang diterapkan masih mewajibkan, karena secara umum lebih mudah menilai kemampuan seseorang dri ijazah dan gelar akademik daripada melakukan uji kompetensi tersendiri. Meskipun pada akhirnya kemampuan mandiri tanpa terjebak dalam gelar akademis yang lebih menentukan dalam pengembangan diri dalam meraih kesuksesan.


Penulis adalah ASN pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi.


<script data-ad-client="ca-pub-3419811707585229" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>



PEMBIASAAN KARAKTER VIA DARING DENGAN THREE GOOD WORD

PEMBIASAAN KARAKTER VIA DARING DENGAN THREE GOOD WORD

Oleh: Laeli Sigit

Pembelajaran daring/on line di masa New Normal ini merupakan tantangan tersendiri bagi guru, siswa, dan orang tua milenial. Bagaimana tidak, Kegiatan Belajar Mengajar yang seyogyanya melalui tatap muka langsung di kelas harus dirubah dengan pembiasaan baru yaitu dengan pembelajaran jarak jauh. Konsekuensinya siswa harus belajar mandiri di rumah, pembiasaan orang tua untuk mengontrol, mengawasi, mendampingi putra/ putrinya ketika belajar di rumah, dan bahkan memfasilitasi putra putrinya dengan biaya dan sarana yang lebih dari biasa untuk bisa mengikuti pelajaran dengan baik dari rumah.  Demikian juga guru yang dianggap sebagai ujung tombak untuk mengarahkan siswa- siswinya belajar di rumah dengan terpaut jarak. Ini adalah tantangan tersendiri.

Memang segala sesuatunya berpulang pada ketiga komponen tersebut baik siswa, guru maupun orang tua. Bisa saja sih salah satu, atau dua komponen tersebut kurang care, sehingga  efektifitas pembelajaran daring tidak tercapai. Jadi ketiga komponen tersebut harus saling menyadari bahwa keberhasilan siswa/ anak  dalam belajar diperlukan kekompakan ketiga komponen dengan win win solution.

Guru sebagai pengajar sekaligus pendidik dengan pembelajaran online ini memperoleh tantangan tersendiri. Sebagai pengajar guru dituntut secara administrasi terhadap pelaksanaannya dan implementasi tanggungjawab moral guru secara hakiki adalah bagaimana siswa dalam mengikuti pelajaran on line ini berproses. Dalam arti berproses untuk belajar  yaitu dimana yang tadinya siswa tidak tahu menjadi tahu, yang sudah tahu menjadi lebih paham, dan yang sudah paham akan lebih bisa mengerjakan/ menyelesaikan dengan baik dan benar dalam waktu singkat.

Guru sebagai pengajar dengan komitmen yang tinggi untuk bisa membawa siswa -siswinya berproses dalam belajar. Jadi dalam proses pembelajaran online pun tetap mengedepankan roh/ jiwa dari kegiatan belajar mengajar dengan gold setting pada berprosesnya,  bukan fokus pada hasil. Karena hasil merupakan efek  linearitas dari sebuah proses atau saya katakan bonus/ reward dari sebuah proses pembelajaran. Guru dituntut untuk melek teknologi dan dipacu untuk belajar meningkatkan kemampuan diri. Baik dalam hal membuat media pembelajaran berbasis teknologi, belajar menyampaikan pembelajaran yang efisien (biaya) dan efektif ( ketercapaian tujuan) tanpa terkendala jarak dengan  tetap memperhatikan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dengan esensi pemahaman isi/ konten dari sebuah materi pembelajaran.

Sedangkan  tantangan guru sebagai pendidik, ini lebih luas lagi karena profesi guru itu tidak mengikat dalam hal formal saja. Seperti dalam budaya Jawa ada akronim/ tembung kerata basa untuk kata “guru” adalah digugu lan ditiru. Artinya apa bahwa nota bene guru sebagai profesi yang dalam status kemasyarakatannya dituntut 24 jam untuk menjadi tauladan yang baik bagi masyarakat di lingkungannya. Sehingga apapun polah tingkah, tutur katanya menjadi sorotan atau bahkan center of interest bagi masyarakat sekitar. Nah disitulah tanggungjawab moral seorang yang berprofesi guru dibanding profesi yang lainnya.

Demikian juga dalam proses pembelajaran di rumah/ daring, titik sentral yang tidak kalah penting yaitu guru sebagai pendidik. Ini hal yang menarik, bagi saya ini adalah roh dari sebuah pembelajaran atau bahkan pendidikan formal sekalipun. Dalam bahasa tatanan formal dinamakan hidden curriculum. Dimana hidden curriculum di masa yang akan datang, bagi  siswa/ anak akan mampu memberikan nuansa penyesuaian diri yang berdampak pada pengambilan keputusan terbaik dari berbagai alternatif pilihan yang baik. Bahkan menjadi core of life skill bagi anak di masa yang akan datang. Walaupun kadang hidden curriculum dalam teorinya hanya sebagai pelengkap atau penyempurna kurikulum formal atau hal yang saling melengkapi antara keduanya.

Bagaimana pembiasaan karakter via daring dengan three good word? Yaitu pembelajaran daring dalam komunikasinya senantiasa menggunakan kata “tolong, terima kasih, dan maaf. Pembelajaran daring memang tidak boleh lepas dari pembentukan karakter, walaupun seakan tidak mungkin karena tidak langsung dan terpaut jarak. Karakter dalam pembelajaran daring harus tetap ada. Komunikasi antara guru dan siswa baik via lisan maupun tulisan melalui whatsapp, video, telepon, media radio, media TV, handy talkie dan lain-lain dilakukan dengan membiasakan dengan kata tolong, maaf, maaf dan terima kasih.

Ketiga kata tersebut memang sering kita dengar dan familiar di telinga kita, akan tetapi kadang karena alasan tertentu kata-kata tersebut terlewatkan begitu saja. Kemungkinan masih merasa canggung untuk mengatakan karena belum terbiasa, enggan, atau tidak mau atau bahkan tidak tahu. Dalam komunikasi pembelajaran daring juga perlu pembiasaan menggunakan kata- kata tersebut dalam rangka mendekatkan hubungan antara guru dan siswa, mencairkan kekakuan pembelajaran sehingga siswa ketika menerima pelajaran tetep enjoy  sehingga dalam memahami pembelajaran akan lebih mudah dan paham.

Ketika guru menyuruh siswa hendaknya guru mengawali dengan kata “ tolong “ . Karena ketika guru mengawalinya dengan tanpa kata tolong, kalimat yang diucapkan akan terdengar seperti perintah dan tak sadar akan bisa menyinggung perasaan. Misalkan “Tolong buka materi dan tugas di file power point yang ibu share ini serta perhatikan petunjuk cara pengiriman tugas dan penilaiannya!”. Dengan kata “ tolong” maka siswa yang disuruh untuk membuka materi tersebut tentunya akan dengan senang hati membuka materi tersebut ( minimal sungkan untuk tidak membuka materi), dan tanpa ada keterpaksaan karena siswa merasa dihargai sebagai pribadi yang utuh ( kalau dalam bahasa jawanya “ diuwongke”). Selain itu guru akan memberikan kata “ terima kasih “ dan “ maaf”  ketika siswa telah mengirim tugas ke guru. Misal , “Terima kasih tugas kamu sudah ibu terima, dan maaf masih nunggu antrian koreksi, mohon sabar ya….”.

Dengan guru senantiasa legowo untuk membiasakan 3 kata tersebut dalam berkomunikasi secara daring kepada siswa secara tertulis sekalipun, otomatis guru memberikan contoh langsung kepada siswa. Ketika menyuruh siswa dengan kata tolong sebelum kata perintah yang lain, meminta maaf jika guru memang kebetulan salah. Misal ada kesalahan cetak ataupun salah penjelasan dalam materi daring, maka dengan kerendahan hati seorang guru harus berani minta maaf kepada siswanya. Atau bahkan memberikan kata terima kasih pada siswanya ketika siswa memberi masukan yang sifatnya membangun pada guru. Sehingga dengan pembiasaan/ membudayakan menggunakan kata tolong, terima kasih, dan maaf, harapannya siswa akan mencontoh dan membiasakan diri untuk mengatakan 3 kata tersebut dalam komunikasi pembelajaran daring. Sebagai contoh, Siswa : “ Maaf Bu,  transaksi tanggal 6 itu belum dikurangi ya bu?” Misal ada chat wa seperti ini dari siswa, kita sebagai guru harus  tanggap dan segera melihat/ cek kembali  materi yang sudah kita layangkan via wa tersebut. Ketika memang benar seperti yang dikatakan siswa, maka guru segera meralat dan menyampaikan penjelasannya kembali sesuai ralat tersebut. Dan guru segera chat seketika itu juga, menyampaikan kata , “ Iya betul, maaf belum mengurangkan dan terima kasih atas masukannya” “ ini ralatnya sudah ibu share kembali. Terima kasih”. Jika perlu menggunakan emoji sebagai ganti ekspresi kita ketika minta maaf dan terima kasih seperti ketika kita bertatap muka langsung/  face to face. Hal ini bertujuan untuk menyangatkan tujuan bahwa kita bersungguh-sungguh menuliskan kata minta maaf dan terima kasih dengan penuh ikhlas seperti ketika berkomunikasi langsung. Dan akan lebih memberikan penghargaan lagi ketika kita sebagai guru menyempatkan untuk telepon balik ke siswa, sehingga siswa akan bangga dan attitude nya akan muncul/ naik karena dia bisa dan mendapat pengakuan/ penghargaan  dari guru. Jadi sebuah penghargaan tidak harus dengan materi ataupun sebuah penilaian. Guru juga tidak perlu khawatir yang berlebihan pada anak/ siswa akan “ nglunjak” atau tidak menghargai guru. Dengan siswa merasa harga dirinya naik maka untuk memunculkan lagi lebih gampang ketika siswa tersebut sedang bad mood dalam belajar.

 Hal-hal sederhana seperti inilah yang harus dibiasakan oleh guru sehingga akan ditiru oleh siswanya, dan dengan komunikasi yang lebih intens siswa akan membiasakan dengan kata tolong, maaf, dan terima kasih dalam forum komunikasi pembelajaran daring dengan guru, maupun dengan sesama teman. Harapannya ketika di luar daring akan lebih mengaplikasikannya dengan baik dengan sesama teman, guru, bahkan orang lain. Dengan membudayakan 3 kata ini siswa secara lisan/ tulisan diharapkan mampu membawa sikap, tindakannya itu mengiringi ucapannya. Sehingga menjadi efek positif  berantai yang akan melebarkan sayap ke kata-kata dan  tindakan positif dan arif yang lain.

Kata maaf guru tidak hanya sampai disitu saja, guru harus mengikhlaskan segala bentuk kiriman tugas baik yang salah kirim tidak sesuai petunjuk karena keterbatasan siswa dalam hal sarana pendukung yang ada ( misal harusnya via email , siswa kirim via wa karena tidak mempunyai laptop, membedakan penilaian dengan latar pengetahuan yang tidak sama ( karena dalam pembelajaran ada sebagian yang di tingkat kelas sebelumnya sudah dapat materi tersebut, dan ada yang belum (*maaf saya guru yang suka curi start materi) sehingga guru harus bisa memberikan penilaian sesuai based anak memulai. Atau katakanlah secara umum bahwa guru harus “narima” atas kebisaan atau bahkan ketidakbisaan siswa karena tingkat pemahaman dan latar belakang siswa berbeda-beda. Nah ini nanti sebagai umpan balik untuk introspeksi dan memperbaiki diri sebagai ranah evaluasi untuk bisa mengefektifkan pembelajaran baik cara penyampaian, media, bahkan cara berkomunikasi.

Demikian juga harus selalu positif thinking dan memberikan permakluman ketika siswa mengirim tugas terlambat ketika memang siswa memberikan alasan yang tepat, dan  siswa sudah mengawalinya dengan kata “maaf”.

Dengan penggunaan kata “ tolong” dalam pembelajaran daring/ online mampu membentuk karakter siswa menjadi lebih sopan, lebih menghargai, rendah hati, dan tidak semena-mena. Dan dengan membiasakan kata “terima kasih” mengajarkan siswa arti rasa bersyukur, sedangkan kata “maaf” akan mengajarkan keberanian siswa untuk mengakui kesalahan, mengajarkan sikap untuk memiliki rasa tanggungjawab terhadap kesalahan yang telah diperbuat dan tidak akan melakukannya kembali, mengajarkan empati dan tidak menyakiti perasaan orang lain. Kata maaf bukan berarti mengakui kekalahan ataupun kelemahan.

Sehingga komunikasi dua arah yang baik antara siswa dan guru di pembelajaran daring dengan membiasakan three good word yaitu tolong, terima kasih, dan maaf, diharapkan antara guru dan siswa bisa saling menghargai  sehingga efektifitas pembelajaran daring tercapai. Bahkan akan  memberikan nilai positif bagi pengembangan karakter siswa (karena terinternalisai dalam diri siswa) sehingga berdaya saing tinggi dalam era milenial yang kompetitif ini.

            Guru sebagai pengajar dan pendidik mampu menerima siswa layaknya air, menerima air apapun bentuknya dengan memberikan penguatan atas kelebihannya dan selalu memberikan pembiasaan muatan positif atas segala kekurangannya. Dalam kamus guru,  guru tidak pernah bosan dan tidak punya batas kesabaran untuk mengarahkan, membimbing, mendampingi siswa-siswinya  dengan cara bijak dan arif untuk pembentukan sikap  ( attitude ) dan karakter sehingga menjadi pribadi-pribadi yang hebat dan membentuk generasi mileneal yang kokoh kuat yang berdaya bersaing bersinergi dengan sains dan teknologi.

Guru MAN 2 Banyuwangi di Genteng


Apa Arti “New Normal” pada masa pandemi COVID-19

 

Apa Arti “New Normal” pada masa pandemi COVID-19

                (Oleh BITHARI NOVI AGUSTIN)

            Memasuki kehidupan “New Normal” bukanlah hal yang mudah. Ternyata, masih banyak yang belum memahami arti “New Normal” pada masa pandemi ini. Terlalu banyak yang menyepelekan protokol kesehatan. Mereka belum begitu memahami fungsi dari menggunakan masker,menjaga jarak,mencuci tangan,dll. Masih banyak yang belum mengerti mengapa kita tidak boleh sering kali menyentuh wajah sebelum mencuci tangan.

         Perlu diketahui, istilah “New Normal” atau normal baru sudah digunakan setelah krisis keuangan 2007-2008,setelah resesi global 2008-2012,dan pandemi COVID-19 sekarang ini. Dan pastinya, New Normal ini dilakukan dengan normal yang berbeda-beda. Dan untuk kasus pandemi COVID-19 ini, sebenarnya normal baru hanya berinti pada protokol kesehatan. Beradaptasi dengan normal yang baru ini memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak pula pro dan kontra dari berbagai sudut pandang. Namun, berusaha untuk mengurangi penyebaran virus ini merupakan kewajiban semua orang tanpa terkecuali.

         Kenapa sih kita tidak boleh sering kali menyentuh wajah? Terutama mata, hidung,dan mulut?. Alasannya adalah, virus tidaklah mustahil berada di sekitar anda. Jika virus tersebut menempel pada mata,hidung,dan mulut, kemungkinan besar anda dapat terinfeksi virus tersebut. Maka dari itulah mengapa pemerintah mewajibkan kita memakai masker, sering mencuci tangan, menjaga jarak, dan yang terpenting adalah tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut.

          Mari kita cermati, bahwa kasus yang didapatkan pada akhir-akhir ini sangat signifikan terutama konfirmasi positif tanpa gejala. Ini dimaknai bahwa bisa mengurangi angka hunian rumah sakit, namun ini menjadi kewaspadaan untuk kita bahwa mereka harus melaksanakan isolasi di rumah secara ketat. Kalau tidak, maka akan menjadi sumber penularan ditengah-tengah kita.

          Kemudian identifikasi selanjutnya dari penambahan kasus ini ternyata banyak yang terjadi di lingkungan kerja dengan kualitas udara yang tidak bagus. Ruang kerja tanpa sirkulasi udara dengan lancar yang hanya mengandalkan sistem pendingin udara dengan sirkulasi udara yang berputar dilingkungan itu, dan kemudian juga kurang disiplin menjaga jarak dan menganggap bahwa karena berada dilingkungan teman kerja yang sudah akrab menggunakan masker pun dianggap tidak perlu. Ingat, selalu gunakan masker di luar rumah. Satu-satunya tempat aman untuk kita saat ini hanya di rumah, sekali pun berada di kantor dengan orang-orang yang sudah biasa kita temui harus tetap kita ingat bahwa mereka berasal dari lingkungan dan resiko yang berbeda dengan kita. Oleh sebab itu tetap gunakan masker sekalipun berada di kantor.

          Pilihlah masker yang nyaman, yang membuat kita tetap bisa bertahan menggunakan masker dengan cara yang benar dalam waktu yang lama. Masker yang terlalu ketat membuat kita tidak nyaman, dan inilah yang menyebabkan penggunaan masker tidak digunakan semestinya. Banyak kita lihat masker hanya diturunkan menutup mulut tidak menutup hidung. Bahkan ada juga masker yang hanya digunakan menutup dagu dan tidak menutup hidung dan mulut. Kondisi ini sebenarnya sangat tidak menguntungkan, ini sama saja tidak menggunakan masker. Artinya, kemungkinan penularan masih tetap terjadi. Lalu menggunakan makser,melepas masker, kemudian tidak menyimpan dengan baik. Sering kali kita menyentuh bagian luar masker kemudian menyentuh hidung, menyentuh mulut. Ini sama dengan menghantarkan penyakit ke dalam saluran pernapasan kita.

        Kemudian tentang penularan yang terjadi di fasilitas umum. Kita tahu bahwa sebagian besar masyarakat kita dari saudara-saudara kita yang bekerja pada saatnya jam makan siang tentunya akan meninggalkan tempat kerja untuk makan siang. Nah, makan siang ini kita sering kali lupa bahwa protokol kesehatan harus lebih ketat dilaksanakan. Mengapa? Karena pada saat itulah kita melepas masker untuk makan. Oleh karena itu menjaga jarak, menjamin bahwa lingkungan tempat kita makan itu memiliki sirkulasi udara yang cukup baik ini menjadi penting. Saya menyarankan membawa alat makan sendiri-sendiri setidaknya agar kita bisa meyakini bahwa kita bisa makan dengan kondisi yang tenang. Menjaga jarak, dan upayakan tidak ada pembicaraan sama sekali selama kita masih makan bersama orang lain di tempat makan. Ini penting, agar ini tidak menambah resiko penyebaran penyakit. Kita kadang-kadang tidak pernah tahu, kita di tempat makan itu dengan siapa, bersama orang dari asal mana kita juga tidak tahu. Oleh karena itu makan, tidak berbicara, segera selesaikan dan segera tinggalkan tempat itu. Ini sesuatu yang baru, karena biasanya di tempat makan itulah kita bisa bertemu dengan banyak orang, ngobrol berkepanjangan dengan seseorang yang saling dekat, saling akrab. Inilah yang harus kita rubah, inilah yang disebut adaptasi kebiasaan yang baru.

        Kemudian berikutnya yang juga memiliki peluang besar untuk terjadinya penularan adalah public transportation, di sarana angkut umum. Bisa di kereta, bisa di bus, ataupun di dalam angkutan kota. Upayakan untuk tidak melakukan pembicaraan apa pun. Tetap gunakan masker, dan hindari kemungkinan untuk menempatkan posisi berhadapan pada jarak yang kurang dari 1 meter. Ini menjadi penting, kita harus mampu menjaga diri kita agar tetap sehat. Karena jika kita sehat kita produktif, dan jika kita sakit kita tidak akan pernah bisa produktif. Oleh karena itu ini penting, dan ingat, aktifitas apapun diluar rumah jangan sampai membawa penyakit ke rumah. Karena di rumah ada anggota keluarga kita yang rentan untuk menjadi sakit,orang tua kita yang sudah lanjut usia, anak-anak kita yang masih balita, mereka bisa menjadi korban dari penyakit yang tidak kita sadari telah kita bawa dari tempat kita beraktivitas.

        Mudah-mudahan ini bisa dipahami, karena ini merupakan bentuk dan upaya kita untuk mengurangi sebaran COVID-19 ini. Saudara-saudara, mari kita tetap laksanakan ini dengan baik, karena COVID-19 ini masih ada masih mengancam kita semua,siapa saja, dan di mana saja. Dalam penerapan New Normal ini kita dibiasakan untuk menjalani hidup normal yang “berdampingan” dengan COVID-19. Untuk itu, kita semua harus ekstra hati-hati dalam beraktivitas. Ingat, “virus mematikan berada di sekitarmu dan siap mengancam nyawamu”.

Penulis oleh siswi X1 MIPA MAN 3 BANYUWANGI


 

 

 

Belajar online tidak merusak otak

 Belajar online tidak merusak otak

                                         Oleh : Bithari Novi Agustin

Sampai saat ini, dunia pendidikan telah diributkan oleh penerapan belajar secara online akibat pandemi virus Covid-19 sejak beberapa bulan lalu. Akibat Covid-19 meluas di Indonesia, pemerintah menerapkan kebijakan belajar daring atau online menggunakan gadget masing-masing. Hal ini tentu tidak langsung disetujui oleh berbagai kalangan. Rupanya, warga negara berkembang ini yaitu Indonesia banyak yang masih belum beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Hal ini berdampak pada aktivitas para pelajar di Indonesia. Dengan kelengkapan teknologi yang belum memadai, aktivitas belajar menjadi terhambat dan terganggu.

      Tidak dapat dipungkiri aktivitas belajar mandiri di rumah, yang artinya para pelajar tidak terfasilitasi seperti biasanya, mereka tidak lagi berinteraksi secara langsung dengan guru atau teman-temannya meskipun masih bisa berkomunikasi secara online. Juga masih banyak yang merasa bahwa belajar mandiri ini kurang efektif, malah merusak otak karena terus memandang layar gagdet, bikin pusing karena pelajaran menghitung yang rumusnya tak tersampaikan dengan baik, dll. Dan apa kabar untuk pelajar anti belajar?. Tentu saja belajar tanpa bertatap muka malah membuat mereka terbebas dari aturan, mereka malah menjadikan ini sebagai kesempatan untuk bermalas-malasan di rumah. Apalagi jika orang tua tak begitu memperhatikan perkembangan anaknya, karena orang tua lah peran penting bagi anak.

     Sering pula terjadi terlalu lama memandang layar HP membuat kita pusing, ini juga berbahaya, bisa berakibat fatal jika terlalu sering memainkan gadget. Ini pun tergantung kepada pelajar itu sendiri, apakah mereka dapat mengatur waktu atau tidak. Mungkin aktifitas yang tidak terlalu penting bisa dikurangi dalam bersosial media, seperti kebiasaan game berjam-jam yang sebaiknya dikurangi untuk lebih fokus ke pelajaran. Karena jika pagi saja kalian sudah diwajibkan membuka HP sampai pelajaran selesai (biasanya menjelang Dzuhur), dan waktu selesai pelajaran kalian gunakan dengan bermain game sampai petang, lalu kapan otak anda akan beristirahat?. Kalian rela dipuaskan dengan kesenangan yang merugikan, jangan biarkan itu terjadi. Nah, sebenarnya hal itulah yang menyebabkan penggunaan gadget dapat merusak otak, bukan karena belajarnya, karena belajar online sendiri tidak dituntut untuk satu hari penuh.

     Lalu apakah belajar online atau mandiri memberikan dampak positif?. Tentu saja pendapat setiap individu berbeda-beda. Sebenarnya, keluh kesah belajar ini terjadi karena mereka (para pelajar) tidak terbiasa melakukan aktivitas tersebut. Oleh karena itu dukungan guru sangat lah penting, contohnya sederhana saja, suasana yang baik dalam pembelajaran juga sangat mempengaruhi aktivitas belajar, aktivitas belajar yang terlalu monoton dan terlalu serius menyebabkan para pelajar tidak nyaman yang tentunya menyebabkan rasa malas berinteraksi. Guru tidak hanya memberikan tugas saja, tapi beliau juga sebagai motivasi para pelajar untuk lebih giat dan rajin meskipun harus mendekam dalam isolasi.

     Selain tidak terbiasa, yang membuat para pelajar tidak aktif dalam proses pembelajaran juga diakibatkan oleh gaya hidup. Mungkin masih banyak yang mengira selama ini belum mengenal teknologi seperti Handphone. Masalah tersebut juga memiliki alasan yang berbeda-beda, banyak yang mengira jika HP hanya memiliki dampak negatif sehingga orang tua mereka tidak mengijinkan untuk memegang HP. Ada pula untuk mereka yang berekonomi pas-pasan, yang belum mampu membeli teknologi milenial ini sehingga mau tidak mau mereka harus tertinggal dalam pembelajaran. Ada pula yang bermasalah dengan sinyal dan paket data, diberbagai wilayah memiliki kecepatan sinyal yang berbeda. Apalagi didaerah pelosok mungkin sinyal memang sulit dijangkau. Mau apa pun masalahnya, pasti ada solusinya. Pasti ada kebijakan tersendiri dari pihak sekolah. Jadi tetap tenang, tetap percaya diri.

    Belajar tidak harus mencatat, tapi belajar harus paham. Paham akan apa yang dijelaskan dalam materi tersebut. Jika anda masih belum memahami materi, gurumu pasti akan membantu sampai kamu paham, sampai kamu mampu menjelaskan isi materi tersebut. Dan tingkat pemahaman masing-masing pelajar tentunya berbeda-beda. Ada yang sekali diberikan contoh langsung paham, ada pula yang masih berpikir. Jika kamu tetap masih belum memahami materi, jangan menyerah begitu saja. Bunga bermekaran tidak dalam waktu yang sama, prosesmu dengan proses orang lain berbeda. Tapi perlu diingat, usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Jika kamu bersungguh-sungguh, pasti kamu akan sukses dikemudian hari.

     Lalu bagaimana jika tidak menerapkan pembelajaran online dan tetap melaksanakan belajar tatap muka di tengah pandemi?. Oke, rupanya mereka sangat tertinggal informasi. Di Indonesia peningkatan Covid-19 ini selalu naik, meskipun sekarang sudah banyak konfirmasi sembuh daripada konfirmasi meninggal. Tetapi, Covid-19 masih berada ditengah-tengah kita. Bahkan beberapa hari lalu konfirmasi positif sudah mencapai 100.000 dalam sehari. Wow, ini sangat mengejutkan. Apakah anda masih bertanya tentang larangan belajar tatap muka ini?. Tentu saja dengan belajar tatap muka otomatis kita telah membuat kerumunan. Dan jika itu terjadi, maka resiko anda terkena virus sangat besar. Meskipun sudah menerapkan protokol kesehatan, namun kita tetaplah manusia tak luput dari kelalaian. Bagaimana jika tiba-tiba tidak sengaja ada satu saja protokol kesehatan yang tidak dilakukan, penularan ini semakin mudah.

    Saudara-saudaraku, dengan belajar online kita juga dapat memanfaatkan lebih banyak waktu di rumah bersama keluarga, tidak perlu keluar jalan raya yang penuh debu, bisa mengerjakan tugas dengan saudara, bisa sambil mendengarkan musik dan makan, jadi lebih produktif dengan mengikuti lomba-lomba di dalam rumah saja, dll. Tentunya moment itu tak biasa kita lakukan saat disekolah, itu termasuk pengalaman baru. Jadikan aktivitas belajar di rumah ini senyaman mungkin, mengisolasi bukan berarti kita tak dapat berkutik, tak berlibur ke tempat wisata tak berarti kita tak bahagia. Kebahagiaan tergantung pada penikmatnya, kalau saya sendiri dapat berkumpul dengan keluarga di rumah sudah menjadi kebahagian yang sempurna. Masak di dapur dengan ibu, bergurau dengan adik-adik, bermain alat musik dengan ayah, aktivitas tersebut adalah sebuah hiburan sekaligus membangun kepedulian satu sama lain.

     Semoga dengan adanya isolasi diri ini kita sadar bahwa kita ini adalah makhluk sosial, kita tidak akan bisa hidup tanpa campur tangan orang lain. Kita ini hidup disatu wilayah, di didalam negara yang sama. Meskipun berjajar dengan suku, agama, dan ras yang berbeda-beda, namun tetap memiliki jiwa nasionalisme yang sama, wawasan yang sama, dan tujuan yang sama.

*Siswi X1 MIPA 3, MAN 3 Banyuwangi


 

 

Qurban Berkah di Tengah Wabah

Kementerian Agama RI mengeluarkan panduan penyembelihan hewan qurban di hari raya Idul Adha 2020 atau 1441 H. Selama pandemi Covid-19, pelaksanaan hari raya Idul Adha harus sesuai dengan protokol kesehatan mulai dari Sholat Idul Adha, proses penyembelihan hewan qurban hingga pendistribusian hewan qurban. Diharapkan pelaksanaan ibadah qurban tersebut  tetap dapat memberikan ‘rasa aman’ dengan tidak mengurangi nilai keberkahannya. Panduan itu tercantum dalam Surat Edaran Kementerian Agama Nomor 18 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Shalat Idul Adha dan Penyembelihan Hewan Kurban Tahun 1441 H/2020 M Menuju Masyarakat Produktif dan Aman COVID-19.  Panduan ini wajib diperhatikan oleh semua kalangan masyarakat terlebih daerah yang masuk dalam zona merah Covid-19,  dan diharapkan menjadi petunjuk penerapan protokol kesehatan pada pelaksanaan sholat Idul Adha dan penyembelihan hewan kurban dengan menyesuaikan pelaksanaan tatanan kenormalan baru atau New Normal. Dengan begitu, pelaksanaan sholat Idul Adha dan penyembelihan hewan kurban dapat berjalan optimal serta terjaga dari penularan COVID-19.

Qurban Berkah di Tengah Wabah

BY  :  Unu Masnun

 

Panduan lengkap potong hewan qurban saat Idul Adha 2020 atau 1441 H selama pandemi corona yaitu Penerapan jaga jarak fisik meliputi: 1) Pemotongan hewan qurban dilakukan di area yang memungkinkan penerapan jarak fisik. 2) Penyelenggara mengatur kepadatan di lokasi penyembelihan, hanya dihadiri oleh panitia dan pihak yang berqurban. 3) Pengaturan jarak antar panitia pada saat melakukan pemotongan, pengulitan, pencacahan, dan pengemasan daging.4) Pendistribusian daging hewan qurban dilakukan oleh panitia kerumah mustahik.

Hari raya kurban sebentar lagi. Gaung Idul Adha lamat lamat terbuka. Dimulainya puasa sunnah 1 Dzulhijah, dzikir harian, hingga rencana pelaksanaan shalat Idul Adha,  dan penyembelihan hewan kurban sudah terasa dekat. Di tambah lagi suasana Idul Adha kali ini dipastikan akan berbeda sekali dengan pelaksanaan di tahun tahun sebelumnya. Sudah barang tentu disebabkan Idul Adha kali ini dilaksanakan dalam suasana yang masih remang remang keamanannya karena pandemic masih belum berakhir.

Panduan selanjutnya adalah Penerapan kebersihan alat meliputi: 1) Melakukan pembersihan dan disinfeksi seluruh peralatan sebelum dan sesudah digunakan, serta membersihkan area dan peralatan setelah seluruh prosesi penyembelihan selesai dilaksanakan. 2) Menerapkan sistem satu orang satu alat. Jika pada kondisi tertentu seorang panitia harus menggunakan alat lain maka harus dilakukan disinfeksi sebelum digunakan (Lintasjatim.com)

Penerapan kebersihan personal panitia meliputi: 1) Pemeriksaan kesehatan awal yaitu melakukan pengukuran suhu tubuh di setiap pintu/jalur masuk tempat penyembelihan dengan alat pengukur suhu oleh petugas. 2) Panitia yang berada di area penyembelihan dan penanganan daging, tulang, serta jeroan harus dibedakan. 3) Setiap panitia yang melakukan penyembelihan, pengulitan, pencacahan, pengemasan, dan pendistribusian daging hewan harus menggunakan masker, pakaian lengan panjang, dan sarung tangan selama di area penyembelihan.4) Penyelenggara hendaklah selalu mengedukasi para panitia agar tidak menyentuh mata, hidung, mulut, dan telinga, serta sering mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer. 5) Panitia menghindari berjabat tangan atau kontak langsung serta memperhatikan etika batuk, bersin dan meludah. 6) Panitia yang berada di area penyembelihan harus segera membersihkan diri (mandi) sebelum bertemu anggota keluarga.

Bagi masyarakat Indonesia, Idul Adha tidak hanya dianggap sebagai hari raya umat Islam. Idul Adha menjadi momen spesial, saling berbagi antar-warga. Namun Idul Adha kali ini harus digelar sedikit berbeda karena berlangsung di tengah pandemi Covid-19. Sejumlah daerah pun telah membuat regulasi agar pelaksanaan Idul Adha berlangsung sesuai protokol kesehatan.

Berbagai  Pemerintah Kota diantaranya pemkot Jakarta Utara mengadakan kegiatan sosialisasi penyembelihan hewan kurban di masa pandemi Covid-19 jelang pelaksanaan Idul Adha. Para ulama mendapatkan sosialisasi atau pembekalan tentang penanganan limbah hewan kurban, sesuai fatwa MUI Nomor 36 Tahun 2020 tentang pelaksanaan sholat Idul Adha dan penyembelihan hewan kurban ditengah wabah COVID-19. Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta Darjamuni mengimbau agar warga tidak berkerumun saat pelaksanaan pemotongan hewan kurban dan proses pembagian daging kurban kepada penerima zakat atau mustahiq. Hal ini juga pernah disampaikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, yang mengimbau agar warga menerapkan protokol kesehatan selama masa tanggap darurat Covid-19.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatur agar salat Idul Adha digelar betul-betul menggunakan protokol kesehatan. Menurutnya, sejumlah wilayahnya sudah ada yang berstatus zona hijau sehingga bisa melaksanakan salat Idul Adha. "Saat ini, beberapa wilayah di Surabaya sudah ada yang zona hijau. Artinya, kita harus menjaga dan terus meningkatkan kedisiplinan. Protokol kesehatan hukumnya wajib tidak bisa ditawar. Kapolda Banten Irjen Fiandar meminta kegiatan ritual ibadah diatur supaya tak menimbulkan kerumunan. Kegiatan harus ditata sesuai protokol kesehatan, terutama terkait jaga jarak. "Tidak ada antrean (Kompas.com). Jika masyarakat nekat, polisi akan melakukan pembubaran demi menekan potensi penyebaran Covid-19. DKI Jakarta menyiapkan sentra kurban Idul Adha di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Cakung.  RPH tersebut menjadi sentra pemotongan hewan kurban yang proses penyembelihan hingga pendistribusiannya dilakukan sesuai protokol Covid-19.

Perencanaan pelaksanaan yang sedemikian di atas tentunya menjadi salah satu jalan untuk  memberikan ‘rasa aman’  dalam beribadah kurban. Diharapkan juga  tidak mengurangi keberkahan ibadah di tengah wabah.

 

Penulis adalah Guru MAN 3 Banyuwangi di Srono


 
Copyright © 2013. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Template Modify by Blogger Tutorial
Proudly powered by Blogger