Pages

Tampilkan postingan dengan label Haji. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Haji. Tampilkan semua postingan

Jamaah Haji Kloter SUB-44 Banyuwangi Tiba dengan Selamat di Tanah Air Setelah Sempat Tertunda

Surabaya, (Warta Blambangan) – Jamaah haji asal Kabupaten Banyuwangi yang tergabung dalam Kelompok Terbang (Kloter) SUB-44 Debarkasi Surabaya akhirnya tiba dengan selamat di Tanah Air, Selasa (24/06/2025), setelah sempat mengalami penundaan di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi. Pesawat yang membawa para jamaah mendarat di Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo, pada pukul 14.48 WIB dan tiba di Asrama Haji Sukolilo Surabaya sekitar pukul 16.00 WIB.

Kepastian kedatangan ini disampaikan langsung oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, Dr. Chaironi Hidayat, yang turut hadir di lokasi menyambut kedatangan para jamaah. Dalam keterangannya, ia menyampaikan rasa syukur atas kelancaran proses pemulangan. 




“Alhamdulillah, setelah melalui proses yang cukup panjang dan penuh tantangan, Kloter SUB-44 akhirnya dapat dipulangkan lebih awal dari jadwal sebelumnya. Ini kabar yang sangat menggembirakan, baik bagi para jamaah maupun keluarga yang telah menantikan mereka,” ujar Chaironi.

Sebelumnya, Kloter SUB-43 dan SUB-44 sempat menjadi perhatian publik karena tertundanya jadwal kepulangan dari Tanah Suci. Berdasarkan informasi dari Pembimbing Ibadah Kloter, kedua kloter awalnya dijadwalkan terbang dari Jeddah pada 26 Juni 2025. Namun, menyusul perkembangan situasi dan hasil koordinasi intensif, Kloter SUB-44 berhasil diberangkatkan lebih cepat.


Penundaan tersebut dipicu oleh dinamika keamanan di kawasan Timur Tengah, terutama meningkatnya ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel. Salah satu dampaknya adalah penutupan sementara Bandara Internasional Muskat di Oman yang menjadi titik transit penting bagi penerbangan Debarkasi Surabaya.

Meski demikian, berkat koordinasi intensif antara Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, PPIH Debarkasi Surabaya, pihak maskapai, dan instansi terkait lainnya, proses pemulangan Kloter SUB-44 dapat direalisasikan lebih awal. Hal ini menunjukkan kesungguhan semua pihak dalam memberikan pelayanan terbaik bagi jamaah.

Kedatangan para jamaah disambut penuh haru dan suka cita oleh panitia serta keluarga yang telah menanti sejak pagi di kawasan Asrama Haji Sukolilo. Sebagian keluarga bahkan datang langsung dari Banyuwangi untuk menjemput anggota keluarga mereka yang telah menunaikan ibadah haji.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, Dr. Achmad Sruji Bakhtiar, juga turut menyambut langsung para jamaah di lokasi debarkasi. Dalam pesannya, ia berpesan agar para jamaah menjaga kemabruran haji dengan lima prinsip utama:

  1. Sabar

  2. Pemaaf

  3. Menjaga lisan 


  4. Bersyukur

  5. Istiqomah dalam ibadah

“Kemabruran haji bukan hanya soal pulang dalam keadaan sehat dan selamat, tetapi juga tercermin dalam perilaku dan amal setelah kembali ke tanah air,” ujar Bakhtiar.

Sementara itu, Kloter SUB-43 masih dijadwalkan kembali pada 26 Juni 2025. PPIH Debarkasi Surabaya terus melakukan pemantauan dan penyesuaian jadwal berdasarkan perkembangan situasi keamanan serta menjamin keselamatan seluruh jamaah haji.

Kementerian Agama melalui PPIH menegaskan komitmennya untuk melaksanakan pemulangan jamaah haji secara tertib, aman, dan lancar, hingga seluruh kloter kembali ke daerah masing-masing dalam kondisi sehat, selamat, dan penuh rasa syukur.

Dengan kepulangan ini, Kloter SUB-44 resmi menutup salah satu babak perjalanan spiritual para jamaah haji asal Banyuwangi, yang kini kembali ke tanah air membawa pengalaman iman yang dalam serta semangat untuk terus menebar kebaikan di lingkungan masing-masing

Penerbangan Ditunda, Jemaah Haji Kloter 43 dan 44 Banyuwangi Kembali Diinapkan di Hotel

JEDDAH —(Warta Blambangan) Kepulangan jemaah haji asal Kabupaten Banyuwangi yang tergabung dalam Kelompok Terbang (Kloter) 43 dan 44 Embarkasi Surabaya (SUB) mengalami penundaan mendadak karena alasan keselamatan dan keamanan penerbangan. Padahal, seluruh jemaah sudah berada di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, menjelang waktu boarding. 


Ketua KBIHU Ummul Quro’ Banyuwangi, H. Syamsul Anam, menyampaikan bahwa pengumuman penundaan baru disampaikan sekitar satu jam sebelum jadwal keberangkatan. “Semua jemaah sudah siap, koper sudah masuk bagasi, kami sudah berada di ruang tunggu. Tapi satu jam sebelum boarding, ada pengumuman bahwa penerbangan dibatalkan,” ujarnya dari Jeddah, Selasa (24/6/2025).

Syamsul juga menjelaskan bahwa penundaan ini berdampak psikologis pada jemaah, terutama karena mereka sudah sangat siap untuk pulang. Namun, para petugas dan pembimbing KBIHU langsung mengambil peran aktif menenangkan jemaah.

“Ini semata-mata demi keselamatan dan keamanan semua. Kami minta jemaah bersabar dan tetap tenang,” imbau Syamsul.


Kloter 43 dijadwalkan berangkat dengan penerbangan SV 5302 pukul 03.50 WAS dan tiba di Bandara Juanda Surabaya pukul 21.40 WIB, sedangkan Kloter 44 menggunakan penerbangan SV 5440 pukul 05.10 WAS dan tiba pukul 23.00 WIB di hari yang sama.


Namun karena penundaan tersebut, seluruh jemaah dialihkan ke hotel sekitar Jeddah. “Kloter 43 diinapkan di tiga hotel, sementara Kloter 44 di empat hotel berbeda,” terang Syamsul.


Kepastian jadwal pengganti masih menunggu konfirmasi dari pihak maskapai dan otoritas penerbangan. Keluarga jemaah di tanah air diminta untuk bersabar dan terus mengikuti informasi resmi dari Kementerian Agama.

Hingga saat ini, proses pemulangan jemaah haji Indonesia masih berlangsung secara bertahap. Lebih dari 53 ribu jemaah telah mendarat di tanah air sejak awal proses kepulangan dimulai.

Sebanyak 376 Jamaah Haji Kloter Sub-44 Banyuwangi Dilepas Bupati Banyuwangi

Banyuwangi (Warta Blambangan) Sebanyak 376 jamaah haji asal Banyuwangi yang tergabung dalam Kloter Sub-44 diberangkatkan ke Asrama Haji Surabaya pada Selasa pagi, 13 Mei 2025. Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani melepas secara langsung para tamu Allah di halaman Kantor Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.



Dalam sambutannya, Bupati Ipuk menyampaikan harapan agar para jamaah senantiasa menjaga sikap dan menjadi duta bangsa yang membawa nama baik Indonesia, khususnya Banyuwangi.



"Bapak-Ibu adalah duta bangsa. Jaga sikap, jaga kekompakan, mari kita manfaatkan undangan dari Allah ini dengan sebaik-baiknya. Kita umat Nabi Muhammad saling kuatkan persaudaraan," ujar Ipuk di hadapan ratusan jamaah dan keluarga yang mengantar.


Ipuk juga menitipkan doa kepada para jamaah agar memohonkan kebaikan dan keberkahan bagi Banyuwangi.


"Titip doa untuk Banyuwangi agar selalu dalam lindungan Allah, diberi keberkahan, dijauhkan dari hal-hal buruk," tambahnya.


Pagi itu, sebanyak sembilan rombongan dari Kloter Sub-44 menaiki armada bus yang telah disiapkan. Sebelum keberangkatan, Bupati Ipuk turut menyapa dan mendoakan jamaah langsung di dalam bus, satu per satu, memberikan semangat dan doa agar perjalanan ibadah haji berjalan lancar dan selamat hingga kembali ke tanah air.


Suasana haru dan khidmat menyelimuti proses pemberangkatan, diiringi lantunan salawat dan doa dari para petugas serta keluarga yang mengantar.


Jamaah haji Kloter Sub-44 ini dijadwalkan tiba di Asrama Haji Sukolilo Surabaya siang hari dan akan diterbangkan menuju Tanah Suci pada jadwal yang telah ditentukan oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH). Pemerintah Kabupaten bersama Kantor Kementerian Agama Banyuwangi memastikan seluruh layanan keberangkatan berjalan lancar dan tertib.

Banyuwangi Berangkatkan 752 Jamaah Haji dalam Dua Kloter Besar

Banyuwangi (Warta Blambangan) Sebanyak 752 jamaah haji asal Kabupaten Banyuwangi resmi diberangkatkan menuju Tanah Suci pada Senin, 12 Mei 2025. Prosesi pemberangkatan berlangsung khidmat di halaman Kantor Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, yang terbagi dalam dua kelompok terbang (kloter) besar: SUB-42 dan SUB-43, masing-masing terdiri dari 376 jamaah.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, Dr. H. Chaironi Hidayat, menyampaikan bahwa tahun ini jamaah Banyuwangi tergabung dalam tujuh kloter, jumlah yang relatif sedikit dibandingkan daerah lain. Hal ini disebabkan oleh penerapan sistem baru oleh Pemerintah Arab Saudi dalam pengelolaan haji. 

"Jumlah jamaah yang sudah melakukan pelunasan awal sebanyak 1.144 orang. Namun satu orang di antaranya meninggal dunia sebelum keberangkatan," ujar Chaironi.

Dari total jamaah tersebut, sebanyak 72 orang tergolong lanjut usia. Jamaah tertua adalah Sukirman Kertonadi (94) dari Muncar, sedangkan yang termuda adalah Naila Nur Fitriah (18) asal Songgon.

Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, hadir langsung melepas para jamaah. Dalam sambutannya, ia mengungkapkan haru dan kebanggaannya melihat semangat para calon tamu Allah.

"Semangat dan keikhlasan yang terpancar dari wajah bapak ibu semuanya, mudah-mudahan kita doakan bersama, semoga beliau-beliau semua sehat hingga kembali. Saya melihat, bapak ibu sudah tidak sabar untuk segera berangkat," ungkap Ipuk.

Mengutip seorang ulama dan pemikir Islam, Ipuk mengajak jamaah untuk merenungi makna thawaf: “Ketika manusia mengelilingi Ka'bah bersama jutaan orang lain, ia menyadari betapa kecil dunia dan betapa besarnya umat Islam ketika bersatu dalam satu tujuan—mencari ridho Allah.”

Nilai-nilai tersebut, lanjut Ipuk, sangat penting dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam membangun Banyuwangi sebagai daerah yang religius, harmonis, dan berkemajuan. Ia pun menitipkan pesan kepada seluruh jamaah agar menjaga kekompakan, saling menolong, menaati aturan, dan menjaga sikap sebagai representasi bangsa.

“Jamaah haji Indonesia, khususnya Banyuwangi, adalah duta bangsa. Nama Indonesia dan Banyuwangi akan harum jika jamaahnya mampu mencerminkan Islam yang rahmatan lil alamin dan menjaga budaya Indonesia yang baik di mata dunia,” tegasnya.

Secara khusus, Ipuk juga menitipkan harapan agar para jamaah turut mendoakan Kabupaten Banyuwangi ketika berada di depan Ka’bah.

“Doakan agar Banyuwangi semakin baik, berprestasi, dan selalu dijaga Allah dari marabahaya dan bencana. Doa kami juga menyertai bapak ibu semua agar dapat menjalankan ibadah dengan lancar dan kembali dalam keadaan sehat,” tuturnya.

Menutup sambutannya, Ipuk mengajak seluruh hadirin untuk memaknai keberangkatan ini dengan penuh kesyukuran. “Di bumi ada Baitullah, dan di langit ada Baitul Ma’mur. Dengan mengharap ridho Allah. Insyaallah, menjadi haji yang mampu dan mabrur. Demikian yang bisa kami sampaikan,” pungkasnya.

Banyuwangi Festival Kembali Menggelar Banyuwangi Ethno Carnival: Ngelukat, Ziarah Rasa dan Warna

Banyuwangi (Warta Blambangan) Seperti ombak yang tak jemu mencumbu pasir, Banyuwangi Festival kembali menggulirkan gelombang pesonanya. Tahun ini, dari perut bumi yang menyimpan kisah dan kabut ritual, Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) akan kembali melangkah di arak-arakan warna dan makna. Pada 12 Juli mendatang, kota ini bersiap menjadi panggung terbuka bagi “Ngelukat”, sebuah tafsir visual dari upacara pensucian jiwa masyarakat Osing.



Di bawah langit yang bersahabat, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menuturkan, “Kita mengangkat Ngelukat sebagai tema besar. Ia bukan sekadar ritus, melainkan lorong kultural yang menghubungkan manusia dengan kesadaran batinnya. Di tengah pengetatan anggaran, pariwisata harus tetap kita jaga. Karena dengannya, denyut ekonomi kita berdetak.”


Memang, tak sekadar perayaan rupa, B-Fest selalu menjadi napas panjang yang merawat napas kolektif daerah. Ia mengikat antara wisata, seni, dan identitas dalam satu tenun yang utuh. Dan tahun ini, dengan 42 agenda yang dikurasi ketat, B-Fest menambatkan fokusnya pada gelombang wisatawan—mereka yang datang bukan hanya untuk melihat, tetapi juga mengalami.


BEC, yang sejak lama menjadi suluh di kalender event nasional, hadir sebagai gerbang yang mengantar kita menyusuri keheningan sakral tradisi. Ratusan peserta akan menyeberangi jalan kota dalam parade sejauh satu kilometer—bukan sebagai penonton sejarah, melainkan pelukisnya. Kostum-kostum yang mereka kenakan bukan sekadar kain dan warna, tetapi doa yang dijahit dalam rupa, peluh yang dijalin menjadi busana.


“Banyak yang mendaftar,” ujar Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Taufik Rohman. “Audisi kami bagi dalam empat zona. Setelah terpilih, mereka akan diasah melalui workshop bersama desainer, koreografer, dan pegiat seni budaya. Di situlah jiwa Ngelukat akan dihidupkan—dalam gerak, dalam detail, dalam getar.”


Antusiasme masyarakat pun menyeruak seperti kembang api di langit malam. Tak hanya karena pesonanya, tetapi karena BEC adalah ruang di mana warga bisa menulis ulang kisah leluhurnya dalam bahasa masa kini.


Ngelukat, dalam tema tahun ini, bukan hanya tentang air yang menyentuh tubuh. Ia adalah tentang manusia yang menepi dari kebisingan, lalu kembali dalam kesadaran baru—bersih, jernih, utuh. Dan Banyuwangi, seperti biasa, merayakannya bukan dengan diam, tapi dengan tarian, cahaya, dan ingatan yang menjelma rupa.


Seperti gumam lama yang tak pernah usang: “Siapa mencintai Banyuwangi, ia takkan pernah pulang dengan jiwa yang sama.” (**)


Banyuwangi, Tanah Seribu Wajah yang Dirindukan: Ribuan Wisatawan Serbu Kota di Ujung Timur Selama Libur Waisak

BANYUWANGI – Ada yang lebih hangat dari matahari pagi di pantai Pulau Merah. Ada yang lebih dalam dari laguna bening di Pulau Bedil. Banyuwangi, kota dengan detak jantung yang tenang namun penuh kejutan, kembali menjadi pelabuhan rindu bagi ribuan wisatawan selama libur panjang Hari Raya Waisak, Sabtu hingga Selasa, 10—13 Mei 2025.


Seperti melodi yang terus diputar, Banyuwangi tak pernah kehilangan pamornya. Dari pucuk-pucuk cemara Hutan De Djawatan yang bagai lorong dongeng, hingga kawah biru Ijen yang menyala sunyi di pelupuk malam, kabupaten ini seolah menyusun harmoni alam untuk siapa pun yang datang. Gunung dan laut menyatu dalam satu helai selendang, dijahit dengan keramahan yang tak dibuat-buat.



“Alhamdulillah, libur panjang kali ini menjadi berkah bagi Banyuwangi,” ujar Bupati Ipuk Fiestiandani dengan senyum yang sejuk, Minggu (11/5/2025). “Sebagian besar destinasi kami banjir pengunjung. Ini menunjukkan bahwa Banyuwangi masih menjadi cerita yang ingin terus dibaca, dikunjungi, dan dihidupi.”


Hotel-hotel penuh sesak, bukan oleh keramaian yang gaduh, tetapi oleh wisatawan yang membawa serta keinginan sederhana: menjauh dari rutinitas dan bersentuhan dengan keteduhan. Banyak dari mereka datang sejak Jumat, menjadikan kota ini seperti halaman buku yang dibuka bersamaan oleh banyak mata.


Salah satu halaman paling memesona dalam buku itu adalah Pulau Bedil, sebutir mutiara kecil di perairan Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran. Pulau ini tak lebih luas dari sejumput doa, tapi menyimpan keindahan seluas cakrawala. Laguna tenangnya mengajak tubuh untuk berenang dan pikiran untuk tenggelam dalam ketenteraman. Mereka yang menyelam di antara terumbu karang, menyaksikan biota laut menari dalam balutan cahaya, seperti puisi yang ditulis langsung oleh Tuhan.


Taufik Rohman, Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, menyampaikan bahwa peningkatan pengunjung terjadi di hampir semua destinasi. Hutan De Djawatan mencatat 3.600 jiwa datang menyusuri pohon-pohon trembesi raksasa yang seperti hidup dalam dunia magis. Di kaki Gunung Ijen, 1.800 orang mendaki dengan napas yang tertahan oleh kagum. Pantai Grand Watudodol, Pulau Merah, Pantai Mustika, Cacalan—semuanya tak pernah sunyi, tapi tak pula gaduh. Seolah-olah wisatawan datang bukan hanya untuk menikmati, tapi untuk menyatu.


“Kunjungan meningkat tiga kali lipat dibanding hari biasa,” ucap Taufik. “Bahkan banyak homestay yang tidak lagi menerima tamu karena sudah penuh sejak awal akhir pekan.”


Banyuwangi, agaknya, bukan hanya destinasi. Ia adalah pengalaman yang tak bisa direkam hanya dengan kamera, melainkan dengan hati yang bersedia menepi. Ia bukan tempat untuk sekadar dikunjungi, melainkan untuk dikenang dalam waktu yang panjang.


Di kota ini, laut tidak sekadar ombak. Gunung bukan sekadar pendakian. Dan liburan bukan sekadar pelarian. Banyuwangi, dalam libur Waisak kali ini, adalah rumah bagi ribuan jiwa yang ingin sejenak merasa pulang. (*)

Haji Delapan Syarikah: Sistem Baru, Risiko Baru

 Haji Syarikah: Sistem Baru, Risiko Baru.


Saya tidak ikut haji tahun ini. Tapi saya tahu betul, para petugas haji kita—dari Kemenag, KK, PIHK sampai TKHK—sedang gundah. Banyak yang belum tahu sistem baru ini. Bahkan yang sudah tahu, banyak yang belum paham.

Namanya: sistem syarikah.

Bukan istilah yang asing, sebenarnya. Tapi jadi terasa asing saat kita tahu, tahun ini, penyelenggaraan haji Indonesia tidak lagi sepenuhnya di tangan pemerintah. Kini, pelayanan jemaah Indonesia diatur oleh delapan syarikah asal Arab Saudi. Delapan perusahaan yang tiba-tiba punya kuasa besar terhadap 221 ribu jemaah kita. 


Kita memang tidak bisa menolak. Sejak 2024, Pemerintah Arab Saudi memang mewajibkan sistem ini. Tapi saya khawatir, seperti biasa: kita ini terlalu sering siap berangkat, tapi belum tentu siap berubah.

Delapan nama syarikah itu barangkali tidak akan pernah dihafal jemaah. Tapi mereka akan merasakannya. Akan tinggal di hotel yang disediakan syarikah. Akan makan dari dapur yang dimasak oleh syarikah. Akan naik bus dan tidur di tenda Mina yang diatur syarikah.

Dan di situlah persoalannya.

Satu kloter, satu syarikah. Sistem ini menggantikan sistem lama: kloter disusun berdasarkan asal kabupaten/kota. Maka jangan kaget, jemaah dari Jember bisa sekamar dengan orang Cianjur, tidur satu tenda dengan orang Palembang. Petugas haji kabupaten pun, yang biasanya sudah sangat mengenal jemaahnya, kini ikut terseret dalam tatanan baru.

Saya bayangkan suasana malam di Mina: jemaah bingung, petugas kewalahan. Karena apa? Karena syarikah A mengatur logistik sendiri. Syarikah B punya vendor katering sendiri. Syarikah C punya protokol sendiri soal evakuasi. Belum tentu satu sama lain saling terhubung. Tidak ada jaminan semuanya bisa duduk satu meja dan menyamakan SOP.

Bahkan Duta Besar RI di Arab Saudi pun sudah bilang, sistem ini rawan gesekan. Masalah "murur" dan "tanazul"—dua istilah penting dalam pengaturan mobilitas jemaah—sudah mulai muncul sebelum puncak haji tiba.

Saya bayangkan: seseorang dari kloter syarikah keempat harus segera tanazul (pulang lebih awal) karena ibunya meninggal di kampung. Tapi ternyata, syarikah-nya tak siap menyediakan transportasi cepat. Siapa yang harus urus? Petugas kloter? Atase Haji? Konsulat? Atau... tidak ada?

Saya tahu, niatnya baik. Pemerintah ingin pelayanan yang lebih profesional. Lebih berskala besar. Lebih modern. Tapi apakah delapan syarikah itu paham betul kultur jemaah Indonesia?

Apakah mereka tahu bahwa orang Indonesia makan harus pakai sambal? Bahwa tenda di Mina tak bisa hanya diberi matras, tapi perlu disiapkan selimut dan sandal jepit? Bahwa jemaah Indonesia suka saling nitip, saling bantu, dan panik kalau ketinggalan rombongan?

Saya tidak menyalahkan mereka. Mereka orang Arab Saudi. Mereka hanya kontraktor.

Yang saya khawatirkan: apakah negara—dalam hal ini Kemenag—masih cukup punya kontrol atas delapan entitas besar ini? Kalau makan terlambat, siapa yang ditegur? Kalau bus telat dua jam, siapa yang minta maaf? Jangan sampai nanti, negara kita hanya jadi penonton, yang hanya bisa menampung keluhan, tapi tak bisa menindak.

Di sisi lain, ada satu hal menarik dari sistem ini. Justru bisa jadi peluang.

Bayangkan kalau suatu saat, Indonesia sendiri punya syarikah. Kita kirim ratusan ribu jemaah tiap tahun. Kenapa tidak kita bangun sendiri jaringan hotel, dapur, bus, bahkan tenda Mina? Bukankah pasar haji ini sangat jelas? Tidak akan pernah sepi.

Tapi itu butuh nyali. Butuh investasi. Dan tentu, butuh komitmen jangka panjang. Kalau setiap tahun kita hanya jadi konsumen, maka selamanya kita bergantung.

Tahun ini adalah tahun uji coba. Kita akan tahu dalam sebulan ke depan, apakah sistem ini berhasil atau kacau. Yang jelas, para petugas haji kita sedang bekerja keras mengawal transisi ini.

Saya tahu, banyak yang sudah senior, paham lapangan, dan cinta pada tugasnya. Saya percaya, mereka tidak akan menyerah.

Tapi saya juga tahu: sistem yang baik tidak cukup hanya mengandalkan orang-orang baik. Ia butuh kepastian. Butuh skema kerja. Butuh sistem kontrol yang adil dan kuat.

Dan itu, belum tentu dimiliki delapan syarikah.

Istighosah dan Pelepasan Petugas Haji Banyuwangi 2025: Doa dan Harapan dari Halaman Kemenag

Banyuwangi (Warta Blambangan) — Suasana khidmat menyelimuti halaman Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi pada Rabu malam (7/5/2025), saat digelar acara Istighosah dan Pelepasan Petugas Haji Indonesia Tahun 2025. Kegiatan ini diikuti oleh keluarga besar ASN Kementerian Agama, jajaran Kantor KUA, serta para tamu undangan dari berbagai unsur.


Kegiatan diawali dengan pembacaan istighosah yang dipimpin oleh para tokoh agama dari lingkungan Kemenag Banyuwangi, diiringi lantunan doa-doa keselamatan dan kelancaran untuk jamaah haji dan para petugas yang akan menjalankan amanah mulia di Tanah Suci.



Dalam sambutannya, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, Dr. H. Chaironi Hidayat, menyampaikan pesan mendalam kepada seluruh peserta, khususnya kepada para petugas haji yang akan diberangkatkan. Ia menekankan bahwa tugas utama petugas haji bukan hanya menjalankan ibadah pribadi, tetapi juga melayani para tamu Allah dengan sepenuh hati.


> "Petugas haji memiliki dua tanggung jawab besar. Pertama adalah menyempurnakan ibadah hajinya, dan yang lebih berat adalah tanggung jawab dalam melayani jamaah. Maka kami tegaskan, petugas haji tidak boleh sakit. Jasmani, rohani, dan komitmen moral harus disiapkan sejak sekarang,” tegasnya.




Chaironi juga mengajak jamaah Masjid Ar Royyan, yang terletak di lingkungan kantor Kemenag Banyuwangi, untuk senantiasa mendoakan kelancaran ibadah haji setiap selesai salat.


> "Kami mohon agar jamaah Masjid Ar Royyan dan seluruh ASN mendoakan jamaah haji kita, serta petugas yang mendampingi mereka. Semoga semua proses berjalan lancar, sehat, dan menjadi haji mabrur," imbuhnya.




Acara ini sekaligus menjadi ajang syukuran bagi para petugas haji dari berbagai unsur seperti Ketua Kloter (KK), Petugas Pembimbing Ibadah (PIHK), serta Tenaga Kesehatan Haji Kloter (TKHK). Salah satu yang mendapat perhatian khusus adalah Sufiyanto, ASN Kemenag Banyuwangi yang tahun ini juga menjadi salah satu jamaah haji.


Dengan wajah haru dan penuh harap, Sufiyanto menerima ucapan selamat dari rekan-rekannya, menandai semangat kekeluargaan di lingkungan kerja Kemenag Banyuwangi.


Kegiatan ditutup dengan doa bersama dan pemberian ucapan selamat kepada para petugas haji. Semua berharap, perjalanan haji tahun ini, khususnya dari Kabupaten Banyuwangi, akan berlangsung aman, lancar, dan penuh berkah.


HISKI Banyuwangi Gelar Forum Diskusi Terpumpun: Langkah Awal Pelestarian Tradisi Lisan dan Manuskrip Banyuwangi

Banyuwangi,  (Warta Blambangan) Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat Banyuwangi menggelar Forum Diskusi Grup Terpumpun (FDGT) sebagai langkah awal dari proyek besar bertajuk Pelestarian dan Alih Wahana Tradisi Lisan dan Manuskrip Banyuwangi. Acara ini berlangsung di Perpustakaan Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi, Sabtu (12/04/2025) dan dihadiri para pegiat seni, sastra, dan budaya dari berbagai kalangan.


Kegiatan ini menjadi tonggak awal HISKI Banyuwangi, yang berdiri sejak tahun 2025, dalam mengembangkan dan mendigitalisasi kekayaan budaya lokal Banyuwangi. Ketua HISKI Banyuwangi, Nurul Ludfia Rochmah, dalam sambutannya menyampaikan pentingnya peran HISKI dalam membangun jejaring serta menghidupkan kembali narasi-narasi lokal melalui platform digital.



Hadir membuka kegiatan, Ketua HISKI Pusat, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, yang menegaskan bahwa sastra bukan hanya bentuk ekspresi, tetapi juga gerbong yang menggerakkan budaya. “Kita butuh sistematisasi, pendokumentasian, dan kolaborasi lintas bidang agar tradisi tidak hanya hidup, tetapi juga tumbuh,” ujarnya.


Ketua Dewan Kesenian Belambangan (DKB), Hasan Basri, menyambut baik hadirnya HISKI di Banyuwangi. Ia menekankan bahwa sebuah karya sastra yang tidak dipublikasikan akan mudah hilang. “HISKI dapat menjadi simpul penting untuk memperkuat dokumentasi dan publikasi karya sastra lokal,” ucapnya.


Budayawan Aekanu Haryono juga menyoroti potensi budaya Banyuwangi seperti Seblang Olehsari dan Barong yang masih minim dokumentasi. Ia berharap proyek ini menjadi pintu masuk bagi karya-karya lokal untuk mendunia.


Turut hadir dalam forum ini Ketua Lentera Sastra Banyuwangi Syafaat, Wiwin Indiarti dari Uniba, serta sejumlah budayawan dan seniman seperti Elvin Hendrata, Samsudin Adlawi, dan jurnalis Ira Rachmawati.


Wiwin Indiarti menyampaikan bahwa tema besar tahun ini adalah Lontar Sri Tanjung dan Babad Tawang Alun, yang akan menjadi fokus dalam workshop lanjutan. “Naskah-naskah ini kaya akan nilai-nilai filosofis dan patut disampaikan ke publik dengan cara yang relevan,” jelasnya.


Samsudin Adlawi mengingatkan pentingnya menuliskan ulang teks-teks tradisi lisan yang tersebar dalam kesenian khas Osing, seperti Gembrung dan Janger. “Banyak kisah mistik Banyuwangi yang benar-benar terjadi dan masih hidup dalam masyarakat, tinggal bagaimana kita menuliskannya kembali,” ujarnya.


Salah satu peserta, Hemas aradhea dari Janger Sri Budoyo Pangestu Bongkoran Srono, turut membagikan pengalamannya dalam pelestarian kesenian janger. Sementara itu, Bhogi Bhayu mengulas asal-usul Jaranan Buto yang diciptakan oleh Setro Asnawi dan berkembang di Dusun Cemethuk, terinspirasi dari kisah Minak Jinggo.


Ira Rachmawati menyampaikan pandangannya tentang peran perempuan dalam seni dan budaya Banyuwangi. Ia menilai bahwa perempuan Osing memiliki kekuatan naratif tersendiri yang perlu diangkat dalam ruang-ruang seni.


Darmanto dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi memberikan apresiasi atas inisiatif HISKI. Ia menyebut bahwa budaya Banyuwangi adalah hasil perjuangan panjang yang perlu dijaga dan dikembangkan melalui kolaborasi lintas komunitas.


Kegiatan FDGT ini menjadi tahap awal menuju workshop lanjutan bertajuk Optimalisasi Pengembangan Sastra dan Industri Kreatif Berbasis Tradisi Lisan dan Manuskrip, yang akan difokuskan pada pendokumentasian, alih wahana, dan produksi konten digital berbasis tradisi lokal.

Magis Seblang, Jejak Sakral di Ujung Festival Budaya Olehsari 2025

BANYUWANGI (Warta Blambangan) Hening berubah menjadi haru saat langkah kaki sang penari Seblang menyentuh pelataran Kantor Desa Olehsari, Kamis (10/4/2025). Dengan tatapan kosong namun penuh daya magis, ia bergerak perlahan menuju panggung pertunjukan. Denting gending, aroma dupa, dan bisikan doa mengiringinya. Ribuan pasang mata terpaku. Festival Budaya Seblang Olehsari 2025 resmi ditutup, namun getar sakralnya masih menggema di dada banyak orang.



Tujuh hari rangkaian festival telah menjelma menjadi harmoni antara tradisi, seni, dan geliat ekonomi rakyat. Penutupan acara yang berlangsung meriah di jantung Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, dihadiri oleh Wakil Bupati Banyuwangi H. Mujiono, jajaran Forkopimda, serta Kepala Desa Olehsari Joko Mukhlis.


Dalam sambutannya, Wabup Mujiono tak hanya mengungkapkan rasa bangga, namun juga harapan. “Tidak semua kota punya tradisi seperti ini. Seblang adalah wajah leluhur kita, warisan yang tidak ternilai. Mari kita jaga dan terus hidupkan,” ujarnya di tengah tepuk tangan para tamu dan pengunjung.


Kepala Desa Olehsari, Joko Mukhlis, menyambut baik suksesnya festival tahun ini. Menurutnya, selain memperkuat spiritualitas warga, festival juga menjadi berkah ekonomi. “Selama tujuh hari, UMKM kami mencatat omzet hingga Rp300 juta. Ini bukan sekadar festival budaya, ini denyut hidup desa,” katanya dengan mata berbinar.


Seblang bukan sekadar tarian. Ia adalah ritual. Ia adalah jembatan yang menghubungkan generasi masa kini dengan roh-roh leluhur, dengan hutan yang basah, tanah yang lama, dan sejarah yang belum lelah bersuara. Oleh warga Olehsari, Seblang diyakini mampu menetralisasi energi buruk dan membawa keberkahan bagi bumi tempat mereka berpijak.


“Suasananya mistis, tapi indah,” tutur Lusi Permatasari, warga Surabaya yang tengah mudik ke Banyuwangi. “Saya seperti melihat seni yang sedang berdoa.”


Festival tahun ini juga mengukuhkan Olehsari sebagai destinasi budaya unggulan. Desa ini telah resmi ditetapkan sebagai desa wisata, dan kini menjalin kerja sama kurikulum seni dengan kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. “Seblang bukan hanya dipentaskan, tapi juga dipelajari, didokumentasikan, dan dirayakan,” tambah Joko Mukhlis.


Panggung yang tadinya dipenuhi penari dan tabuhan gamelan kini telah sepi. Namun dalam senyapnya, tetap terasa denyut tradisi yang mengakar kuat. Seblang memang usai, tapi ia tak pernah benar-benar selesai. Seperti doa yang terus bergema dalam diam, festival ini akan kembali, menjadi peristiwa tahunan yang ditunggu, disambut, dan direnungkan.


Seblang telah menari. Banyuwangi pun kembali percaya, bahwa kebudayaan adalah napas kehidupan.

Penyerahan Buku Catatan Kecil Perjalanan Petugas Haji SUB-58 kepada Tim Medis

Bayuwangi (Warta Blambangan) – Buku Catatan Kecil Perjalanan Petugas Haji yang ditulis oleh Syafaat, Ketua Kloter SUB-58 tahun 2024, resmi diserahkan kepada tiga dokter kloter dalam sebuah acara di Hotel Aston Banyuwangi, Sabtu (05/10/2024). 


Buku ini berisi catatan perjalanan Syafaat selama menjalankan tugas sebagai petugas haji, yang merekam berbagai pengalaman berharga selama pendampingan jamaah haji asal Indonesia. Tiga dokter kloter yang menerima buku tersebut adalah dr. Hj. Inda Maulina Safitri, dr. Hj. Zuwidatul Husna, dan dr. H. Dzaky Ahmada.

Dalam sambutannya, Syafaat menyampaikan bahwa buku ini ditulis untuk mendokumentasikan momen-momen penting selama proses ibadah haji, serta untuk memberikan inspirasi dan pelajaran bagi petugas haji di masa mendatang. "Semoga buku ini bisa menjadi cermin dan panduan bagi petugas haji selanjutnya dalam melaksanakan tugas mulia ini," ujarnya.

Penyerahan buku ini disambut baik oleh ketiga dokter kloter, yang mengapresiasi dedikasi Syafaat dalam mencatat perjalanan haji secara detail dan penuh makna. (syaf)



KBIHU Al Mabrur Lakukan City Tour

Madinah (Warta Blambangan) Jamaah haji KBIHU Al Mabrur Banyuwangi, Kamis (04/07/2025) berkunjung ke kebun kurma Abu Faisal, jamaah dapat membeli kurma dengan sebelumnya bebas mencicipi semua bentuk kurma yang di jajakan. Ketua rombongan 2 Mustain menyampaikan bahwa hal ini di maksudkan agar menambah wawasan jamaah tentang perkebunan kurma. 


"bagi jamaah haji Indonesia dapat menikmati kurma fres merupakan hal yang langka" kata Nanang Mustain.

Para jamaah merasa puas dengan kunjungan ke kebun kurma ini, karena mereka dapat mencicipi segala jenis kurma dengan gratis sebelum mereka memutuskan untuk membelinya.

Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan KBIHU Al Mabrur untuk melengkapi city tour yang dilakukan pihak kloter.

Selain ke kebun kurma, jamaah haji diajak keliling kota Madinah dan mendapatkan penjelasan dari guide tentang beberapa tempat bersejarah di Kota Madinah terutama beberapa masjid yang dilewati.

Doa Jamaah Haji Kloter SUB-58 Untuk Syuhada Uhud

Madinah (Warta Blambangan) Jamaah haji Kabupaten Banyuwangi yang tergabung dalam kloter SUB-58 melaksanakan ziarah ke makam Syuhada perang Uhud, Rabu (03/07/2024). Para jamaah selain mendoakan para syuhada Uhud yang dipimpin oleh Binbad SUB-58, juga dijelaskan tentang sejarah Uhud, tempat tempat yang digunakan dalam perang Uhud, termasuk bukit pemanah, tempat prajurit Uhud melakukan serangan atas kaum kafir Quraisy yang menyerang kota Madinah. 


" kita harus mengambil hikmah dari peristiwa Uhud, yakni ketaatan kepada pimpinan" kata Syafaat, Ketua Kloter SUB-58.

Syafaat menjelaskan bahwa ziarah Uhud yang dilakukan sebagai pelengkap terhadap rangkaian perjalanan haji, para jamaah juga mendoakan para sahabat yang gugur, termasuk Sayyidina Hamzah yang juga gugur dalam perang Uhud.

Ziarah ke Uhud ini sangat penting karena banyak hikmah yang dapat kita ambil dalam peristiwa Uhud, terutama untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan umat Islam.

" kloter SUB-58 dibagi dalam 9 Bus untuk, satu rombongan dalam satu bus yang dilengkapi dengan pemandu yang menjelaskan tentang sejarah peristiwa Uhud" kata Syafaat.

Ditempat tersebut juga telah dibangun Masjid Syuhada untuk mengenang sahabat yang gugur dalam perang Uhud.

PPIH Kloter dan PHD Pimpin Jamaah Haji ke Roudhoh

Madinah, (Warta Blambangan) Dengan dibimbing dr. Zuwwidatul Husna, Deny Fitria Agustin PPIH dan Nurwiarsih PHD, Selasa (02/07/2024), Kloter SUB-58 berkesempatan ke Raudhah untuk sholat sunah, dzikir dan berdoa. Para jamaah ini diberikan jadwal pukul 07:00 WAS, namun berkah koordinasi Ning Wida (Panggilan dr. Zuwwidatul Husna) dan semua tim Kloter perempuan, para jamaah dapat memasuki Raudhah lebih cepat dari jadwal, bukan hanya jamaah yang masih sehat saja yang diajak ke Roudhoh, tetapi juga jamaah lansia yang memakai kursi roda. 


"Kesempatan hanya diberikan sekali, sayang jika di sia-siakan" kata Ning Wida.

Ketua kloter SUB-58 Syafaat menyampaikan bahwa untuk masuk ke Roudhoh sudah ditentukan, dan untuk hari ini kesempatan semua jamaah haji Kabupaten Banyuwangi untuk semua kloter.

"Kloter SUB-58 mendapatkan jadwal pukul 07:00 WAS, jamaah langsung ke Roudhoh setelah sholat subuh" kata Syafaat 

Para jamaah ini setelah sholat subuh tidak langsung kembali ke hotel, tetapi mereka berkumpul di depan pintu 318 untuk selanjutnya menuju pintu 360, tempat masuknya jamaah menuju Roudhoh secara bergiliran, pintu 360 tersebut dekat dengan makam Baqi, dan semua jamaah haji yang ingin ke Roudhoh lewat pintu tersebut sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan

Sertifikat Haji dari Kerajaan Saudi Arabia

Makkah (Warta Blambangan) Kementerian Haji dan Umroh Kerajaan Saudi Arabia menerbitkan Sertifikat Haji bagi jamaah haji yang melaksanakan ibadah haji dengan visa haji melalui aplikasi nusuk, dengan cara Jamaah melakukan scan barcode pada kartu nusuk yang diterima oleh masing-masing jamaah, hal ini disampaikan Syafaat, Senin (29/06/2024) kepada media ini.

Syafaat menyampaikan bahwa, dengan adanya sertifikat ini Jamaah Haji tidak perlu mencari sertifikat Haji dari lembaga lain. 


"dengan adanya sertifikat ini menjadi jelas keabsahannya karena dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang"  kata Syafaat.

Lebih lanjut Syafaat menyampaikan bahwa beberapa jamaah banyak yang bertanya tentang sertifikat haji yang biasanya didapatkan jamaah haji setelah usai pelaksanaan ibadah haji.

Jamaah haji merasa senang dengan adanya sertifikat haji ini, meskipun bukan tujuan utama dalam haji, namun setidaknya ada kenangan yang diberikan Kementerian Haji dan Umroh Kerajaan Saudi Arabia kepada jamaah haji. 


Salah satu jamaah haji asal Kabupaten Banyuwangi Deny Fitria Agustin menyampaikan bahwa sangat mudah untuk mendapatkan sertifikat tersebut, dan dalam sertifikat tersebut sudah ada foto dan nama jamaah hajinya

Dokter Kloter SUB-58 Memandu Thawaf Wada

 Makkah (Warta Blambangan)J elang keberangkatan ke Madinah, jamaah haji Kabupaten Banyuwangi yang tergabung dalam kloter SUB-58, Kamis (27/06/2024) , melakukan thawaf wada bagi jamaah Lansia dengan menggunakan golf cart.


Ketua kloter SUB-58 Syafaat menyampaikan bahwa tarif untuk Thawaf menggunakan mobil golf sebesar 50 SAR, tanpa sai, petugas kloter yang mendampingi jamaah haji Lansia dalamh menjalankan Thawaf wada tersebut Pembimbing Ibadah (Binbad) H. Muklis dan dokter kloter dr. Hj. Zuwwidatul Husna.

"untuk jamaah haji yang tidak membutuhkan bantuan, kita laksanakan malam Sabtu menjelang keberangkatan ke Madinah" kata Syafaat.

Lebih lanjut Syafaat menyampaikan bahwa sebelum mereka naik mobil golf, petugas kloter mengajari tentang dimulainya thawaf wada.

"Bukan hanya binbad yang mengajarkan bagaimana doa wada, tetapi dokter kloterpun juga memandu bimbingan ibadah" kata Syafaat.

Setelah thawaf wada, jamaah lansia ini merupakan melaksakan sholat sunah dua rakaat lalu doa wada yang dipandu oleh H. Muklis selalu Binbad SUB-58.

Dengan thawaf wada ini, maka selesailah semua ritual haji bagi jamaah haji lansia kloter SUB-58 untuk selanjutnya akan ke Madinah untuk ziarah ke tempat bersejarah di Kota Madinah dan sekitarnya.

Para jamaah merasa sangat senang dan terbantu dengan program petugas kloter yang mengantar dan memandu jamaah haji Lansia dengan menggunakan Golf Cart, yang tarifnya jauh lebih murah dibandingkan dengan jika harus di dorong menggunakan kursi roda

Lansia SUB-58 Thawaf Ifadah pakai Golf Cart


Makkah (Warta Blambangan) Jamaah haji lansia kloter SUB-58 melaksanakan Thawaf Ifadah menggunakan golf cart dengan membeli tiket yang disediakan di lantai 2 Masjidil Haram, Kamis (20/06/2025) dengan didampingi Ketua Kloter SUB-58 Syafaat dan Tim Kesehatan Deny Fitria Agustin, mereka rela antri sejak setelah sholat magrib berjamaah di Masjidil Haram.

Cara ini digunakan karena relatif lebih murah dibandingkan dengan menggunakan jasa dorong kursi roda untuk Thawaf dan Sai yang pada Thawaf Ifadah mencapai harga 600 real lebih.

Syafaat menyampaikan bahwa jamaah lansia dibagi dalam dua tim, yakni tim pertama berangkat sejumlah 14 orang yang diperuntukkan bagi jamaah lansia tanpa kursi roda, sedangkan tim kedua bagi jamaah haji yang menggunakan kursi roda pada malam Sabtu mendatang.


"jamaah haji yang dapat melaksanakan Thawaf Ifadah mandiri sebagian sudah selesai, terutama yang Nafar Awal, sedangkan untuk Nafar Tsani bersamaan dengan tim pertama lansia" kata Syafaat.

Pembagian tim ini dimaksudkan agar jamaah haji terlayani secara maksimal, dan petugas kloter dapat berbagi, sehingga hotel tidak kosong dengan petugas.

Perlu diketahui bahwa disamping layanan golf cart, juga ada layanan Thawaf menggunakan scuter yang dapat digunakan untuk dua orang.

Jamaah Periksa Kesehatan Usai Jalankan Sholat Jumat

 Makkah (Warta Blambangan) Pos Kesehatan Kloter Layani Kesehatan Jamaah Haji selama melaksanakan ibadah haji, layanan ini dilakukan di lorong hotel dengan mengingat tidak adanya ruangan khusus yang dapat digunakan, seperti yang terjadi Jumat (31/05/2024) setelah menjalankan Sholat Jumat banyak jamaah yang melaksanakan pemeriksaan kesehatan di pos yang sudah disiapkan.


Dokter Kloter SUB-58 dr.Hj. Zuwwidatul Husna menyampaikan bahwa banyaknya jamaah yang melakukan pemeriksaan hari ini setelah sholat Jumat di Masjidil Haram dan pulang tidak mengikuti anjuran Ketua Kloter yang menganjurkan jamaah keluar masjid satu jam setelah sholat Jumat usai.

"beberapa jamaah yang periksa karena kelelahan dalam perjalanan karena salah jalan pulang" kata dokter Wida.

Ketua kloter SUB-58 Syafaat menyampaikan bahwa sebenarnya jarak hotel ke Masjidil Haram hanya 2 km, karena tidak tahu jalan, ada jamaah yang berjalan hingga hampir sampai hotel, mereka malah kembali karena mencari terminal tempat mereka datang.

"Pada saat selesai sholat Jumat, semua pintu keluar dibuka, sehingga jamaah keluar dari pintu yang berbeda dengan ketika dia masuk" kata Syafaat.

Jamaah Haji Banyuwangi Bikin Rujak Lethok Khas Cungkingan


Mekkah (Warta Blambangan)-Suasana di hotel Bilal daerah Misfalah Makkah, jamaah haji asal Banyuwangi mendadak riuh dengan aroma khas yang mengundang selera, Rabu (29/5/2024). 

Rupanya beberapa jamaah haji tengah membuat rujak Lethok, kuliner tradisional khas daerah mereka, untuk mengobati rasa rindu kampung halaman. Acara dadakan itu sebagai bagian dari kegiatan kebersamaan selama menunaikan ibadah haji. 

Dengan peralatan dan bahan-bahan yang telah dibawa dari Indonesia, para jamaah dengan antusias meracik rujak lethok, yang terkenal dengan perpaduan bumbu kacang, dan petis.

"Kami ingin menghadirkan sedikit suasana rumah di tengah-tengah pelaksanaan ibadah haji ini," ujar Asrori, salah satu jamaah. 

Asrori, yang kesehariannya mengajar di MTsN 10 Banyuwangi mengatakan, bahwa rujak lethok ini memang makanan favorit di Banyuwangi. Dirinya bersama teman kamar sepakat untuk membuatnya bersama-sama di  sana.

Para jamaah saling berbagi tugas, ada yang mengiris buah-buahan, dan ada pula yang menumbuk bumbu dengan semangat. Gelak tawa dan canda menghiasi proses pembuatan rujak, membuat suasana semakin akrab dan hangat.

"Saya sangat senang bisa ikut membuat rujak lethok di sini. Rasanya seperti sedang berada di rumah sendiri," kata mereka.

Acara memasak rujak lethok ini juga menjadi ajang silaturahmi dan mempererat hubungan antar jamaah. Selesai membuat, mereka pun bersama-sama menikmati hasilnya dengan penuh syukur dan kegembiraan.

Kegiatan membuat Rujak lethok ini merupakan contoh betapa kuatnya semangat kebersamaan dan gotong royong jamaah haji asal Indonesia, khususnya dari Banyuwangi, dalam menjalani rangkaian ibadah haji yang penuh tantangan. (yas)

Sosialisasi Pra Armuzna

 Makkah (Warta Blambangan) Jamaah haji Kabupaten Banyuwangi yang tergabung dalam kloter SUB-57 dan SUB-58 , Rabu (29/05/2025) bertempat di Mushola Hotel Bilal wilayah Misfalah mendapat  edukasi pra Armuzna (Arofah, Muzdalifah, dan Mina) dari Konsultan Binbad (bimbingan ibadah) sektor 10. Dr. KH. Aris Ni'matullah.

Dalam kesempatan tersebut disampaikan tentang pentingnya menjaga kesehatan agar dapat melaksanakan ibadah haji dengan sempurna.


Tentang sholat di Masjidil Haram yang pahalanya berlipat sepuluh ribu kali, Aris Ni'matullah menyampaikan bahwa yang dimaksud bukanlah Masjidil Haram dalam artian bangunan Masjidil Haram saja, tetapi tanah haram, sehingga hotel yang ditempati jamaah haji Indonesia termasuk berada di tanah haram, sehingga Sholat di bangunan Masjidil Haram dan di Mushola Hotel adalah sama


 
Copyright © 2013. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Template Modify by Blogger Tutorial
Proudly powered by Blogger