Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » , , , » Banyuwangi, Tanah Seribu Wajah yang Dirindukan: Ribuan Wisatawan Serbu Kota di Ujung Timur Selama Libur Waisak

Banyuwangi, Tanah Seribu Wajah yang Dirindukan: Ribuan Wisatawan Serbu Kota di Ujung Timur Selama Libur Waisak

BANYUWANGI – Ada yang lebih hangat dari matahari pagi di pantai Pulau Merah. Ada yang lebih dalam dari laguna bening di Pulau Bedil. Banyuwangi, kota dengan detak jantung yang tenang namun penuh kejutan, kembali menjadi pelabuhan rindu bagi ribuan wisatawan selama libur panjang Hari Raya Waisak, Sabtu hingga Selasa, 10—13 Mei 2025.


Seperti melodi yang terus diputar, Banyuwangi tak pernah kehilangan pamornya. Dari pucuk-pucuk cemara Hutan De Djawatan yang bagai lorong dongeng, hingga kawah biru Ijen yang menyala sunyi di pelupuk malam, kabupaten ini seolah menyusun harmoni alam untuk siapa pun yang datang. Gunung dan laut menyatu dalam satu helai selendang, dijahit dengan keramahan yang tak dibuat-buat.



“Alhamdulillah, libur panjang kali ini menjadi berkah bagi Banyuwangi,” ujar Bupati Ipuk Fiestiandani dengan senyum yang sejuk, Minggu (11/5/2025). “Sebagian besar destinasi kami banjir pengunjung. Ini menunjukkan bahwa Banyuwangi masih menjadi cerita yang ingin terus dibaca, dikunjungi, dan dihidupi.”


Hotel-hotel penuh sesak, bukan oleh keramaian yang gaduh, tetapi oleh wisatawan yang membawa serta keinginan sederhana: menjauh dari rutinitas dan bersentuhan dengan keteduhan. Banyak dari mereka datang sejak Jumat, menjadikan kota ini seperti halaman buku yang dibuka bersamaan oleh banyak mata.


Salah satu halaman paling memesona dalam buku itu adalah Pulau Bedil, sebutir mutiara kecil di perairan Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran. Pulau ini tak lebih luas dari sejumput doa, tapi menyimpan keindahan seluas cakrawala. Laguna tenangnya mengajak tubuh untuk berenang dan pikiran untuk tenggelam dalam ketenteraman. Mereka yang menyelam di antara terumbu karang, menyaksikan biota laut menari dalam balutan cahaya, seperti puisi yang ditulis langsung oleh Tuhan.


Taufik Rohman, Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, menyampaikan bahwa peningkatan pengunjung terjadi di hampir semua destinasi. Hutan De Djawatan mencatat 3.600 jiwa datang menyusuri pohon-pohon trembesi raksasa yang seperti hidup dalam dunia magis. Di kaki Gunung Ijen, 1.800 orang mendaki dengan napas yang tertahan oleh kagum. Pantai Grand Watudodol, Pulau Merah, Pantai Mustika, Cacalan—semuanya tak pernah sunyi, tapi tak pula gaduh. Seolah-olah wisatawan datang bukan hanya untuk menikmati, tapi untuk menyatu.


“Kunjungan meningkat tiga kali lipat dibanding hari biasa,” ucap Taufik. “Bahkan banyak homestay yang tidak lagi menerima tamu karena sudah penuh sejak awal akhir pekan.”


Banyuwangi, agaknya, bukan hanya destinasi. Ia adalah pengalaman yang tak bisa direkam hanya dengan kamera, melainkan dengan hati yang bersedia menepi. Ia bukan tempat untuk sekadar dikunjungi, melainkan untuk dikenang dalam waktu yang panjang.


Di kota ini, laut tidak sekadar ombak. Gunung bukan sekadar pendakian. Dan liburan bukan sekadar pelarian. Banyuwangi, dalam libur Waisak kali ini, adalah rumah bagi ribuan jiwa yang ingin sejenak merasa pulang. (*)

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog