Pages

Tampilkan postingan dengan label Warta Pramuka. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Warta Pramuka. Tampilkan semua postingan

Perticab Saka Bakti Husada IV Tahun 2023 Diikuti Pramuka Binaan Puskesmas Se Kabupaten Banyuwangi

BANYUWANGI - (Warta Blambangan),Wakil Bupati Banyuwangi, Sugirah, menjadi pembina upacara pembukaan Perkemahan Bakti Saka Bakti Husada Tingkat Cabang (Perticab) IV Banyuwangi Tahun 2023, yang berlangsung di Cluring Water Park pada Jumat, (1/9/23).



Dalam acara tersebut, Wabup  didampingi oleh Plt. Kepala Dinas Kesehatan, Amir Hidayat, Camat Cluring, Henry Suhartono, dan Kepala Puskesmas se Kabupaten Banyuwangi.


Sugirah, yang juga menjabat sebagai Ketua Kwartir Cabang Banyuwangi, mengungkapkan apresiasinya terhadap jajaran Dinas Kesehatan dan Puskesmas yang telah berperan aktif dalam mengembangkan Saka Bakti Husada,  "Pembinaan terhadap pramuka bidang kesehatan  juga ikut berkontribusi terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat Banyuwangi," ujarnya.


Ia sangat mendukung tindakan preventif yang diwujudkan dalam kegiatan bakti dalam Perticab tersebut.


Selain itu, Sugirah juga menekankan pentingnya Saka Bakti Husada sebagai agen perubahan dan pelopor kesehatan dalam masyarakat. 


"Perkemahan ini bukan hanya ajang bersenang-senang, melainkan juga kesempatan untuk mengembangkan ilmu yang nantinya dapat diterapkan secara luas di masyarakat," kata juragan lombok yang pernah jadi wakil rakyat di legislatif ini.


Wabup juga menaruh harapan besar terhadap perkembangan Saka Bakti Husada di masa mendatang. Prosesi pembukaan ditandai dengan penancapan pusaka husada oleh Wabup Sugirah.


Sementara itu, Plt. Kepala Dinas Kesehatan Amir Hidayat, yang juga menjabat sebagai Ketua Majelis Pembimbing Saka Bakti Husada Cabang Banyuwangi, menjelaskan bahwa kegiatan ini akan berlangsung dari 1 - 3 September 2023. 


"Perkemahan diikuti sebanyak 144 anggota Saka Bakti Husada yang akan berpartisipasi, terdiri dari 72 putra dan 72 putri," katanya


Amir menambahkan, beragam kegiatan bakti akan dilaksanakan selama acara, termasuk diantaranya edukasi mengenai pencegahan anemia, edukasi tanaman obat keluarga, distribusi sembako untuk mengatasi stunting, pemantauan jentik nyamuk, dan edukasi pengelolaan sampah.


"Semua ini bertujuan untuk memperkuat peran Saka Bakti Husada dalam meningkatkan kesehatan masyarakat Banyuwangi," pungkasnya. (Arif/Desika/Pipit/WB)

Satya

SATYA

Wajahnya manis menggoda, senyum manis tanpa lipstick menyapa, serempang sampur merah mengiringi langkah menuju arena. Api unggun masih menyala, banyak hati yang ikut berkobar karenanya. Senyumnya seakan meminta izin kakinya memainkan tarian mantra.

“Ayo kutunggu di arena.”

Berpuluh pasang mata pandega tak bekedip karenanya. Rambut Niken terbiarkan terurai, tali rumput pengikat  lepas tanpa permisi. Suara gamelan terdengar lirih dari sound system kecil panitia, separuh suaranya terbawa angin entah ke mana, mataku terpejam ketika terbentur sorot matanya tembus bagai panah ke ulu hati.

“Silahkan menari, aku akan mengiringi.”

Aku kenal tarian itu, tarian Mantra Jaran Goyang.

“Ayo Kak, iringi aku memainkan tarianku” pintanya.

“Aku tak pandai menari”

Aku hanya berdiri kaku di pinggir arena, menikmati  dan larut dalam tariannya. Tarian jaran goyang tanpa mantra mencapai puncak tengah malam, matanya masih berbinar, tempik sorak melawan sepoi dingin malam. Jiwa ini terus mengiringi tariannya, membakar dinding cinta, mengitari api unggun yang terus menyalak, seakan ada suara ”ikuti tarianku meski dalam lamunanmu, meski tanpa tirakat dan mantra.” Beberapa orang berkalung narakarya mondar-mandir ditenda panitia.

Semua terdiam membisu, suara gamelan tak lagi lirih, dia terus menari mengitari api unggun, kalung merah putih masih tersemat di leher jenjangnya yang bening. Ketika minum, seakan terlihar air mengalir dari tenggorokannya, mungkin dia bidadari surga yang sedang berlibur di bumi, ribuan bintang tersenyum, mereka bertaruh tentang siapa yang akan menang, siapa pemburu dan yang diburu. Kulihat kembang kanthil terselit di sela jemarinya.

 “Tangkap kanthilku Kak.” Mataku tak berkedip menatap kanthil yang dilemparkan ke langit, baunya harum memikat, kanthil itu tak turun ke bumi, entah terbang ke mana. Niken terus menari, aku terhanyut dalam bayangnya.

Aku masih mengitari api unggun yang mulai redup, sayup-sayup kudengar  mazmur malam dalam bayangan. 

”Dalam kasih tidak ada ketakutan. Kasih yang sempurna menghilangkan segala rasa takut karena ketakutan ada kaitan dengan hukuman. Dengan demikian, orang yang takut belum mengenal kasih yang semnpura”. 

Masih kuingat alunan deresannya, meski itu kudengar setahun yang lalu, pertama kali kuikmati tatapan matanya. Malam ini tak ada purnama, gemerlap bintang menyibak awan, memberikan kesempatan kobaran api cinta penawar kecewa, tak terdengar lagi mantra dari kitab suci. Dia seakan terus melantunkan sayup mantra di sela bayang tariannya, melati di atas daun telinganya masih jangkep, tak terlihat layu meski sedari pagi dipetik dari tangkainya, pertanda kesucian jiwa masih terjaga. “Teruslah menari hingga habis mantra mantra itu terurai.”

Sun matek ajiku si jaran goyang, sun goyang ring tengah latar, sun sabetaken gunung gugur, sun sabetken lemah bengkah, sun sabetaken segoro asat, sun sabetaken ombak sirap, Pet sabetake ati si jabang bayine penari, Cep sido cep edan ketresnan. Yen dudu aku sing nambani”. 

Kucoba rapalkan mantra tanpa puasa tanpa suara, Kubuang melati ke arahnya, seperti halnya nelayan membuang sauh, kembang terbakar sebelum menyentuh bumi.  Sampur merah ngiwi-iwi lamunanku. Tangan Niken masih gemulai melanjutkan tariannya. Begitu lihainya gadis manis itu menarikan tarian Jaran Goyang meski tak terdengar mantra. Kanthil dan melati sama-sama tak menyentuh bumi, tak ada yang lebih hebat antara tarian dan mantra, para pandega masih tetap bersorak menikmati, mereka tidak menyadari yang terjadi pada dua hati di antara kobaran api.


Mantramu tak kauucapkan dari mulut mungilmu, selembar bibir itu cukup tersenyum menatapku. Mantra-mantra itu telah menyatu dalam tarian jiwa. Aku bagaikan pemburu yang tak jelas siapa yang diburu, tirakatku ambyar sebelum mantra itu kuucapkan. Mantra pada tarianmu telah membius dan menghapus hafalanku pada rapal yang sudah kusiapkan. Tak seperti engkau yang telah hafal dengan ayat-ayat mazmurmu, yang kau deres dengan merdu mendayu. Aku lelah dan harus pasrah terkena mantra tarianmu, engkau kembali ke pangkalan diiringi sorai pandega yang juga pengagummu. 

“Bagaimana tarian Niken Kak?” tanyanya sambil meneguk segelas air mineral yang kusodorkan. Ingin aku menyeka buliran keringat di wajahnya. Aku tidak menjawab pertanyaannya, hanya mengacungan jempol kepadanya.

Engkau terbangun ketika azan Subuh kukumandangkan. Engkau sabar menungguku melakukan sembahyang pagi sebelum senam dimulai. Mungkin engkau akan menceritakan kepadaku isi buku Scouting For Boys atau kita bersama mengurai tali simpul yang terlanjur menjerat hati tak terluka. Aku akan tetap setia pada satya yang akan kudarmakan dan akan terus  menebar darma dengan cinta yang terus menyala meski tanpa tarianmu. Kita terikat pada satya dan mungkin cinta tanpa asmara dan cemburu. Satya telah terpatri tanpa harus merapalkan mantra, satya yang harus tertebar ke mana-mana. 

Haruskah cerita itu berhenti di sini? 

“Ayo Kak, sarapan” suaranya lirih mengaburkan lamunan, aku tidak menjawabnya, segera melangkahkan kaki untuk sarapan bersama.

Kulihat Wall Facebook, foto gadis berbaju Pramuka memegang Jargon di tangannya. Bukan Mantra Jaran goyang seperti yang pernah kurapalkan. Atau sederet ayat-ayat pada Mazmur yang pernah dideresnya. Senyum manis masih menghiasi setiap kutatap wajahnya, senyum yang sama ketika gadis manis itu menari mengitari api menyala, memegang erat pamflet yang telah lama ingin dibuangnya, namun di masih sanggup tersenyum bahagia, “Biar jomblo asal pramuka”. Aku tak sempat lagi melempar jiwa melati kepadanya, memegang hati, dan cinta tanpa bara. Senyumnya tetap bertebaran, menghiasi Facebook dan Instagram, tak ada picture tarian.

Kita mengitari kembang buah naga yang sedang bermekaran semalam, benang sari menunggu uluran tangan untuk menyatukan asmara dengan putik cantik merinu yang dari perkawinannya akan muncul buah hati yang dapat dinikmati. Aku mengejarmu meski engkau tak lagi menari, lampu neon mempercepat pubertas, buah naga tersebut dapat bercinta di luar musim yang dikehendaki, entah dengan kita. Sekat yang memisahkan kita seakan tak akan pernah tertembus meski belati cinta berkali-kali kautancapkan di dada. Kita masih sibuk mengawinkan buah naga, hanya bisa meraih bayang. Tatapan matamu menembus pilu hati yang sedang merasakan perana, kita tabur cinta untuk hinggap ke mana dia suka, dan kita tetap bahagia.

“Kenapa kembang ini harus dikawinkan?” tanyaku.

“Kalau nggak dikawinkan nggak akan jadi besar Kak.”

”Kok harus malam hari?”

“Ketika matahari beranjak sepenggalah, kembang-kembang ini layu Kak.”

Langit cerah, rembulan pun memberikan kesempurnaan sinarnya, ada yang terjatuh dari langit, baunya harum semerbak, hafal betul aku dengan baunya, ini bukan harum kembang buah naga, harumnya seperti kembang kanthil atau melati. Kutangkap pelan benda dari langit tersebut.

“Lihat Kak, aku menangkap bunga melati yang jatuh entah dari mana.” Niken menunjukkan kembang di tangannya dan tanpa kusadari Kanthil itu sudah ada di tanganku.

 “Iya, aku juga menangkap kembang kanthil yang jatuh dari langit.”

Kami saling menatap, tidak tahu kenapa ada kembang kanthil dan melati ada di tangan. Mungkinkah ini kembang yang lenyap ketika Niken menari dan aku merapalkan mantra dulu? Bukankah itu hanya permainan sesaat? Imajinasiku semakin liar, tarian Niken di antara api unggun seakan kembali hadir. Bau kembang semakin harum, kanthil, melati, berdekapan erat. Tak terasa keringat dingin keluar dari kuduk, masih ada sepasang kembang yang perlu dikawinkan.

Tirakatku, mantra-mantramu belum benar menyatu, masih kuingat pesanmu “Lakukankah apa yang ingin Kakak lakukan.”

Aku bukan ingin mendengarkan deresan mazmurmu atau tarian Jaran goyang tengah malam yang telah membakar melatiku, karena aku tak tahu apa yang kuinginkan darimu. 

“Ayolah kita menyanyi lagi, mengitari api unggun bersama kembali.”

Kaujawab ajakanku ini dengan senyum manismu. Senyum yang kaubawa kemana pun engkau pergi.

Tarian itu telah menebarkan benih cinta tak sengaja, sebuah tarian dan mantra  yang seharusnya tidak dipermainkkan. Kami duduk di beranda, secangkir kopi telah kuteguk setengahnya, menyesali tarian dan mantra yang pernah dimainkannya.

“Sudahlah Kak, tarian jaran goyang adalah tarian takdir, seperti halnya mantranya,” ucapnya tanpa menghidangkan senyum manisnya.

“Iya, kita sudah terjebak dalam permainan tarian dan mantra, menapaki garis takdir”

Aku tak menunggu nya, Kami terduduk beradu senyum yang tidak diketahui maknya dari padanya, hanya satya yang menyatukan dua jika, entah dengan rindu dan cinta

 

Syafaat

Anggota Terminal Literasi Pegawai Kementerian Agama (Lentera Sastra)

Kursus Mahir Dasar Pramuka



            Ketika ada permasalahan terkait dengan kegiatan Gerakan Pramuka, terlebih jika dalam kegitan tersebut terjadi adanya korban jiwa, selalu muncul desakan agar kegiatan ekstra wajib di sekolah tersebut dihentikan, terlebih bagi mereka yang (maaf) tidak memahami arti kegiatan gerakan pramuka tersebut bagi peserta didik. Beberapa diantaranya bahkan menganggap kegiatan tersebut hanya membuang waktu dan energy saja, karena dianggap hanya kegiatan main main yang tidak ada gunanya.
            Beberapa waktu yang lalu saya terlibat sebagai salah satu panitia Kursus Mahir dimana dalam kegiatan tersebut untuk mempersiapkan Pembina Pramuka yang handal dan mampu menjadi Pembina Pramuka yang baik sesuai dengan tujuan dari gerakan Pramuka itu sendiri, dimana dalam Kursus Mahir yang diawali dengan Kursus Mahir Dasar (KMD) para peserta yang terdiri dari Para Guru yang dipersiapkan sebagai Pembina Pramuka tersebut langsung praktek dalam kegiatan, sehingga faham betul dengan semua kegiatan yang juga akan diterapkan pada siswa sesuai dengan jenjangnya.
            Ketika mendengar berita negatif tentang Gerakan Pramuka, saya jadi berprasangka bahwa para Pembina yang melakukan tindakan yang diduga tidak lazim dalam kegiatan gerakan Pramuka tersebut belum lulus KMD. Karena sebagaimana yang saya ketahui dari yang saya ikuti bahwa untuk mempersiapkan seseorang menjadi Pembina Pramuka membutuhkan proses yang tidak instan,  kemampuannya harus benar benar teruji agar dapat membentuk kepribadian yang mandiri yang memegang teguh satya.
            Dalam Gerakan pramuka sebagai penyelenggara pendidikan kepanduan di Indonesia yang merupakan bagian pendidikan nasional, Pendidikan kepramukaan merupakan salah satu pendidikan nonformal yang menjadi wadah pengembangan potensi diri serta memiliki akhlak mulia, pengendalian diri, dan kecakapan hidup untuk melahirkan kader penerus perjuangan bangsa dan negara. Di samping itu, pendidikan kepramukaan yang diselenggarakan oleh organisasi gerakan pramuka merupakan wadah pemenuhan hak warga negara untuk berserikat dan mendapatkan pendidikan sebagaimana tercantum dalam Pasal 28, Pasal 28C, dan Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Gerakan Pramuka bertujuan untuk membina kaum muda dalam mencapai sepenuhnya potensi-potensi spiritual, sosial, intelektual dan fisiknya. Gerakan ini terwujud dalam: Membentuk Kepribadian dan akhlak mulia kaum muda, menanaman semangat kebangsaan, cinta tanah ait dan bela negara bagi kaum muda. Meningkatkan keterampilan kaum muda sehingga siap menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat, patriot dan pejuang yang tangguh, serta menjadi calon pemimpin bangsa yang handal pada masa depan.
            Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka disusun dengan maksud untuk menghidupkan dan menggerakkan kembali semangat perjuangan yang dijiwai nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat yang beraneka ragam dan demokratis. Undang-undang ini menjadi dasar hukum bagi semua komponen bangsa dalam penyelenggaraan pendidikan kepramukaan yang bersifat mandiri, sukarela, dan nonpolitis dengan semangat Bhineka Tunggal Ika untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

            Beberapa Fakultas Pendidikan pada Perguruan tinggi mewajibkan bagi Mahasiswa untuk mengikuti Kursus Mahir Dasar (KMD) sebagai salah satu sarat pengambilan Ijazah. Meskipun Kepramukaan tidak termasuk dalam materi yang wajib dikuti dalam perkuliahan, namun dengan adanya persaratan mengikuti KMD tersebut sebagai salah satu upaya menyiapkan para calon pendidik memahami dasar dasar gerakan Pramuka, sehingga ketika calon pendidik tersebut nantinya menjadi Pembina Pramuka, akan menjadi Pembina Pramuka yang baik dan akan terhindar dari cara cara membina Pramuka yang tidak mendidik.
            Ada beberapa persaratan untuk dapatnya menjadi Pembina Pramuka, selain usia yang sudah dianggap dewasa, ada ikrar yang harus diucapkan oleh calon Pembina Pramuka melalui Kursus Mahir Dasar (KMD) maupun Kursus Mahir Lanjutan (KML) yang diselenggarakan oleh Pusat pendidikan dan Pengembangan Kwartir Cabang (Pusdiklatcab), Kwartir Daerah maupun Kwartir Pusat dengan mengucapkan Tri Satya dan menanda tangani Ikrar. Hal ini dimaksudkan karena Gerakan Pramuka menyangkut Karakter Generasi bangsa, sehingga diperlukan sarat sarat tertentu untuk menjadi Pembina Pramuka.

            Saya bukanlah seorang Guru di lembaga Pendidikan, meskipun beberapa saat yang lalu juga berkecimpung di dunia tenaga kependidikan. Saya menyadari bahwa belum semua Pembina Pramuka membunyai sertifikat sebagai Pembina Pramuka. Beberapa diantara sekolah juga memberdayakan Pramuka Penegak untuk membantu membina Pramuka ditingkat Siaga maupun Penggalang, yang semestinya juga didampingi oleh Pembina yang telah memenuhi kwalifikasi.

Media Tanpa Kertas KML Kabupaten Banyuwangi.



Bukan hanya Pretest dan Posttest saja yang dilakukan secara online, dimana dalam kegiatan tersebut menggunakan media digital untuk mengerjakan soal, namun dalam kegiatan lintas alam atau biasa dikenal dengan intilah penjelajahan. Juga dilakukan dengan media tanpa kertas. Hal ini disampaikan Kusno Adiwibowo ketika memberikan pembekalan sebelum kegiatan penjelajahan berlangsung sabtu (25/1). “nanti setiap post yang sudah ditentukan dikirim melalui google maps, dan tugas yang diberikan juga dikirim melalui media online kepada pembina” ungkapnya.
Sejak dimulainya KML tersebut, telah dilakukan kegiatan kegiatan nyang berkatan dengan beberapa tugas dengan media online, seperti Post Test yang dilaksanakan secara online dan dilakukan diluar gedung, dimana lebih mudah mencari sinyal dan lebih enjoy. “kita menggunakan media online untuk beberapa tugas, disamping hemat kertas, juga sangat praktis, peserta langsung tahu nilai Post Test langsung setelah mengerjakan soal” ungkap Syafaat, panitia pelaksana KML.

Meskipun Google Maps kadang tidak selalu benar, namun dalam kegiatan penjelajahan yang dilaksanakan dalam wilayah perkotaan tersebut, panitia menggunakan media online, hal ini dilakukan agar para Pembina pramuka yang menjadi peserta KML tersebut terbiasa dan tidak ketinggalan dalam penggunaan media digital. “Pramuka bukan hanya dialam liar, namun juga dapat beradaptasi dengan lingkungan perkotaan” Ungkap Fatkhurrahman, Salam satu Pembina KML.

Pesan Pembina KML, Pramuka Selalu Menerapkan Satya


Dalam renungan suci Kursus Mahir Lanjut yang dilaksanakan di MAN3 Banyuwangi, Sabtu (25/1), Qosim, memberikan wejangan terhadap peserta KML Pramuka menjalankan Satya, tepatnya Tri Satya. Kepala MAN 3 Banyuwangi yang berdomisili di Kecamatan Srono tersebut menyampaikan bahwa Dalam pramuka kita diajarkan banyak hal berkaitan dengan keterampilan, kekompakan, kerja sama, pengetahuan hingga pendidikan karakter. Bagi seorang anggota Pramuka juga wajib untuk mengamalkan ikrar tri satya dan dasa darma pramuka. “Pramuka bukan hanya ketika mengenakan seragam, namun jiwa Pramuka harus selalu ada dalam kondisi apapun sebagaimana Satya yang telah diikrarkan” ungkapnya.
Berbagai materi yang telah dilakukan diikuti oleh semua peserta tanpa terkecuali. Tidak semua peserta berasal dari Guru, ada peserta yang bukan lagi Guru, namun tetap ikut KML, salah satunya Ana Zulmala Andriani Petugas Pendamping PKH (Program Keluarga Harapan) Kecamatan Cluring. Meskipun tidak lagi mengajar, Mala (panggilan akrabnya) masih mengikuti kegiatan sebagai Pembina pramuka di Madrasah. “dunia pramuka sudah menyatu dengan diri saya” ungkap gadis cantik berkacamata ini.

Keakraban dan rasa kekeluargaaan diantara peserta sangat dirasakan dalam kegiatan yang dilaksanakan selama 7 hari tersebut. Terlebih kegiatan kelompok yang mengharuskan kekompakan diantara para peserta. “Kita seperti  keluarga, tak ada sekat pembeda diantara kita” ungkap Fransiska Niken Trihartanti, Guru  Agama Katholik di SMA PGRI Purwoharjo  yang ikut sebagai peserta KML. “Guru  Agama non PNS juga bagian dari kementerian Agama” ungkapnya lagi.


Foto Kegiatan KML 2020 di MAN 3 Banyuwangi Kecamatan Srono



























































































 
Copyright © 2013. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Template Modify by Blogger Tutorial
Proudly powered by Blogger