Surabaya, (Warta Blambangan) Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) secara resmi membuka Konferensi Internasional Kesusastraan (KIK) ke-34 di Graha Wiyata Hall, Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Jawa Timur, Jumat (10/10). Tahun ini, konferensi mengangkat tema besar “Sastra dan Aktivisme Sosial”, menyoroti peran sastra dalam mengartikulasikan isu-isu kemanusiaan, lingkungan, dan teknologi digital.
Acara pembukaan dimulai pukul 13.00 WIB, diawali dengan registrasi peserta dan makan siang bersama, dilanjutkan dengan laporan Ketua Pelaksana Prof. Pratiwi Retnaningdyah, Ph.D., serta sambutan dari Ketua Umum HISKI, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum., dan Rektor Universitas Negeri Surabaya, Prof. Dr. Nurhasan. Dalam kesempatan itu, HISKI juga menyerahkan penghargaan “Tokoh Peduli Pantun” serta melakukan penandatanganan MoU antara HISKI Pusat dan UNESA sebagai wujud kolaborasi akademik lintas lembaga.
Acara turut dimeriahkan dengan peluncuran buku oleh Dr. Much. Koiri, diikuti sesi pleno menghadirkan tiga pembicara utama: Hafidz Muksin, S.Sos., M.Si., Annisa Beta, Ph.D. (University of Melbourne), dan Prof. Milena Mileva (Slovenia).
Setelah sesi utama, peserta mengikuti sesi paralel I dan II yang menghadirkan ratusan pemakalah dari berbagai universitas dan komisariat HISKI di seluruh Indonesia. Sesi ini membahas beragam topik mulai dari ekosastra, feminisme, sastra digital, hingga pendidikan literasi berbasis nilai kemanusiaan.
Konferensi berlanjut pada Sabtu, 11 Oktober 2025, dengan agenda pleno internasional menghadirkan tiga pembicara terkemuka: Dr. Annette Damayanti Lienau dari Harvard University, Dr. Ai Takeshita dari Tokyo University of Foreign Studies, dan Prof. Dr. Wardiman Djojonegoro, tokoh pendidikan nasional.
Rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan sesi paralel III, Rapat Koordinasi Nasional HISKI Pusat dan Daerah (RAKORNAS), penampilan keroncong, serta penutupan dan penyerahan penghargaan pada sore hari.
Ketua Umum HISKI, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, menegaskan bahwa konferensi ini bukan hanya ajang akademik, tetapi juga bentuk tanggung jawab moral komunitas sastra untuk merespons tantangan sosial dan kemanusiaan. “Sastra hari ini bergerak dalam ruang aktivisme. Sastra diharapkan kuat berbicara tentang lingkungan, kesetaraan, spiritualitas, dan teknologi sebagai buah refleksi dari dunia yang terus berubah,” ujarnya.
Dengan lebih dari 140 pemakalah dan sembilan subtema utama, KIK ke-34 HISKI diharapkan menjadi forum penting bagi pertukaran gagasan, kolaborasi penelitian, dan penguatan jejaring akademik lintas disiplin untuk kemajuan ilmu kesusastraan Indonesia. (Lutfia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar