Pages

Home » » Ketika Kata Menjadi Ziarah: Kapolresta Rama Samtama Putra dan Para Penyair Lentera Sastra Banyuwangi Menyulam Doa untuk Pahlawan

Ketika Kata Menjadi Ziarah: Kapolresta Rama Samtama Putra dan Para Penyair Lentera Sastra Banyuwangi Menyulam Doa untuk Pahlawan

BANYUWANGI ( Warta Blambangan) Pagi itu, Taman Blambangan seolah menjadi ruang suci tempat kata-kata pulang kepada akar sejarahnya. Angin yang melintas membawa aroma dedaunan basah dan gema langkah para penyair yang datang bukan sekadar untuk tampil, tetapi untuk menyapa arwah para pahlawan lewat bahasa yang mereka cintai: puisi.

Di tengah ruang itu, Kapolresta Banyuwangi Kombes Pol. Rama Samtama Putra, S.I.K., M.Si., M.H., berdiri memandang horizon. Ketika suaranya mulai membaca puisi “Pahlawan Itu Bernama Rakyat”, suasana seperti menghening. Kata-kata yang meluncur dari bibirnya tak lagi sekadar kalimat, tetapi semacam doa yang turun perlahan, menyentuh tanah, lalu menjalar ke hati setiap orang yang hadir. 


Acara bertajuk “Puisi Lentera Sastra untuk Pahlawan”—buah kolaborasi antara Lentera Sastra Banyuwangi, Dewan Kesenian Blambangan (DKB), dan Banyuwangi Creatif Market (BCM)—menjadi semacam ziarah batin. Para penyair datang membawa suara masing-masing, tetapi mereka menyisihkan ego dan berdiri dalam satu barisan: barisan penghormatan.

Usai membacakan puisi, Kapolresta menerima sebuah buku antologi bertajuk “Hebat Bersama Umat”, karya para penulis Lentera Sastra. Serah terima dilakukan oleh Ketua Lentera Sastra, Syafaat, dalam keheningan yang sarat makna—seperti dua penjaga yang saling menyerahkan cahaya kepada penjaga lainnya.

Ketua DKB Hasan Basri memecah keheningan berikutnya dengan puisi tentang pasukan ALRI 0032, yang gugur di Pantai Boom. Suaranya dalam, seperti mengantar kembali para syuhada ke tanah yang dulu mereka bela dengan darah. Puisi itu bukan lagi cerita; ia berubah menjadi gelombang laut yang menghantam bibir pantai, membawa nama-nama yang lama tertinggal di buku sejarah.

Dari Lentera Sastra Banyuwangi tampil para penutur kata:

Syafaat, sang penjaga api sastra;

Uswatun Hasanah, kepala madrasah yang suaranya lembut seperti ayat lama; Herny Niilawati, membawa getar keteguhan seorang pendidik;

Mujikan, yang puisinya mengalir seperti sungai kecil di lereng desa; dan Nurul Ludfia Rahmah, penyair muda yang membawa cahaya HISKI dalam geraknya. Hadir pula Faiz Abadi dan Dalilah, yang menambah warna senandung siang itu.

Dari panggung DKB, Muttafakurrohmah, Fatah Yasin Nor, dan Nani Asiany tampil seperti tiga musim yang berbeda: satu menghadirkan teduh, satu lainnya angin perubahan, dan satu lagi hujan yang menurunkan rindu pada sejarah.

Syafaat, dalam sepenggal jeda, mengatakan bahwa puisi bukan sekadar pertunjukan. “Ia adalah pelita di pekat malam bangsa,” ucapnya—sebuah kalimat yang jatuh tepat seperti hujan pertama di musim kemarau.

Gelaran ini merupakan bagian dari Banyuwangi Creatif Market, namun sore itu acara seolah melepaskan identitas duniawinya. Ia menjadi semacam srawung spiritual, tempat sejarah, rakyat, dan sastra bertemu dalam satu titik yang sama: penghormatan.

Para juara Liga Puisi 2025 turut menghidupkan ruang. Nuhbatul Fakhiroh dan Azkia Kiska dari MTsN 1 Banyuwangi tampil dalam duet yang lembut namun tegas—seperti guru dan murid yang berbicara kepada masa depan. Lalu Tirta Baiti Jannah dari jenjang SLTA membacakan puisi “Diponegoro” karya Chairil Anwar, dan suaranya menjadi pedang yang menebas sunyi, mengingatkan bahwa perjuangan selalu menuntut keberanian.

Ketika acara usai, angin kembali bergerak pelan, seolah membawa semua puisi itu terbang ke langit Banyuwangi. Di sana, kata-kata berubah menjadi lampu kecil yang berpendar—menjadi lentera yang menuntun bangsa untuk tidak melupakan siapa yang membuat mereka berdiri hari ini: para pahlawan, dan rakyat yang terus berjuang tanpa henti.

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Copyright © 2013. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Template Modify by Blogger Tutorial
Proudly powered by Blogger