"Selusin Sabun Mandi"
Oleh : Dardiri
Pada suatu pagi bulan Juni,
Terdengar bisik-bisik,
Dari semak-semak,
Di bawah tong sampah,
Dari dua, tiga, empat,
Ahh..bukan,
Mungkin lebih dari selusin sabun mandi,
Sementara kaki gerimis,
Mengetuki puncak-puncak menara gereja,
Kubah masjid,
Dan hotel-hotel,
Mendung pekat,
Mengerami jantung kota dan desa-desa,
Yang sebentar lagi menetas,
Menjadi genangan air,
Angin yang mendekam di hutan dan pepohonan
Terbang pelan-pelan,
Bercumbu dan bergoyang
Dengan nyanyian hujan,
Seperti lenggang pinggang perawan,
Kemudian mengetuki pintu rumah-rumah,
Dan menyingkap selimut di ranjang berwarna merah jambu,
Angin..
Hinggap di mana-mana,
Merayapi tulang-tulang,
Mencincang hari yang masih sunyi,
Air..
Merembes ke mana-mana,
Lalu terhenti di pori-pori,
Menusuk pantat pagi bulan Juni,
Kejujuran yang terpendam,
Hitam manis parasnya,
Aku dengar cerita,
Kamu dengar cerita,
Kita mendengar cerita,
Dia mendengar cerita,
Mereka mendengar cerita,
Spektra bianglala,
Agaknya bermuram durja,
Selusin sabun mandi
Berbicara tentang kesaksian,
Pada suatu pagi bulan Juni,
Terdengar bisik-bisik,
Dari semak-semak,
Di bawah tong sampah,
Lalu terdengar rintihan,
Bukan darimu?,-
(K G P H : 17 Januari 2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar