Pameran bertema Lereme Roso ini akan berlangsung hingga 28 Desember 2025. Dari berbagai daerah, pengunjung datang bukan sekadar melihat lukisan, tetapi juga mendengarkan cerita di baliknya. Ketua Panitia, N. Kojin, dengan sabar menjelaskan makna setiap karya—tentang rasa, jeda, dan perenungan yang pelan.
Ketua Dewan Kesenian Blambangan, Hasan Basri, menyampaikan bahwa pameran ini merupakan agenda tahunan yang selalu digelar setiap akhir tahun, bertepatan dengan Hari Jadi Banyuwangi. Tahun ini, simbol ular merah dihadirkan sebagai tema, mengikat rasa atas kondisi bangsa yang tengah diuji bencana di berbagai wilayah.
“Lewat seni, kita diajak mendinginkan perasaan,” ujarnya. “Agar apa pun yang terjadi pada bangsa ini, dapat dipikirkan dengan kepala dan hati yang tenang.”
Di ruang pamer itu, lukisan-lukisan berbicara lirih. Mengajak setiap mata yang memandang untuk berhenti sejenak—merenung, dan merasakan.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar