| Masfufah, S.Pd. Kepala SLB Negeri Banyuwangi, Indah Cahyaning Tyas dan Sekretaris Bapeda Banyuwangi Budi Wahono, S.T. |
Banyuwangi, 10 November 2025 – Program Building Effective Network (BEN) dan Meaningful Youth Participation (MYP) resmi dimulai di Banyuwangi dengan sebuah acara kickoff di Hotel Aston, Senin (10/11/2025). Acara yang bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan ini dihadiri oleh perwakilan pemerintah daerah, organisasi disabilitas, lembaga pendidikan, tokoh masyarakat, dan remaja dengan disabilitas.
Program yang didukung oleh Liliane Fonds Netherlands dan NLR
Indonesia ini dirancang untuk memperkuat kapasitas organisasi lokal dan
pemangku kepentingan dalam menciptakan ekosistem dukungan yang berkelanjutan.
Fokus utamanya adalah membangun jejaring efektif antar lembaga agar anak dan
remaja dengan disabilitas, termasuk yang terdampak kusta, mendapatkan akses
setara terhadap pendidikan, layanan kesehatan, dan kegiatan sosial.
NLR Indonesia bertindak sebagai Grant Manager yang
mengoordinasikan fase transisi menuju pelaksanaan penuh program pada Fase I
(2026-2028). Secara global, program BEN sedang dijalankan di tiga negara,
termasuk Indonesia, yang meliputi tiga provinsi: Jawa Timur, Sulawesi Tengah,
dan Nusa Tenggara Timur.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi, Suratno,
S.Pd., M.M., secara resmi membuka acara. Dalam sambutannya, ia menegaskan
komitmen Banyuwangi sebagai Kabupaten Inklusif sejak 2019. “Banyuwangi sudah
memiliki Unit Layanan Difabilitas Terpadu (ULDT) yang pertama di Indonesia,”
ujarnya.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Sekretaris Bapeda
Kabupaten Banyuwangi, Budi Wahono, S.T., yang saat itu juga menjadi narasumber
kegiatan ini. Budi menyebutkan bahwa Pemda telah membuka peluang bagi
penyandang disabilitas untuk menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN).
Acara yang dimoderatori oleh Indah Cahyaning Tyas (Aura
Lentera) ini mencakup sesi edukasi, dialog interaktif, deklarasi komitmen, dan
pembentukan forum jejaring lokal. Keynote speaker, Masfufah, S.Pd., Kepala SLB
Negeri Banyuwangi, memaparkan materi tentang pengelolaan ekosistem inklusif
dengan pendekatan Sustainable Development Goals (SDGs).
Suara Langsung dari Komunitas
Sesi tanya jawab berlangsung hidup dengan partisipasi aktif
dari perwakilan komunitas disabilitas.
- Ricky
Malebhy dari komunitas Bisu Tuli menyampaikan kesulitan dalam
menyusun program pemberdayaan, khususnya yang terkait dengan UMKM Difabel.
- Umar
Asmoro, tokoh tuna daksa, memberikan berbagai masukan tentang masalah
riil yang dihadapi penyandang disabilitas dan solusi yang dibutuhkan.
- Windoyo,
Ketua Aura Lentera yang merupakan Tuna Netra, mengingatkan agar tidak
terjebak pada inovasi tanpa memikirkan keberlanjutannya. “Hambatan
terbesar dalam kolaborasi adalah banyaknya ego sektoral,” tegasnya.
- Hanum,
seorang aktivis inklusi, menambahkan bahwa kolaborasi membutuhkan
keterbukaan dan kesiapan untuk mendengar. “Jangan mengorbankan kepentingan
mayoritas untuk kepentingan minoritas, karena itu bukan inklusif, tapi
eksklusif. Jangan terjebak pada inovasi yang kelihatan indah, tapi
melupakan layanan terbaik,” pesannya.
Program BEN & MYB ini diharapkan dapat menjadi fondasi
kuat untuk membangun pemahaman, komitmen, dan rencana aksi jangka pendek maupun
jangka panjang menuju tata kelola
jaringan yang inklusif, transparan, dan berkelanjutan di Banyuwangi. (AW)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar