Langsung ke konten utama

Busana Tradisional Nusantara dalam Sumpah Pemuda di MI darunnajah II Banyuwangi

Banyuwangi (Warta Blambangan) MI Darun Najah II Banyuwangi, Senin (28/108/2028) mengadakan peringatan Hari Sumpah Pemuda dengan menggelar Pentas Seni yang menampilkan keragaman budaya Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan di halaman madrasah dan diikuti oleh seluruh siswi yang hadir dengan mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah.

Acara dibuka dengan Pawai Budaya, di mana para siswi berparade dari jalan MT Haryono menuju madrasah. Pentas Seni berlangsung meriah dengan penampilan dari setiap perwakilan kelas. Mereka memperkenalkan berbagai budaya daerah, mulai dari pakaian adat, tarian, makanan khas, bahasa daerah, hingga tempat-tempat wisata yang terkenal.


Kepala MI Darun Najah II, Majidatul Himmah, mengungkapkan, "Kegiatan ini memberikan pembelajaran langsung kepada siswi untuk mengenal kekayaan budaya Indonesia yang perlu kita lestarikan."


Dari kegiatan ekstrakurikuler teater, yang dibimbing oleh Bang Aguk, para siswi juga menampilkan drama berjudul "Banyuwangi: Indonesia Mini". Drama ini menceritakan pertemuan berbagai suku yang ada di Banyuwangi, dan diperankan dengan menarik oleh siswi kelas 2 dan 4. Penampilan ini diselingi gerak dan lagu yang menggemaskan.



Tidak hanya itu, ada juga penampilan pantomim dan puisi dalam bahasa Using yang dibawakan oleh Naila Taqiyah dari kelas 3. Puncak acara ditandai dengan pembacaan Ikrar Sumpah Pemuda yang dipimpin oleh Tania Hafsya dari kelas 4.


Acara ditutup dengan tari bersama yang melibatkan guru, siswi, dan pengurus komite. Kegiatan ini memperlihatkan kekompakan seluruh warga madrasah dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kabar dari Armuzna

Kabar dari Armuzna Oleh: Petugas PPIH 2024 Sudah beberapa kali saya membaca kabar dari Armuzna—Arafah, Muzdalifah, dan Mina—dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Setiap kali membaca, dada saya bergemuruh. Seperti aroma mesiu yang menggantung di udara, meletup-letup dalam kata, siap meledak dalam telunjuk jari. Tetapi saya tahan. Karena saya tahu, ini bukan hanya tentang pelayanan. Ini bukan sekadar soal logistik. Ini tentang kesabaran. Tentang mereka yang menggadaikan sebagian usia dan harta demi sebuah kata yang belum tentu bisa dibawa pulang: mabrur. Banyak yang pesimis pelaksanaan haji berjalan lancar seperti tahun 2024, pemerintah kerajaan Saudi Arabia memangkas petugas haji Indonesia, mereka yakin dengan sistem baru tidak perlu petugas terlalu banyak dari Indonesia. Awalnya kita percaya sampai pada akhirnya serumit ini kenyataannya.  Saya tahu, tidak mudah mengatur dua ratus ribu lebih jamaah Indonesia yang menyemut di tiga titik genting itu: Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Ba...

Cara Registrasi PTK Baru di Simpatika

Syarat Registrasi PTK Baru Persyaratan untuk melakukan registrasi PTK baru adalah sebagai berikut. 1. Belum memiliki PegID ataupun NUPTK 2.     Menjadi PTK di Madrasah/Sekolah yang dibuktikan dengan SK Pengangkatan  3.     Mengisi Formulir A05 Formulir tersebut diisi kemudian serahkan kepada Admin Madrasah atau Kepala Madrasah, dengan dilampiri: Pas photo berwana ukuran 4 x 6 sebanyak 1 lembar (Plus siapkan File Foto ukuran Maksimal 100 kb) 2.     Copy Kartu Keluarga 3.     Copy Ijazah SD (Terendah) 4.     Copy Ijazah Pendidikan Tertinggi 5.     Copy SK Pengangkatan sebagai PTK di madrasah tersebut Formulir A05  beserta lampirannya tersebut diserahkan kepada  Admin Madrasah  atau Kepala Madrasah untuk dimasukkan ke dalam sistem melalui "Registrasi PTK" di menu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Simpatika. Langkah bagi Operator atau K...

Santri Pekok

  Santri Pekok Oleh : Syafaat   Dalam Kamus Besar Bahasa Indoneai (KBBI) “pekok” artinya bodoh, bisa juga diartikan gokil, aneh atau nyleneh, bisa juga istiahnya gila/sesuatu yang tidak wajar tapi masih dalam batas garis, susah diberitahu,   berbeda dengan bodoh yang memang belum tahu. Sedangkan kata “santri” menurut wikipedia adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa istilah santri berasal dari bahasa Sangsekerta, “Shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan,. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata “cantrik” yang berarti para pembantu begawan atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekwensinya pengasuh pondok pesantren memberikan ilmu pengetahuan ...