Wajah ceria terlihat di kerut menua, matanya berbinar karena penantian panjang segera terpenuhi. Para jamaah yang berangkat tahun ini rata-rata telah menunggu 14 tahun, itupun terhitung tidak terlalu lama dibandingkan dengan yang daftar tahun ini yang harus indent puluhan tahun.
Saya bersyukur karena membersamai mereka untuk mendapatkan rukun Islam kelima yang tidak semua muslim dapat melaksanakannya, ada kenikmatan tersendiri ketika bersama mereka, kental dengan rasa kekeluargaan meskipun baru beberapa hari bertemu, karena kita sadar bahwa hanya dengan kebersamaan itulah kita dapat menjalankan ibadah haji dengan sempurna.
Beberapa kejadian kebetulan juga kita alami ketika pembagian Kartu Identitas (Card ID), tadinya ada yang kirim informasi melalui WhatsApp jika card Id yang diterima salah, namanya benar tetapi fotonya dan nomor paspor salah. Kebetulan saya menerima info tersebut ketika menikmati makan malam yang tertunda karena harus membalas WhatsApp yang masuk yang tanyanya juga bervariasi, padahal juga sudah saya jelaskan ketika manasik haji, tetapi begitulah cara mereka menyapa ketua kloter yang baru dikenalnya.
Belum sempat saya cek kebenaran kesalahan cetak card Id, di group WhatsApp sudah rame dan ada jawaban bahwa kartu identitas mereka tertukar, kebetulan Namanya Sama, begitupun dengan nama ayah kandungnya, dan saya termasuk orang yang sangat berbahagia karena dipertemukan dengan dua orang yang namanya sama dengan nama orang tua yang namanya juga sama meskipun mereka berdua tidak ada pertalian darah, kesamaan saat ini adalah mereka sama-sama berangkat haji dalam kloter yang sama, dan kebetulan ketua kloternya bernama Syafaat.
Entahlah, apa yang ada di pikiran mereka tentang kejadian ini, yang saya lakukan hanya membuat mereka nyaman sesuai dengan kemampuan yang saya miliki, kebetulan dari mereka banyak yang sudah pernah melaksanakan umroh, sehingga sudah tahu bagaimana kondisi kota Makkah di musim panas.
Pertanyaan-pertanyaan yang masuk grup WhatsApp juga beragam, bahkan ada yang telepon dari anak jamaah haji katanya sangat penting tentang orang tuanya yang berkali-kali bongkar kopor untuk masukkan barang dan keluarkan lagi, saya diminta untuk memberikan pencerahan agar orang tuanya tidaklah bingung dengan barang bawaan yang dimasukkan kedalam kopor.
Untung saja mereka nggak tahu bahwa sayapun juga agak bingung juga dengan yang akan saya masukkan kedalam kopor, meskipun sudah jelas bagi petugas hanya menggunakan pakaian seragam petugas selama menjalankan tugas melayani jamaah.
Mungkin ini merupakan gambaran kita yang mau tidak mau harus menjalani estafet kehidupan, tentang bekal yang kita bawa ke alam selanjutnya setelah metini pesawat kematian, meskipun tergambar tentang keabadian surgawi, namun tidak jarang manusia bingung mempersiapkan bekal yang harus dibawanya, terlebih bagi manusia biasa yang tidak mempunyai pengalaman keimanan seperti manusia pilihan.
Perjalanan ke tanah suci yang akan kita lakukan merupakan panggilan yang sudah lama disampaikan, namun tidak semua orang berkenan hati menerima panggilan tersebut dengan sungguh sungguh, karena kita tahu ada Sang penggerak hati yang dapat menggerakkan apapun dari mulai yang terlihat nyata hingga yang tidak kita ketahui secara pasti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar