“Madah 2”
Oleh : Dardiri
Pada dasarnya,
Manja adalah merdeka,
Sebagaimana cinta,
Bukanlah sepasang garis kurva yang ditarik sepanjang apapun tak akan mendapatkan titik temunya,
Ia tidak seperti rel kereta api yang kaku dan tidak beranjak dari kesejajaran bijih besi,
Walau landas telah melindasnya ribuan kali,
Begitu juga halnya,
Rindu,
Lebih suka mengembara dari pandang mata,
Lalu menelusur garis panjang semacam sungai brantas,
Melintas rawa-rawa besar dengan cericit anak burung pipit di ranting trembesi,
Membakar tanah liat lembab dan basah karena cecaran mata air,
Lalu menempatkannya di atas meja bundar menjadi tembikar berukir buliran tangan dengan selingkar senja di jari manisnya,
Di hatimu,
Merdeka adalah cara cinta menebas jarak suara dan kata,
Sebagaimana pengeras suara mengantarkan sendu dan syahdu lagu tanpa menoleh pelantunnya bahkan tanpa mengenalnya,
Dan rindu begitu mandiri dan sendiri,
Seperti bundar yang semakin melebar di tengah telaga karena serimpang enceng gondok lepas dari induknya,
Jangan kau tanya lagi,
Biar aku merdeka menjadi manja,
Dan mandiri mengepak rindu,
Lalu waktu,
Meramunya dalam ziarah madah,
Kita,-
(K G P H : 13 Februari 2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar