“Pagelaran”
Oleh : Dardiri
Kira-kira,
Sejak pukul sembilan,
Terdengar bersahutan,
Kethuk, kenong, kempul, slenthem, gender, gambang, bonang,
Slompret, angklung, gong,
Dan kendang tua warisan Mbah Warsi,
Bercengkerama dalam peradaban tersendiri,
Slendro,
Slendro,
Di sini memang kita tidak mengenal sampak dan manyura,
Delapan laki-laki perkasa,
Sepuluh wanita penuh pesona,
Beriringan menuntaskan “pesanan”,
Ya,
Karena hanya pesanan yang bisa memerintahnya dengan seketika,
Kang Wagiman, si tukang slompret itu,
Sudah sejak hari buta memanggul “gadhung mlathi” di kepalanya,
Warsito, Wasis, Gunadi, Karman, Karsiman,
Memegang kendali masing-masing,
Menukar Potrojayan-Ponoragan,
Dengan binal gemulai “gemblak” yang sudah bergeser diperankan Warsinah dan kawan-kawan,
Dan langkah tegap Kelana Sewandana dalam alunan,
Gung,
Gung,
Gung,
Laki-laki berjenggot pamer otot,
Bujang ganong jungkir balik jumpalitan,
Kepala singa dikangkangi wanita,
Burung merak dicabuti bulu-bulunya,
Apa ini yang dinamakan kalap dan kesurupan?,
Gung,
Gung,
Gung,
Masih dalam pagelaran pesanan,
Menari menjadi-jadi,
Binal tak karuan,
Garang bukan kepalang,
Tak ingat makan tak ingin mandi,
Tak memandang batas,
Tak melihat jalan pintas,
Tak diketahui secara pasti,
Siapa menonton siapa?,
Siapa memesan siapa?,
“Pecut Samandiman”
Dlang tak dung,
Gung,
Gung,
Gung,
Pagelaran berhenti,
Dan kita, masih menari,-
(K G P H : 24 Januari 2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar