Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » » Sewengi di Baluran* *Tentang Jalan yang Tertutup dan Hati yang belum Terbuka

Sewengi di Baluran* *Tentang Jalan yang Tertutup dan Hati yang belum Terbuka

 *Sewengi di Baluran*

*Tentang Jalan yang Tertutup dan Hati yang belum Terbuka*



Saya membaca beberapa pesan dari grup WhatsApp, sebagian dengan nada gusar, sebagian dengan lelucon yang dipaksakan. Tapi ada satu pesan yang membuat saya diam lama:


> “Macet sampai Baluran, jalur satu-satunya. Gumitir ditutup. Lewat Ijen sempit dan curam. Kapal cuma empat. Sisanya katanya sedang diperbaiki... katanya karena pernah ada kapal tenggelam... katanya...”



Kata “katanya” muncul berulang kali, seperti gumaman orang yang tak betul-betul percaya kepada siapa pun lagi, bahkan mungkin kepada dirinya sendiri. Saya bayangkan jalan yang biasanya lancar, kini seperti sungai yang dipenuhi batu-batu besar. Orang-orang yang biasanya bisa mengatur waktu, kini hanya bisa menatap langit. Di tengah sunyi, Baluran menjadi lorong panjang tanpa ujung.


Bukan karena kita tak punya kapal.

Bukan karena kita tak punya jalan.

Tapi karena sesuatu yang jauh lebih tak terlihat:

Ketidaksiapan,

dan ketidakpedulian yang menyamar jadi prosedur. Jalur Gumitir ditutup.

Jalur Ijen menanjak sempit, tak sanggup menampung beban.

Jalur laut hanya disangga empat kapal yang kelelahan.

Maka Baluran menjadi satu-satunya lorong untuk pulang,

dan lorong itu pun menggigil karena terlalu sesak.


Seseorang mungkin sedang menyusui bayinya dalam mobil yang berhenti.

Seseorang mungkin menguap sembari menahan kantuk di balik setir.

Seseorang lainnya mungkin sedang membaca Qur’an dari layar ponselnya—bukan untuk khatam,

tapi untuk menenangkan diri, agar ia tak bertengkar dengan istrinya, atau mengumpat pejabat dari balik jendela. Saya percaya, malam seperti ini—malam yang gelap, dingin, dan diam panjang—adalah malam di mana manusia paling jujur kepada Tuhannya.

Tidak ada musik, tidak ada WiFi, tidak ada wacana.

Yang ada hanya suara mesin, tangis bayi, dan ayat yang pelan-pelan dibaca dalam hati.


Saya tidak tahu bagaimana cara mengatur arus kendaraan dari Situbondo ke Banyuwangi.

Saya tidak tahu berapa biaya perbaikan kapal.

Tapi saya tahu satu hal:

Orang-orang hanya ingin pulang.

Dan jika tak bisa pulang,

mereka ingin tahu bahwa ada yang memikirkan mereka. Bukan grafik,

bukan laporan,

tapi manusia. Seseorang di kantor pelabuhan mungkin sedang menyeruput kopi dan membuka YouTube.

Sementara itu, seseorang di alas Baluran sedang menahan pipis,

dan hanya punya sisa air setengah botol untuk berbagi dengan anaknya.


Ini bukan tentang jalan.

Ini tentang tanggung jawab.

Tentang cinta kepada sesama.

Tentang adab kepada rakyat yang diam-diam menaruh harapan kepada kita. Jika kapal itu tak bisa berlayar,

katakanlah.

Jika jalan itu tertutup,

beritahulah.

Jika solusi belum ditemukan,

setidaknya kirim air minum dan kata maaf.


Negeri ini tidak kekurangan jalur.

Tapi kita sering lupa:

Setiap jalur adalah doa.

Setiap mobil yang berhenti adalah kepala yang menunduk,

dan setiap penumpang di dalamnya adalah manusia yang sedang belajar menunggu. Saya percaya, orang-orang bisa sabar.

Tapi kesabaran bukan untuk diuji terus-menerus tanpa jeda.

Kesabaran bukanlah tempat membuang semua kelalaian yang tak terselesaikan.


Malam itu, di Baluran,

langit seperti menggantung lebih dekat ke tanah.

Dan saya percaya,

di antara ribuan orang yang terjebak macet,

ada yang berdoa tanpa suara.

Dan doa-doa seperti itulah yang lebih cepat sampai ke langit

daripada laporan mingguan dan evaluasi yang hanya selesai di meja. Maka jika jalan itu adalah urat nadi,

dan kendaraan adalah darah,

jangan biarkan ia menggumpal.

Karena bangsa ini bukan hanya dibangun oleh infrastruktur,

tetapi oleh empati.


Dan di malam yang panjang itu,

tidak ada yang meminta jalan menjadi tol,

hanya agar tidak merasa sendiri,

di tengah alas yang sunyi,

dan negara yang terlalu sibuk untuk sekadar menyapa.


—Ditulis oleh Syafaat yang hanya mengamati dari layar WA--.

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog