Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » , » Hasan Basri Soroti Ekonomi Kreatif Berbasis Tradisi Lisan dan Manuskrip di Hari Kedua Lokakarya HISKI Banyuwangi

Hasan Basri Soroti Ekonomi Kreatif Berbasis Tradisi Lisan dan Manuskrip di Hari Kedua Lokakarya HISKI Banyuwangi

Banyuwangi (Warta Blambangan)  Lokakarya Penulisan Sastra dan Pembuatan Karya Inovatif Berbasis Tradisi Lisan dan Manuskrip yang digelar selama dua hari di Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Banyuwangi memasuki sesi ketiga pada hari kedua. Bertempat di ruang Mini Bioskop lantai tiga, sesi ini menghadirkan Hasan Basri, Ketua Dewan Kesenian Blambangan (DKB), sebagai narasumber utama.

Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara HISKI Pusat, HISKI Komisariat Banyuwangi, Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), Dana Indonesiana, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, Dewan Kesenian Blambangan, dan UNTAG Banyuwangi. Sinergi berbagai lembaga ini menunjukkan komitmen bersama untuk mengangkat kembali kekayaan budaya Banyuwangi agar mampu menjawab tantangan zaman dan memberi kontribusi nyata terhadap pembangunan daerah. 


Dalam paparannya yang berjudul “Alihwahana dan Produk Ekonomi Kreatif Berbasis Tradisi Lisan dan Manuskrip Banyuwangi,” Hasan Basri menekankan pentingnya mengembangkan ekonomi kreatif dengan bersumber pada kearifan lokal. Ia menyebutkan bahwa Banyuwangi memiliki modal budaya yang sangat kaya, seperti cerita rakyat, lagu daerah, babad, dan manuskrip kuno—termasuk Lontar Yusuf, Lontar Sri Tanjung, dan Babad Tawangalun—yang belum sepenuhnya dimanfaatkan secara maksimal.

“Tradisi lisan dan manuskrip bukan sekadar warisan, melainkan sumber daya kreatif yang dapat dialihwahanakan menjadi produk-produk ekonomi yang bernilai jual tinggi. Lewat pendekatan inovatif, warisan ini bisa diolah menjadi aplikasi digital, gim edukatif, desain visual, karya kriya, fesyen bermotif lokal, hingga seni pertunjukan yang dikemas modern,” tegas Hasan.

Ia juga memaparkan tujuh manfaat strategis dari pengembangan ekonomi kreatif, antara lain penciptaan lapangan kerja, peningkatan citra daerah, pengembangan destinasi pariwisata, dan pengentasan kemiskinan berbasis komunitas. Produk-produk kreatif seperti yang telah dilakukan oleh kelompok GEMBRUNG menjadi contoh nyata bagaimana tradisi dapat menjadi pondasi lahirnya inovasi, sekaligus mendongkrak perekonomian lokal.

Selain memantik diskusi tentang strategi alihwahana budaya, sesi ini juga menggarisbawahi pentingnya keberlanjutan dan tanggung jawab sosial dalam setiap produk kreatif yang dihasilkan. Kreativitas, menurut Hasan, harus selalu berpijak pada nilai dan identitas lokal, agar tidak kehilangan akar di tengah arus globalisasi. 


Dalam penutupan sesi, HISKI Komisariat Banyuwangi menyampaikan harapannya agar lokakarya ini tidak hanya menjadi ruang reflektif, tetapi juga pemantik aksi nyata bagi para seniman, sastrawan, dan budayawan Banyuwangi. “Kami berharap kegiatan ini menjadi energi baru untuk membangun Banyuwangi melalui seni dan sastra, sekaligus mengajak pelaku budaya untuk lebih berani memanfaatkan teknologi digital demi memperluas jangkauan dan dampak karya mereka,” ungkap perwakilan HISKI Komisariat.

Dengan semangat kebersamaan dan keberanian berinovasi, sesi ketiga ini menjadi titik penting yang menunjukkan bahwa tradisi bukanlah beban masa lalu, melainkan bahan bakar masa depan yang kaya potensi dan layak digarap secara kreatif.

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog