Langsung ke konten utama

Tondo Welas: Tanda Cinta Banyuwangi untuk Warga Miskin

BANYUWANGI (Warta Blambangan) Senja jatuh di Desa Glagahagung. Udara sore membawa kehangatan bagi warga yang berkumpul di balai desa. Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, hadir dengan senyum ramah, menyerahkan dokumen kependudukan kepada sejumlah warga yang selama ini terhambat mengakses hak-haknya. Mereka tak perlu lagi repot mengurus sendiri. Semua sudah disiapkan melalui program kependudukan Tondo Welas (Tanda Cinta). 


Di antara mereka, Katini, seorang wanita paruh baya yang hidup sebatang kara, menggenggam erat Kartu Keluarga dan akta kelahirannya. Matanya basah. “Saya tidak bisa mengurus karena tidak ada yang mengantarkan. Terima kasih sekarang sudah dibuatkan,” ucapnya lirih.

Program Tondo Welas hadir bagi warga miskin yang masuk dalam database Unit Gawat Darurat Kemiskinan (UGDK) dan belum memiliki dokumen kependudukan lengkap. Mereka tidak perlu mengajukan permohonan. Petugas dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispenduk) akan datang langsung ke rumah, menerbitkan dokumen yang dibutuhkan, dan mengantarkannya kembali.

"Dokumen kependudukan merupakan hal yang penting untuk melakukan intervensi program pengentasan kemiskinan. Tanpa ini, bantuan sosial, bedah rumah, alat usaha, atau beasiswa akan sulit diberikan," kata Ipuk dalam kegiatan Laju Desa di Kecamatan Purwoharjo, Jumat sore (7/3/2025).

Ipuk menegaskan bahwa program ini juga mendukung Asta Cita Presiden dan Wakil Presiden Prabowo-Gibran yang membutuhkan data kependudukan valid untuk memastikan kebijakan yang tepat sasaran. "Dengan data yang lengkap, berbagai program kesejahteraan bisa lebih optimal," tambahnya.

Plt. Kepala Dispenduk Banyuwangi, Choiril Ustadi, menjelaskan bahwa pihaknya bekerja sama dengan Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, dan OPD lain untuk menyinkronkan data. "Kita petakan dokumen apa saja yang belum dimiliki, lalu kita terbitkan dan distribusikan lewat desa," ujarnya.

Pada tahap awal, sebanyak 1.289 dokumen sudah diterbitkan, mulai dari KTP, Kartu Keluarga (KK), hingga Kartu Identitas Anak (KIA). "Misalnya, saat warga sakit dan harus dirawat di rumah sakit, mereka tidak perlu khawatir mengurus keringanan biaya karena dokumen mereka sudah lengkap," tambah Ustadi.

Sore itu, satu per satu warga menerima dokumen kependudukan mereka. Ada yang tersenyum lega, ada yang terisak haru. Tondo Welas bukan sekadar program administrasi, tapi wujud kasih sayang Banyuwangi bagi warganya. ***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Registrasi PTK Baru di Simpatika

Syarat Registrasi PTK Baru Persyaratan untuk melakukan registrasi PTK baru adalah sebagai berikut. 1. Belum memiliki PegID ataupun NUPTK 2.     Menjadi PTK di Madrasah/Sekolah yang dibuktikan dengan SK Pengangkatan  3.     Mengisi Formulir A05 Formulir tersebut diisi kemudian serahkan kepada Admin Madrasah atau Kepala Madrasah, dengan dilampiri: Pas photo berwana ukuran 4 x 6 sebanyak 1 lembar (Plus siapkan File Foto ukuran Maksimal 100 kb) 2.     Copy Kartu Keluarga 3.     Copy Ijazah SD (Terendah) 4.     Copy Ijazah Pendidikan Tertinggi 5.     Copy SK Pengangkatan sebagai PTK di madrasah tersebut Formulir A05  beserta lampirannya tersebut diserahkan kepada  Admin Madrasah  atau Kepala Madrasah untuk dimasukkan ke dalam sistem melalui "Registrasi PTK" di menu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Simpatika. Langkah bagi Operator atau K...

Kabar dari Armuzna

Kabar dari Armuzna Oleh: Petugas PPIH 2024 Sudah beberapa kali saya membaca kabar dari Armuzna—Arafah, Muzdalifah, dan Mina—dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Setiap kali membaca, dada saya bergemuruh. Seperti aroma mesiu yang menggantung di udara, meletup-letup dalam kata, siap meledak dalam telunjuk jari. Tetapi saya tahan. Karena saya tahu, ini bukan hanya tentang pelayanan. Ini bukan sekadar soal logistik. Ini tentang kesabaran. Tentang mereka yang menggadaikan sebagian usia dan harta demi sebuah kata yang belum tentu bisa dibawa pulang: mabrur. Banyak yang pesimis pelaksanaan haji berjalan lancar seperti tahun 2024, pemerintah kerajaan Saudi Arabia memangkas petugas haji Indonesia, mereka yakin dengan sistem baru tidak perlu petugas terlalu banyak dari Indonesia. Awalnya kita percaya sampai pada akhirnya serumit ini kenyataannya.  Saya tahu, tidak mudah mengatur dua ratus ribu lebih jamaah Indonesia yang menyemut di tiga titik genting itu: Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Ba...

Santri Pekok

  Santri Pekok Oleh : Syafaat   Dalam Kamus Besar Bahasa Indoneai (KBBI) “pekok” artinya bodoh, bisa juga diartikan gokil, aneh atau nyleneh, bisa juga istiahnya gila/sesuatu yang tidak wajar tapi masih dalam batas garis, susah diberitahu,   berbeda dengan bodoh yang memang belum tahu. Sedangkan kata “santri” menurut wikipedia adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa istilah santri berasal dari bahasa Sangsekerta, “Shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan,. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata “cantrik” yang berarti para pembantu begawan atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekwensinya pengasuh pondok pesantren memberikan ilmu pengetahuan ...