Langsung ke konten utama

Lomba Baca Kitab dalam Kegiatan HAB ke 79

Banyuwangi (Warta Blambangan) Dalam rangka memperingati Hari Amal Bakti (HAB) Kementerian Agama ke-79, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi menyelenggarakan lomba baca kitab kuning bagi penghulu dan penyuluh agama Islam. Kegiatan ini digelar di Masjid Ar-Royan, Banyuwangi, Selasa (03/12/2024) dengan menghadirkan peserta dari setiap Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan di kabupaten tersebut.  



Setiap KUA mengirimkan satu perwakilan, baik dari kalangan penghulu maupun penyuluh agama Islam. Peserta berlomba untuk membaca dan memahami kitab *Khifayatul Akhyar*, sebuah karya monumental dalam bidang fikih yang kerap menjadi rujukan utama di lingkungan pesantren.  

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, Dr. Chaironi Hidayat, S.Ag., M.M., yang turut hadir dan bertindak sebagai salah satu dewan juri, membuka acara dengan memberikan sambutan inspiratif. Dalam pidatonya, ia menekankan pentingnya kemampuan membaca dan memahami kitab kuning bagi insan Kementerian Agama, khususnya penghulu dan penyuluh agama Islam.  


“Membaca kitab kuning adalah sebuah keniscayaan bagi kita, khususnya bagi penghulu dan penyuluh agama Islam. Kompetensi ini tidak hanya memperkuat kapasitas individu, tetapi juga meningkatkan pelayanan kita kepada umat,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa penguasaan kitab kuning menjadi salah satu landasan kuat dalam memahami hukum Islam secara mendalam dan kontekstual.  


Chaironi Hidayat berharap, melalui kegiatan ini, para peserta tidak hanya berkompetisi, tetapi juga menjadikan kitab “Khifayatul Akhyar” sebagai salah satu referensi utama dalam mendalami hukum fikih. “Mari jadikan momen ini sebagai upaya bersama untuk meningkatkan literasi keislaman dan memperkokoh wawasan keagamaan kita,” tambahnya.  

Untuk menjamin objektivitas penilaian, panitia menunjuk tiga dewan juri yang memiliki kapabilitas tinggi dalam bidang keilmuan Islam. Mereka adalah:  

1. Dr. Chaironi Hidayat, S.Ag., M.M., Kepala Kantor Kemenag Banyuwangi, yang juga memiliki latar belakang pendidikan Islam yang kuat.  

2. Ahmad Syakur Isnaini, S.H.I.  Kepala KUA Kecamatan Sempu, yang dikenal sebagai ahli fikih dan pembina dalam berbagai kegiatan keagamaan di wilayahnya.  

3. Achmad Siddiq, Penyuluh Agama Islam di KUA Kecamatan Kalipuro, Pimpinan Pondok Pesantern yang berpengalaman dalam membimbing masyarakat terkait kajian kitab kuning.  


Ketiga juri ini bertugas mengevaluasi kemampuan peserta dalam membaca, memahami, dan menjelaskan isi dari kitab “Khifayatul Akhyar”. Penilaian mencakup aspek makhraj dan tajwid dalam membaca, kefasihan dalam menjelaskan, serta kedalaman pemahaman terhadap isi kitab.  

Lomba ini diikuti oleh 24 peserta dari berbagai kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Setiap peserta diberikan waktu tertentu untuk membaca salah satu bagian dari kitab “Khifayatul Akhyar” yang telah ditentukan secara acak. Setelah pembacaan, peserta diminta untuk menjelaskan isi teks tersebut, termasuk makna dan implementasinya dalam konteks kehidupan masyarakat.  


Para peserta menunjukkan kemampuan yang beragam, mulai dari penguasaan bahasa Arab, pemahaman konteks fikih, hingga cara mereka menjelaskan kepada dewan juri dan audiens. Suasana masjid Ar-Royan menjadi saksi bagaimana setiap peserta berusaha memberikan yang terbaik, meskipun beberapa tampak gugup di hadapan juri.  


Muhammad Rofik Burhanudin, salah satu penghulu dari KUA Kecamatan Tegalsari, mengaku bahwa kompetisi ini menjadi tantangan tersendiri baginya. “Meskipun kita sering membaca kitab kuning, tetapi membacakannya di hadapan juri dan peserta lain memberikan tekanan tersendiri. Namun, ini juga menjadi pengalaman berharga untuk terus belajar dan memperbaiki diri,” ujarnya.  

Hari Amal Bakti Kementerian Agama ke-79 tahun ini mengusung tema “Umat Rukun Menuju Indonesia Emas”. Semangat ini tercermin dalam berbagai kegiatan yang diadakan oleh Kemenag Banyuwangi, termasuk lomba baca kitab ini.  


“Lomba ini bukan hanya ajang kompetisi, tetapi juga bagian dari upaya kami untuk membangun sinergi antara KUA dan masyarakat dalam menghidupkan tradisi keilmuan Islam,” kata Ahmad Syakur Isnaini, salah satu dewan juri.  


Selain itu, kegiatan ini juga menjadi sarana untuk mempererat hubungan antar KUA se-Kabupaten Banyuwangi. Para peserta dan pendukung dari setiap kecamatan saling berbagi pengalaman, memperluas jejaring, dan memperkuat ukhuwah Islamiyah.  

Pada akhir acara, Dr. Chaironi Hidayat memberikan apresiasi kepada seluruh peserta dan panitia yang telah menyukseskan kegiatan ini. “Saya sangat bangga dengan antusiasme dan dedikasi para peserta. Semoga kegiatan seperti ini terus menjadi tradisi di Kementerian Agama Banyuwangi,” ujarnya.  

Beliau juga menyampaikan harapan agar seluruh insan Kementerian Agama, khususnya penghulu dan penyuluh agama Islam, terus meningkatkan kompetensi mereka dalam membaca dan memahami kitab kuning. “Kitab kuning adalah warisan intelektual Islam yang sangat berharga. Melalui penguasaan kitab kuning, kita dapat memberikan solusi yang tepat atas berbagai persoalan keagamaan yang dihadapi masyarakat,” tegasnya.  

Dengan keberhasilan pelaksanaan lomba baca kitab ini, Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi membuktikan komitmennya dalam meningkatkan kompetensi keagamaan bagi penghulu dan penyuluh Islam. Semoga kegiatan ini menjadi langkah awal untuk melahirkan insan-insan yang lebih berkualitas, baik dalam keilmuan maupun pelayanan kepada umat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Registrasi PTK Baru di Simpatika

Syarat Registrasi PTK Baru Persyaratan untuk melakukan registrasi PTK baru adalah sebagai berikut. 1. Belum memiliki PegID ataupun NUPTK 2.     Menjadi PTK di Madrasah/Sekolah yang dibuktikan dengan SK Pengangkatan  3.     Mengisi Formulir A05 Formulir tersebut diisi kemudian serahkan kepada Admin Madrasah atau Kepala Madrasah, dengan dilampiri: Pas photo berwana ukuran 4 x 6 sebanyak 1 lembar (Plus siapkan File Foto ukuran Maksimal 100 kb) 2.     Copy Kartu Keluarga 3.     Copy Ijazah SD (Terendah) 4.     Copy Ijazah Pendidikan Tertinggi 5.     Copy SK Pengangkatan sebagai PTK di madrasah tersebut Formulir A05  beserta lampirannya tersebut diserahkan kepada  Admin Madrasah  atau Kepala Madrasah untuk dimasukkan ke dalam sistem melalui "Registrasi PTK" di menu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Simpatika. Langkah bagi Operator atau K...

Kabar dari Armuzna

Kabar dari Armuzna Oleh: Petugas PPIH 2024 Sudah beberapa kali saya membaca kabar dari Armuzna—Arafah, Muzdalifah, dan Mina—dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Setiap kali membaca, dada saya bergemuruh. Seperti aroma mesiu yang menggantung di udara, meletup-letup dalam kata, siap meledak dalam telunjuk jari. Tetapi saya tahan. Karena saya tahu, ini bukan hanya tentang pelayanan. Ini bukan sekadar soal logistik. Ini tentang kesabaran. Tentang mereka yang menggadaikan sebagian usia dan harta demi sebuah kata yang belum tentu bisa dibawa pulang: mabrur. Banyak yang pesimis pelaksanaan haji berjalan lancar seperti tahun 2024, pemerintah kerajaan Saudi Arabia memangkas petugas haji Indonesia, mereka yakin dengan sistem baru tidak perlu petugas terlalu banyak dari Indonesia. Awalnya kita percaya sampai pada akhirnya serumit ini kenyataannya.  Saya tahu, tidak mudah mengatur dua ratus ribu lebih jamaah Indonesia yang menyemut di tiga titik genting itu: Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Ba...

Santri Pekok

  Santri Pekok Oleh : Syafaat   Dalam Kamus Besar Bahasa Indoneai (KBBI) “pekok” artinya bodoh, bisa juga diartikan gokil, aneh atau nyleneh, bisa juga istiahnya gila/sesuatu yang tidak wajar tapi masih dalam batas garis, susah diberitahu,   berbeda dengan bodoh yang memang belum tahu. Sedangkan kata “santri” menurut wikipedia adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa istilah santri berasal dari bahasa Sangsekerta, “Shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan,. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata “cantrik” yang berarti para pembantu begawan atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekwensinya pengasuh pondok pesantren memberikan ilmu pengetahuan ...