Langsung ke konten utama

Sesaat Sebelum ke Arofah

Sesaat Sebelum ke Arofah 



Sejak ditutupnya Mina Jadid dan bertambahnya jamaah haji yang berangkat, kita tahu bagaimana nantinya kondisi di Mina, tempat semakin sempit dan harus dihuni semakin banyak jamaah. Beberapa skema layanan memang sudah disiapkan, namun tidak semulus perencanaan, terlebih ada beberapa Maktab yang gagal survei lokasi karena ketatnya penjagaan, ketua kloter banyak yang garuk-garuk kepala yang sebagian sudah di cukur habis, menata jamaah tanpa tahu denah lokasi bukan perkara gampang, terlebih mereka dalam kondisi letih setelah seharian wukuf di Arafah.

Namun apapun tetap harus dihadapi, berbekal denah peta, petugas kloter harus ngumpul-ngumpul sambil ngopi untuk menentukan apa yang harus dilakukan, sambil perbanyak doa semoga semuanya di mudahkan segala urusan.

Sayapun telpon ke Ibu saya di Indonesia, minta doa dalam misi mulia ini dimudahkan dalam situasi yang menurut orang lain tidak mudah, termasuk menulis disini dengan harapan yang membaca juga mendoakan kita yang sedang membawa jamaah haji Indonesia.

Manasik haji setiap rombongan juga tidak lupa kita sampaikan, termasuk mencari tenaga kesehatan yang bisa kita minta bantuan dalam kondisi tertentu untuk para jamaah, karena kita yakin kemabruran haji bukan hanya pada dzikir dan doa, tetapi pada kepedulian terhadap sesama. Saya mendapati seorang bidan yang masih belia, pengalamannya membantu orang lain melahirkan memberikan inspirasi bahwa dia juga bersedia membantu jamaahnya.

Saya kenal gadis cantik ini sejak manasik haji, dan telah berkomunikasi dengan baik, senyumnya yang menambah keanggunan dan kedewasaan berfikir membuat saya yakin dia bisa banyak membantu tim kita.

Mungkin kloter kami yang sangat beragam dengan 4 KBIHU dengan kekhasan kegiatan masing-masing, dan dari Banyuwangi hanya dari satu KBIHU kami yang melakukan Tarwiyah, satu jamaah wukuf di Rumah Sakit Arafah, satu jamaah mengikuti Safari Wukuf dan lebih dari seratus orang yang mendaftar murur meski akhirnya hanya 93 orang saja yang yang diikutkan.

Murur merupakan istilah baru, yakni layanan bagi jamaah haji lansia dan atau Risti yang membutuhkan layanan khusus, yakni ketika berada dalam bus dari Arofah menuju Mina dan berhenti beberapa saat di Muzdalifah dan hanya berhenti tanpa harus turun dari bus.

Bisa dibayangkan betapa beratnya sehari sebelum berangkat ke Arafah, kita tidak survei lokasi Arafah maupun Mina, dengan mengingat ketatnya penjagaan, sebenarnya kita sudah diajak survei oleh Maktab 26 sehari yang lalu, tepat saat hari Closing date kota, kita naik taksi dengan biaya sendiri ke Masyarik, bersama 8 kloter lainnya sudah masuk bus menuju Arafah, namun sayangnya dijaga ketat polisi dan tidak diperkenankan masuk, yah pada akhirnya kita hanya muter-muter tanpa harus tahu kemana hingga akhirnya kembali ke markas Masyarik.

Kita hanya berbekal peta untuk membagi dimana jamaah di tempatkan, membesarkan hati diri sendiri bahwa kita mampu menaklukkan situasi. 

Saya juga bangga dengan dokter Kloter SUB-58 yang wajahnya manis yang selalu menebarkan aura positif kepada tim Kloter maupun jamaah.

Kartu Nusuk belum semuanya mendapatkan, berbagai upaya telah dilakukan, namun tetap saya kita kekurangan tiga kartu untuk jamaah, kita berbekal keyakinan bahwa semua jamaah dengan visa akan bisa ke Arofah dan pulang dengan melaksanakan haji dengan sempurna, belum lagi jamaah Tarwiyah yang belum tentu keberangkatannya.


Makkah, 23/06/2024


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kabar dari Armuzna

Kabar dari Armuzna Oleh: Petugas PPIH 2024 Sudah beberapa kali saya membaca kabar dari Armuzna—Arafah, Muzdalifah, dan Mina—dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Setiap kali membaca, dada saya bergemuruh. Seperti aroma mesiu yang menggantung di udara, meletup-letup dalam kata, siap meledak dalam telunjuk jari. Tetapi saya tahan. Karena saya tahu, ini bukan hanya tentang pelayanan. Ini bukan sekadar soal logistik. Ini tentang kesabaran. Tentang mereka yang menggadaikan sebagian usia dan harta demi sebuah kata yang belum tentu bisa dibawa pulang: mabrur. Banyak yang pesimis pelaksanaan haji berjalan lancar seperti tahun 2024, pemerintah kerajaan Saudi Arabia memangkas petugas haji Indonesia, mereka yakin dengan sistem baru tidak perlu petugas terlalu banyak dari Indonesia. Awalnya kita percaya sampai pada akhirnya serumit ini kenyataannya.  Saya tahu, tidak mudah mengatur dua ratus ribu lebih jamaah Indonesia yang menyemut di tiga titik genting itu: Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Ba...

Cara Registrasi PTK Baru di Simpatika

Syarat Registrasi PTK Baru Persyaratan untuk melakukan registrasi PTK baru adalah sebagai berikut. 1. Belum memiliki PegID ataupun NUPTK 2.     Menjadi PTK di Madrasah/Sekolah yang dibuktikan dengan SK Pengangkatan  3.     Mengisi Formulir A05 Formulir tersebut diisi kemudian serahkan kepada Admin Madrasah atau Kepala Madrasah, dengan dilampiri: Pas photo berwana ukuran 4 x 6 sebanyak 1 lembar (Plus siapkan File Foto ukuran Maksimal 100 kb) 2.     Copy Kartu Keluarga 3.     Copy Ijazah SD (Terendah) 4.     Copy Ijazah Pendidikan Tertinggi 5.     Copy SK Pengangkatan sebagai PTK di madrasah tersebut Formulir A05  beserta lampirannya tersebut diserahkan kepada  Admin Madrasah  atau Kepala Madrasah untuk dimasukkan ke dalam sistem melalui "Registrasi PTK" di menu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Simpatika. Langkah bagi Operator atau K...

Santri Pekok

  Santri Pekok Oleh : Syafaat   Dalam Kamus Besar Bahasa Indoneai (KBBI) “pekok” artinya bodoh, bisa juga diartikan gokil, aneh atau nyleneh, bisa juga istiahnya gila/sesuatu yang tidak wajar tapi masih dalam batas garis, susah diberitahu,   berbeda dengan bodoh yang memang belum tahu. Sedangkan kata “santri” menurut wikipedia adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa istilah santri berasal dari bahasa Sangsekerta, “Shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan,. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata “cantrik” yang berarti para pembantu begawan atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekwensinya pengasuh pondok pesantren memberikan ilmu pengetahuan ...