Langsung ke konten utama

Aktivis AP24 Gelar Acara Halal Bi Halal dan Tegas Menolak Kecurangan dalam Pemilu 2024

 


Banyuwangi (28/04/2024) - Kedai Makmoer menjadi saksi akrabnya silaturahmi dan semangat kebersamaan para aktivis dan pengurus Anis Presiden 2024 (AP24) Banyuwangi dalam acara Halal Bi Halal pada hari Minggu, 28 April 2024.

Dalam suasana yang hangat, mereka merayakan tema "Alhamdulillah. Kami Bukan Bagian Dari Kecurangan Pada Pemilu 2024" sebagai bentuk syukur atas pelaksanaan tugas mereka yang dilakukan dengan integritas tinggi, bebas dari kecurangan, dan penuh kehormatan.

Acara yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat, aktivis sosial kemasyarakatan, dan pengasuh Pondok Pesantren seperti Uztad Gufron, Haji Imam, Agus Nuryadi, Zaenal, Ikhsan, dan David, menjadi ajang untuk menyuarakan keprihatinan terhadap fenomena politik belakangan ini yang dipenuhi dengan rekayasa dan kemungkaran.

Para aktivis juga mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang dinilai tidak tepat dan tidak sesuai bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.



Sebagai bagian dari kesepakatan akhir acara, mereka bersama-sama mengucapkan ikrar untuk terus berjuang melawan kemungkaran dan mengawal negara ini menuju masa depan yang lebih baik, yang beradab dan bebas dari segala bentuk kemungkaran.

Dalam situasi politik yang semakin menantang, para aktivis AP24 menunjukkan komitmen mereka untuk tetap berdiri teguh dalam prinsip-prinsip kejujuran, keadilan, dan kebenaran demi masa depan yang lebih baik bagi negeri ini. (AW)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kabar dari Armuzna

Kabar dari Armuzna Oleh: Petugas PPIH 2024 Sudah beberapa kali saya membaca kabar dari Armuzna—Arafah, Muzdalifah, dan Mina—dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Setiap kali membaca, dada saya bergemuruh. Seperti aroma mesiu yang menggantung di udara, meletup-letup dalam kata, siap meledak dalam telunjuk jari. Tetapi saya tahan. Karena saya tahu, ini bukan hanya tentang pelayanan. Ini bukan sekadar soal logistik. Ini tentang kesabaran. Tentang mereka yang menggadaikan sebagian usia dan harta demi sebuah kata yang belum tentu bisa dibawa pulang: mabrur. Banyak yang pesimis pelaksanaan haji berjalan lancar seperti tahun 2024, pemerintah kerajaan Saudi Arabia memangkas petugas haji Indonesia, mereka yakin dengan sistem baru tidak perlu petugas terlalu banyak dari Indonesia. Awalnya kita percaya sampai pada akhirnya serumit ini kenyataannya.  Saya tahu, tidak mudah mengatur dua ratus ribu lebih jamaah Indonesia yang menyemut di tiga titik genting itu: Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Ba...

Cara Registrasi PTK Baru di Simpatika

Syarat Registrasi PTK Baru Persyaratan untuk melakukan registrasi PTK baru adalah sebagai berikut. 1. Belum memiliki PegID ataupun NUPTK 2.     Menjadi PTK di Madrasah/Sekolah yang dibuktikan dengan SK Pengangkatan  3.     Mengisi Formulir A05 Formulir tersebut diisi kemudian serahkan kepada Admin Madrasah atau Kepala Madrasah, dengan dilampiri: Pas photo berwana ukuran 4 x 6 sebanyak 1 lembar (Plus siapkan File Foto ukuran Maksimal 100 kb) 2.     Copy Kartu Keluarga 3.     Copy Ijazah SD (Terendah) 4.     Copy Ijazah Pendidikan Tertinggi 5.     Copy SK Pengangkatan sebagai PTK di madrasah tersebut Formulir A05  beserta lampirannya tersebut diserahkan kepada  Admin Madrasah  atau Kepala Madrasah untuk dimasukkan ke dalam sistem melalui "Registrasi PTK" di menu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Simpatika. Langkah bagi Operator atau K...

Santri Pekok

  Santri Pekok Oleh : Syafaat   Dalam Kamus Besar Bahasa Indoneai (KBBI) “pekok” artinya bodoh, bisa juga diartikan gokil, aneh atau nyleneh, bisa juga istiahnya gila/sesuatu yang tidak wajar tapi masih dalam batas garis, susah diberitahu,   berbeda dengan bodoh yang memang belum tahu. Sedangkan kata “santri” menurut wikipedia adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa istilah santri berasal dari bahasa Sangsekerta, “Shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan,. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata “cantrik” yang berarti para pembantu begawan atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekwensinya pengasuh pondok pesantren memberikan ilmu pengetahuan ...