Langsung ke konten utama

Pemilih di Banyuwangi Meninggal di Bilik Suara

Banyuwangi (Warta Blambangan) Seorang perempuan paruh baya di Banyuwangi meninggal di Bilik Suara sebelum menggunakan hak pilihnya pada Pemilu, Rabu 14 Februari 2024.


“Bu Ngatiyem usianya sekitar 65 tahun,” kata Ketua KPU (Komisi Pemilihan Umum) Kabupaten Banyuwangi Dwi Anggraini Rahman, Rabu (14/2/2024) di konfirmasi melalui sambungan telepon.

Dwi menjelaskan bahwa korban (pemilih) sesuai dengan Daftar Pemilih Tetap (DPT) merupakan pemilih di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 12 di Desa Seneporejo Kecamatan Siliragung Banyuwangi Jawa Timur. 

Selanjutnya, Berdasarkan penelusuran dari petugas KPU mengkonfirmasi langsung kepad keluarga, si ibu Ngatiyem berusia sudah sepuh tersebut diketahui memiliki riwayat penyakit darah tinggi. 
Dimana dalam keterangan yang didapatkan dari keluarga terkait dengan Kronologinya, bermula ketika korban yang awalnya korban saat datang ke TPS seperti warga pada umumnya, namun saat memasuki bilik suara.

"Ngatiyem sempat mengeluh pusing diduga karena melihat terlalu banyak tulisan,"jelasnya.
Ngatiyem dipastikan belum menggunakan hak pilihnya karena lebih dulu pingsan dan di kabarkan sudah dengan kondisi meninggal dunia. 

“Informasi awal seperti itu,” tutur Dwi. 

Dwi sebagai Ketua KPU Banyuwangi menyampaikan duka mendalam kepada keluarga yang ditinggalkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kabar dari Armuzna

Kabar dari Armuzna Oleh: Petugas PPIH 2024 Sudah beberapa kali saya membaca kabar dari Armuzna—Arafah, Muzdalifah, dan Mina—dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Setiap kali membaca, dada saya bergemuruh. Seperti aroma mesiu yang menggantung di udara, meletup-letup dalam kata, siap meledak dalam telunjuk jari. Tetapi saya tahan. Karena saya tahu, ini bukan hanya tentang pelayanan. Ini bukan sekadar soal logistik. Ini tentang kesabaran. Tentang mereka yang menggadaikan sebagian usia dan harta demi sebuah kata yang belum tentu bisa dibawa pulang: mabrur. Banyak yang pesimis pelaksanaan haji berjalan lancar seperti tahun 2024, pemerintah kerajaan Saudi Arabia memangkas petugas haji Indonesia, mereka yakin dengan sistem baru tidak perlu petugas terlalu banyak dari Indonesia. Awalnya kita percaya sampai pada akhirnya serumit ini kenyataannya.  Saya tahu, tidak mudah mengatur dua ratus ribu lebih jamaah Indonesia yang menyemut di tiga titik genting itu: Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Ba...

Cara Registrasi PTK Baru di Simpatika

Syarat Registrasi PTK Baru Persyaratan untuk melakukan registrasi PTK baru adalah sebagai berikut. 1. Belum memiliki PegID ataupun NUPTK 2.     Menjadi PTK di Madrasah/Sekolah yang dibuktikan dengan SK Pengangkatan  3.     Mengisi Formulir A05 Formulir tersebut diisi kemudian serahkan kepada Admin Madrasah atau Kepala Madrasah, dengan dilampiri: Pas photo berwana ukuran 4 x 6 sebanyak 1 lembar (Plus siapkan File Foto ukuran Maksimal 100 kb) 2.     Copy Kartu Keluarga 3.     Copy Ijazah SD (Terendah) 4.     Copy Ijazah Pendidikan Tertinggi 5.     Copy SK Pengangkatan sebagai PTK di madrasah tersebut Formulir A05  beserta lampirannya tersebut diserahkan kepada  Admin Madrasah  atau Kepala Madrasah untuk dimasukkan ke dalam sistem melalui "Registrasi PTK" di menu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Simpatika. Langkah bagi Operator atau K...

Santri Pekok

  Santri Pekok Oleh : Syafaat   Dalam Kamus Besar Bahasa Indoneai (KBBI) “pekok” artinya bodoh, bisa juga diartikan gokil, aneh atau nyleneh, bisa juga istiahnya gila/sesuatu yang tidak wajar tapi masih dalam batas garis, susah diberitahu,   berbeda dengan bodoh yang memang belum tahu. Sedangkan kata “santri” menurut wikipedia adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa istilah santri berasal dari bahasa Sangsekerta, “Shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan,. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata “cantrik” yang berarti para pembantu begawan atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekwensinya pengasuh pondok pesantren memberikan ilmu pengetahuan ...