Langsung ke konten utama

PERSAMI DAN PEMBENTUKAN KARAKTER PANCASILA

 

PERSAMI DAN PEMBENTUKAN KARAKTER PANCASILA

OLEH:

NUR SAEWAN

Guru Wakil Kepala Bidang Kesiswaan di MTs Negeri 6 Glenmore

 

          


Akhir minggu bulan Juli tahun ini istimewa. Mengapa? Kita sebagai pendidik ikut merasakan keistimewaan minggu  ini. Ya istimewa. Karena ada semangat yang menggelora di hati anak-anak didik kita untuk mengikuti Persami. Dapat saya rasakan semangat itu dari raut muka mereka. Gerak geriknya. Tutur katanya. Dan perasaan riang gembira yang diutarakan. Bahkan dapat dilihat dari sikap orang tua murid  yang mengantarkan anaknya berangkat mengikuti Persami.

           Ada wali murid yang mengantarkan anaknya menggunakan mobil. Ada yang menggunakan sepada motor. Situasi gerimis seharian tidak menyurutkan tekad anaknya mengikuti kegiatan yang diadakan oleh bapak/ibu gurunya. Meskipun hujan, mereka para orang tua menggunakan mantel atau jas hujan. Tampak raut mukanya senang dan menaruh harapan. Tersirat kebahagiaan itu pada wajah-wajah mereka.

           Situasi seperti ini  terlahir di benak kita semua, ya karena kita rindu. Rindu. Bagi bapak-ibu guru rindu untuk mendidik mental anak-anak yang terasa tertinggal. Tertinggal karena dua tahun terakhir ini mental anak terkekang oleh situasi corona-19. Mereka kurang bersosial. Mereka kurang dapat mengembangkan sikap kreatifnya. Mereka banyak berdiam diri di dalam rumah. Belajar dari rumah. Mengikuti pelajaran dari rumah. Menerima dan mengaktualisasikan pengetahuannya dari rumah. Maka terasa terkekang. Itu wajar. Karena anak-anak, apalagi anak se usia SLTP perlu sekali merealisasikan  gejolak fisik, ide, dan kognitifnya.  Pada usia  13 tahun, anak mengalami beberapa perkembangan kognitif yang mungkin terjadi. Diantaranya (1)  anak mengasah keterampilannya dalam melakukan perdebatan. (2) anak menerapkan konsep yang sesuai dengan nalar atau apa yang ia yakini. Yang berikutnya (3) anak mempelajari dan memahami hal yang konkret sampai yang abstrak. (4) anak juga sudah memulai memikirkan sudut pandang yang  berbeda dari apa yang ia dengar, lihat dan pikirkan.

 

           Berdasarkan pada perkembangan kognitif anak usia 13 tahun tersebut, penulis berfikir bahwa kegiatan Persami adalalah bentuk kegiatan yang dapat memperkuat mental. Ya mental. Setidaknya ada 4 mental yang terbentuk dari kegiatan persami minggu ini. Pertama mental kebangsaan. Mengapa mental kebangsaan? Karena pada persami saat ini ada pembinaan kebangsaan. Contohnya persami yang di selenggarakan oleh MTs Negeri 6 Banyuwangi. Mengundang hadirkan bapak-bapak dari Koramil kec. Glenmore untuk mengisi materi wawasan kebangsaan. Istimewa. Ya istimewa. Karena  anak-anak sejak awal pembelajarannya, awal menjadi siswa mendapatkan materi wawasan tentang negaranya. Wawasan tentang dasar negaranya. Wawasan  tentang negeri yang mereka cintai. Tentu dari materi ini anak semakin banyak memperoleh pengetahuan tentang tanah airnya. Wawasan tentang negaranya. Suatu pemandangan yang yang bagus untuk menciptakan generasi yang tangguh dan generasi yang lebih baik.

           Kedua Persami minggu ini tentunya dapat membentuk mental kedisiplinan. Mengapa? Karena siswa di latih untuk tepat waktu dalam semua kegiatan. Seperti tepat waktu pada waktu cek ini peserta. Tepat waktu pada waktu mengikuti materi pertama, dan seterusnya. Semua kegiatan wajib diikuti dengan penuh kedisiplinan. Terlebih pada Persami kali ada pelatihan baris berbaris yang di bina dari koramil. Kediplinan dari baris- berbaris tentu akan menjadi salah satu penyumbang mental tegas, berani, tertib, dan terkontrol. Mungkin hal ini,  mental disiplin seperti ini, tidak akan di dapatkan oleh anak atau siswa kalau tidak mengikuti baris-berbaris yang dibina oleh pihak koramil. Setidaknya anak mendapatkan kesempatan mengikuti kedisiplinan yang dimiliki oleh para pembina dari koramil ini.

Ketiga, persami juga dapat menumbuhkan mental sosial yang kuat. Mengapa? Karena dalam kesempatan persami bapak ibu guru melatih anak untuk peduli dengan teman sesama. Peduli dalam memenuhi kebutuhan diri dan kebutuhan kelompok atau regunya. Hal ini tampak sepele bagi orang tua. Tapi setelah kita mengingat masa pertumbuhan kita dulu, ternyata pengalaman seperti itu sangat bermanfaat bagi masa depan anak nantinya. berikutnya ke empat persami sebagai kelanjutan dari masa MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) untuk SMP/SMA dan MATSAMA (Masa Ta’aruf Siswa Madrasah) untuk MTs/MA dapat menumbuhkan penguatan mental religius. Mengapa? Ya, karena kita tau dalam persami yang notabenenya diikuti oleh siswa baru, siswa kelanjutan dari kelas 6 SD (Sekolah Dasar) yang relatif belum tau akan kewajiban manusia kepada Tuhannya, anak menjadi sadar atau setidaknya mengetahui bahwa menjalankan perintah agamanya, menjalankan tugas sholat lima waktu itu harus dilakukan dengan rutin dan tepat waktu. Kegiatan tepat waktu dalam menjalankan sholat oleh siswa yang dibimbing oleh gurunya tentu akan membekas kepada jiwa siswa.

           Selain itu semua, setidaknya manfaat lain dari persami adalah agar anak mandiri, belajar menyelesaikan masalah, menambah sahabat, juga dapat menambah percepatan pertumbuhan, melatih keberanian, tanggung jawab, melatihkesabaran diri, belajar mencintai lingkungan dan dapat pembelajaran berorganisasi.

           Dari paparan kegiatan Persami  tersebut tentu kita sama-sama berharap bahwa PERSAMI dapat memperkokoh atau memperkuat karakter anak bangsa, menjadi generasi yang berkarakter Pancasila. Semoga tidak berlebihan.*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Registrasi PTK Baru di Simpatika

Syarat Registrasi PTK Baru Persyaratan untuk melakukan registrasi PTK baru adalah sebagai berikut. 1. Belum memiliki PegID ataupun NUPTK 2.     Menjadi PTK di Madrasah/Sekolah yang dibuktikan dengan SK Pengangkatan  3.     Mengisi Formulir A05 Formulir tersebut diisi kemudian serahkan kepada Admin Madrasah atau Kepala Madrasah, dengan dilampiri: Pas photo berwana ukuran 4 x 6 sebanyak 1 lembar (Plus siapkan File Foto ukuran Maksimal 100 kb) 2.     Copy Kartu Keluarga 3.     Copy Ijazah SD (Terendah) 4.     Copy Ijazah Pendidikan Tertinggi 5.     Copy SK Pengangkatan sebagai PTK di madrasah tersebut Formulir A05  beserta lampirannya tersebut diserahkan kepada  Admin Madrasah  atau Kepala Madrasah untuk dimasukkan ke dalam sistem melalui "Registrasi PTK" di menu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Simpatika. Langkah bagi Operator atau K...

Kabar dari Armuzna

Kabar dari Armuzna Oleh: Petugas PPIH 2024 Sudah beberapa kali saya membaca kabar dari Armuzna—Arafah, Muzdalifah, dan Mina—dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Setiap kali membaca, dada saya bergemuruh. Seperti aroma mesiu yang menggantung di udara, meletup-letup dalam kata, siap meledak dalam telunjuk jari. Tetapi saya tahan. Karena saya tahu, ini bukan hanya tentang pelayanan. Ini bukan sekadar soal logistik. Ini tentang kesabaran. Tentang mereka yang menggadaikan sebagian usia dan harta demi sebuah kata yang belum tentu bisa dibawa pulang: mabrur. Banyak yang pesimis pelaksanaan haji berjalan lancar seperti tahun 2024, pemerintah kerajaan Saudi Arabia memangkas petugas haji Indonesia, mereka yakin dengan sistem baru tidak perlu petugas terlalu banyak dari Indonesia. Awalnya kita percaya sampai pada akhirnya serumit ini kenyataannya.  Saya tahu, tidak mudah mengatur dua ratus ribu lebih jamaah Indonesia yang menyemut di tiga titik genting itu: Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Ba...

Santri Pekok

  Santri Pekok Oleh : Syafaat   Dalam Kamus Besar Bahasa Indoneai (KBBI) “pekok” artinya bodoh, bisa juga diartikan gokil, aneh atau nyleneh, bisa juga istiahnya gila/sesuatu yang tidak wajar tapi masih dalam batas garis, susah diberitahu,   berbeda dengan bodoh yang memang belum tahu. Sedangkan kata “santri” menurut wikipedia adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa istilah santri berasal dari bahasa Sangsekerta, “Shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan,. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata “cantrik” yang berarti para pembantu begawan atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekwensinya pengasuh pondok pesantren memberikan ilmu pengetahuan ...