“Doa”
Oleh : Dardiri
Jamal,
Kamal,
Jalal,
Mana mungkin kutampung hanya dalam sembilan puluh sembilan sebutan,
Dua puluh,
Dua puluh,
Satu,
Dan hitungan-prasangka yang tentu tak bermakna apa-apa bagi-Mu,
Maha Suci,
Maha Suci,
Kami menghitung setiap hari,
Tidak kami mengerti,
Benar-benar menyucikan keagungan-Mu,
Ataukah sekedar menyucikan diri kami sendiri,
Maha Besar,
Maha Besar,
Kami meneriakkannya setiap hari,
Tidak jelas,
Benar-benar merasa kerdil di hadapan-Mu,
Atau justru menganggap kami lebih besar dari sesama kami sendiri,
Maha Mendengar,
Maha Mendengar,
Kami menyerukannya setiap waktu,
Tidak kami pahami,
Benar-benar berdoa ke haribaan-Mu,
Atau sebuah keinginan agar Engkau senantiasa menuruti kerakusan kami,
Tuhan,
Ketamakan kami,
Kerakusan kami,
Kepribadian kami,
Keinginan kami yang bertubi-tubi,
Akankah menjadi Doa?
Tuhan,
Terbebas dari segenap hitungan,
Terlepas dari segala pujian,
Tuhan,
Jika keinginan kami,
Bukanlah kehendak-Mu,
Mungkin kami hanya pantas diberikan “ketabahan”,
Untuk menerimanya,
Dan,
Jika Kehendak-Mu,
Sengaja Engkau selaraskan dengan harapan kami,
Kirianya tak ada yang lebih mulia Engkau berikan,
Selain “kesabaran” untuk menjalaninya,
Karena syukur kepada-Mu,
Adalah pemberian terindah bagi kami, dari-Mu,
Dan,
Tidak ada sebutan yang paling pantas kami sematkan,
Bagi-Mu,
Selain,
TUHAN,-
(K G P H : 01 Februari 2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar