--Antitese 2--
Oleh : Dardiri
Masa depan,
Adalah impian yang meliuk-liuk seperti goyang bunga sesam ketika musim kemarau menimangnya bersama racau angin,
Yang menyesakkan suara kersak dan seolah gersang,
Tetapi dipenuhi biji-biji mulia dan siap dipinang lalu dipajang di etalase toko penjual pangan,
Tak ubahnya,
Seperti mulut gua di seberang air terjun yang tak pernah kelihatan sebelum kita menyeberang dan menginjakkan kaki di bibirnya,
Masa kini,
Adalah keharusan yang terjadi dan tak mungkin dihindari,
Seperti sekapur sirih dikunyah bersama sepotong gambir dan serpihan pinang,
Seketika,
Seperti ban serep di tengah perjalanan panjang dan harus dipasang saat itu juga ketika udara di dalam roda berkaret utama meledak tiba-tiba sedang muatan tak mungkin dibongkar dan dikembalikan,
Masa silam,
Adalah impian kanak-kanak yang setiap malam menjenguk peristirahatan lanjut usia yang dipenuhi alam lugu dan jenaka,
Lalu membawakan sebidang tanah luas dan datar berisi lumpur, kelereng dan layang-layang,
Ingatan-lah yang bermain di dalamnya,
Adakalanya,
Masa lalu,
Begitu wingit dan tabu,
Seperti keranda jenazah di pemakaman tua yang nyaris tak pernah terbuka,
Yang terkadang berderit sendiri karena tak kuasa menahan rayuan angin,
Karena adat begitu perkasa memasungnya,
Bahwa jika membuka maka siap masuk di dalamnya,
Sebenarnya-lah,
Sia-sia membagi dan mengkotak-kotakkan keberadaan,
Karena,
Toh tidaklah mungkin menyajikannya dalam kebersamaan,
Jika masa lalu begitu tabu,
Masa kini harus terjadi dan tak terhindari,
Dan masa depan adalah impian,
Mungkin ada baiknya kita tanyakan,
Apa yang kelak kita persembahkan,
Kepada sepi_abadi?,-
(K G P H : 04 Februari 2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar