"Bila Bola Menjadi Mata Angin"
Oleh : Dardiri
Pernahkah terbayang olehmu,
Bila bola menjadi arah mata angin?,
Tendangan pertama,
Pastinya,
Setelah peluit penanda babak dibunyikan,
Berlari,
Seperti hyena mengejar anak kelinci,
Berebut,
Selayaknya gula dalam kelilingan semut,
Dalam hitungan menit,
Gol tercipta,
Kadangkala bukan karena sepakan kaki,
Tetapi oleh kesalahan kita sendiri,
Bola,
Berisi udara,
Terbuat dari kulit dan plastik,
Tidak persegi bentuknya,
Digantung di etalase toko,
Dimasukkan dalam loker hijau,
Penjuru,
Adalah gelar,
Bagi "ujung pandang" penghulu mata,
Sepuluh jumlahnya,
Angin,
Adalah bunyi halus,
Dalam kibaran detak nadi,
Dan menjadi isyarat,
Bahwa,
Hidup masih tersematkan,
Tak terhitung jumlahnya,
Di dalam arena,
Bola,
Benar-benar menjadi mata,
Melewati setiap mata,
Memilis sudut pelipis,
Lalu,
Terjadilah Gempita,
Yang menjadi bukti,
Perhelatan diakhiri,
Bila bola menjadi arah mata angin,
Siapa menendang siapa?,
Siapa menaruh gempita?
Di hati-mu?,-
(K G P H : 17 Januari 2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar