Langsung ke konten utama

Sepetak Tanah Surga

 Sepetak tanah surga adalah Banyuwangi

                                             Oleh : Bithari Novi Agustin

Inilah estetisnya kota Banyuwangi. Kabupaten Banyuwangi adalah kabupaten paling timur di pulau Jawa yang sudah termasyur kekayaan alamnya. Berbagai macam sumber daya alam telah tertanam di Banyuwangi. Bermacam sejarah, budaya, mitologi, tak ada habisnya diperbincangkan.

Kota yang berjuluk sunrise of Java ini mendapatkan peringkat pertama sebagai kabupaten/kota dengan kinerja terbaik di Indonesia yang ditetapkan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) bulan Oktober lalu. Pencapaian ini tentunya menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Banyuwangi. 

Setelah transformasinya kini, Banyuwangi melejit hingga pelosok tanahnya. Kemendagri bahkan juga menetapkannya sebagai kabupaten paling inovatif melalui kompetisi Innovative Government Award (IGA) pada tahun 2018. Sungguh kebanggaan yang tiada tara atas pencapaian yang begitu luar biasa ini. Pemerintah dan masyarakat yang  begitu memperhatikan kemajuan Banyuwangi ini dipandang sangat perlu diapresiasi. Tidak hanya itu, kita semua memang patut bersyukur atas apa yang Tuhan berikan pada Kabupaten Banyuwangi.

Hal yang tak asing di berbagai kalangan, yang juga berhubungan dengan Banyuwangi adalah adanya budaya santet. Santet tak asing lagi  didengarkan. Tak hanya penduduk Banyuwangi, bahkan orang-orang di luar kota pun seakan ikut membentuk menciptakan opini kesejajaran antara santet dan Banyuwangi. Bagaimana tidak? Kalau siapa pun bertanya tentang Banyuwangi pasti mereka juga akan mempertanyakan pula tentang santet. Santet identik dengan Banyuwangi.

Tapi kenapa begitu? Santet juga ada di kota lain selain Banyuwangi. Bahkan di kota-kota lainnya santet juga memiliki popularitas yang tinggi. Tapi kenapa santet selalu dihubung-hubungkan dengan Banyuwangi?. Jelas persepsi seperti itu membuat beberapa orang Banyuwangi merasa risih. Sebab selalu saja ada orang-orang yang mempertanyakan santet ketika bertemu orang yang berasal dari Banyuwangi. Padahal budaya lainnya masih asik dibahas. Ketika santet saja sudah tidak terlalu populer dan melekat di Banyuwangi, kenapa khalayak masih saja menyetarakannya?.

Dari dulu hingga saat ini Banyuwangi dikenal dengan kesuburan tanahnya. Sebelum kependudukan tentara Jepang wilayah Banyuwangi secara ekonomis tanpa kekurangan ditunjang dari kondisi alamnya yang cukup subur. Bahkan daun genjer saja dulu dianggap sebagai tanaman parasit. Saat ini menjelma menjadi menu makanan yang lezat.

Selain kaya akan hasil alamnya, Banyuwangi juga terkenal akan kekayaan seni budayanya. Kebudayaan tari tradisional seperti Gandrung, telah menjadi identitas diri Banyuwangi. Filosofi dan gerakannya telah mengalir secara alami di dalam jiwa rakyat Banyuwangi. Suku Osing atau lare Osing adalah mayoritas penduduk di Banyuwangi, seakan menjadi organ tubuh yang takkan pernah lepas dari identitas Banyuwangi. Kesenian-kesenian rakyat sudah marak ditampilkan bahkan sejak jaman kolonial seperti kesenian Gandrung atau upacara adat seperti Seblang dan Kebo-keboan.

Kesenian dari lagu-lagu Banyuwangi akhir-akhir ini booming dalam dunia permusikan. Lagu-lagu berbahasa using ini ternyata digemari pula oleh orang-orang dari suku lain atau orang-orang yang bahkan sama sekali tidak pandai berbahasa using. Wow…Hal  ini sangat mengesankan, tanpa mengetahui artinya pun melodi khas lagu Banyuwangi atau biasa dikenal sebagai lagu Banyuwangen pun berhasil memikat seseorang hanya lewat aransemennya saja. Perlu diakui, seniman Banyuwangi memang profesional.

Bertahun-tahun lalu hingga sekarang Banyuwangi sedang berada dalam puncak keberhasilan. Pembangunan dan perkembangan mulai terlihat. Tentunya hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Melihat kondisi alamnya yang indah dan penuh dengan wisatawan, siapa yang tidak tertarik. Apalagi budaya-budaya lokalnya yang penuh dengan makna tersirat. Dengan melihat orang-orang yang tersenyum bahagia setelah berkunjung ke Banyuwangi siapa yang tidak tertarik?.

Untuk spot fotonya, kabupaten Banyuwangi juga tak kalah menariknya loh. Untuk para wisatawan yang gemar mengabadikan moment-moment menarik, kalian tidak perlu mencari-cari spot foto yang susah dijamah. Banyuwangi memiliki banyak solusi untuk masalah itu. Bahkan keindahan alam dan asrinya wisata di kabupaten Banyuwangi tak kalah menariknya dengan  tempat-tempat wisata di pulau Bali.

Pertama yaitu Taman Nasional Baluran. Taman Nasional Baluran ini memiliki pesona yang eksotik. Bahkan karena destinasi wisatanya yang begitu eksotik, wisatawan sampai menjulukinya sebagai little Africa. Karena pemandangan yang begitu indah dan Savana nya yang tak kalah bagus dari Afrika, pasti tidak akan rugi untuk menempuh perjalanan dengan jarak 40 kilometer dari Banyuwangi ke Situbondo dengan estimasi waktu sekitar 1 jam. Ada 3 destinasi wisata Taman Nasional Baluran yang wajib dikunjungi yaitu Evergreen, Savana Bekol, dan pantai Bama. Untuk informasi lebih lanjut dan menariknya lebih baik dikunjungi saja wisata ini secara langsung.

Selanjutnya yang tak kalah eksotis adalah Hutan De Djawatan yang berada di desa Benculuk, kecamatan Cluring. Tempat wisata ini sekilas mirip Hutan Fangorn dalam film The Lord of The King. Hutan De Djawatan juga pernah dijadikan latar tempat film Rasuk yang sempat populer di Indonesia. Maka dari itu, wisata ini menjadi daya tarik sendiri bagi pengunjung.

Destinasi wisata di Banyuwangi lainnya juga tak kalah menarik. Contohnya seperti Rawa Bayu, Kawah Ijen yang dikenal dengan Blue Fire nya, Bangsring Underwater, Pantai Plengkung, Air Terjun Congklak, Pulau Merah, dan lain-lain. Banyuwangi tak ada habisnya memanjakan mata dengan segala kelebihannya. Banyuwangi juga tak akan berhenti memanjakan lidah dengan kuliner-kulinernya yang khas seperti rujak soto, sego tempong, kupat lodoh, pindang koyong, dan lain-lain.

Dalam bidang  transportasi, Banyuwangi juga sudah cukup maju. Bandara Banyuwangi menjadi green airport pertama di Indonesia. Sejumlah inovasi transportasi lainnya antara lain penggunaan lampu lalu lintas tenaga surya, kelengkapan sarana-prasarana, penyediaan jalur pesepeda, dan konsep terminal terpadu yang sedang dirintis.

Sungguh kekayaan alam dan lingkungan yang masih asri di Banyuwangi ini sangat mengesankan. Apalagi pembangunan-pembangunan yang telah dirintis sedemikian rupa. Jangan sampai ada yang merusak keindahan Banyuwangi ini. Marilah kita ikut andil dalam upaya perkembangan sektor-sektor di Banyuwangi ini. Hanya dengan tidak membuang sampah sembarangan saja sudah berperan penting dalam menjaga lingkungan. Kehidupan selaras serta kesatuan dari masyarakat Banyuwangi akan merangkul kabupaten ini menjadi lebih maju dan lebih baik lagi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Registrasi PTK Baru di Simpatika

Syarat Registrasi PTK Baru Persyaratan untuk melakukan registrasi PTK baru adalah sebagai berikut. 1. Belum memiliki PegID ataupun NUPTK 2.     Menjadi PTK di Madrasah/Sekolah yang dibuktikan dengan SK Pengangkatan  3.     Mengisi Formulir A05 Formulir tersebut diisi kemudian serahkan kepada Admin Madrasah atau Kepala Madrasah, dengan dilampiri: Pas photo berwana ukuran 4 x 6 sebanyak 1 lembar (Plus siapkan File Foto ukuran Maksimal 100 kb) 2.     Copy Kartu Keluarga 3.     Copy Ijazah SD (Terendah) 4.     Copy Ijazah Pendidikan Tertinggi 5.     Copy SK Pengangkatan sebagai PTK di madrasah tersebut Formulir A05  beserta lampirannya tersebut diserahkan kepada  Admin Madrasah  atau Kepala Madrasah untuk dimasukkan ke dalam sistem melalui "Registrasi PTK" di menu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Simpatika. Langkah bagi Operator atau K...

Kabar dari Armuzna

Kabar dari Armuzna Oleh: Petugas PPIH 2024 Sudah beberapa kali saya membaca kabar dari Armuzna—Arafah, Muzdalifah, dan Mina—dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Setiap kali membaca, dada saya bergemuruh. Seperti aroma mesiu yang menggantung di udara, meletup-letup dalam kata, siap meledak dalam telunjuk jari. Tetapi saya tahan. Karena saya tahu, ini bukan hanya tentang pelayanan. Ini bukan sekadar soal logistik. Ini tentang kesabaran. Tentang mereka yang menggadaikan sebagian usia dan harta demi sebuah kata yang belum tentu bisa dibawa pulang: mabrur. Banyak yang pesimis pelaksanaan haji berjalan lancar seperti tahun 2024, pemerintah kerajaan Saudi Arabia memangkas petugas haji Indonesia, mereka yakin dengan sistem baru tidak perlu petugas terlalu banyak dari Indonesia. Awalnya kita percaya sampai pada akhirnya serumit ini kenyataannya.  Saya tahu, tidak mudah mengatur dua ratus ribu lebih jamaah Indonesia yang menyemut di tiga titik genting itu: Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Ba...

Santri Pekok

  Santri Pekok Oleh : Syafaat   Dalam Kamus Besar Bahasa Indoneai (KBBI) “pekok” artinya bodoh, bisa juga diartikan gokil, aneh atau nyleneh, bisa juga istiahnya gila/sesuatu yang tidak wajar tapi masih dalam batas garis, susah diberitahu,   berbeda dengan bodoh yang memang belum tahu. Sedangkan kata “santri” menurut wikipedia adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa istilah santri berasal dari bahasa Sangsekerta, “Shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan,. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata “cantrik” yang berarti para pembantu begawan atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekwensinya pengasuh pondok pesantren memberikan ilmu pengetahuan ...