Langsung ke konten utama

Pejuang Literasi di Tengah Pandemi

 

Pejuang Literasi di Tengah Pandemi

Oleh : Masrukah

DIi masa pandemi covid-19 merupakan perjuangan yang sangat berat yang dialami oleh guru sebagai pejuang literasi dalam dunia pendidikan. Mempersiapkan sekolah untuk memindahkan pengajaran secara daring adalah tugas besar, membutuhkan perencanaan dan persiapan, bahkan pelatihan guru, dan tentu tidak akan terlaksana dalam waktu singkat. Namun ini semua harus dijalani dan dilaksanakan oleh guru agar siswa tetap dapat belajar dalam bimbingan dan arahan guru. Bagi daerah yang sulit dijakau oleh internet, guru harus pandai-pandai menyisihkan waktu untuk home visit, agar siswa tidak tertinggal pelajaran.

Daring artinya pembelajaran dilakukan tanpa tatap muka melalui platform yang telah tersedia secara online. Guru sebagai pejuang literasi harus mampu memberikan pelajaran secara virtual maupun modul, kemudian dilanjutkan oleh penugasan dengan waktu yang ditentukan.

Dengan sistem belajar daring diharapkan siswa tetap bersemangat dalam belajarnya dan mendapatkan materi pelajaran dari guru. Peran guru sebagai motivator dan pejuang literasi diharuskan memahami home learning dengan memberikan tugas-tugas secara online. Kita tidak boleh membiarkan siswa berkeliaran tanpa mendapatkan pengajaran dari seorang guru. Walaupun banyak kendala yang harus dihadapi, namun pembelajaran harus tetap berjalan demi anak bangsa yang terus bertranformasi dalam era globalisasi.

Masa pandemi covid-19 belum berakhir dan entah sampai kapan guru mengajar dengan tidak tatap muka. Pembelajaran banyak dilakukan dengan menggunakan jaringan internet. Sangat dikhawatirkan siswa tidak bisa memilih dan menyensor berita-berita dari internet. Karena di situ banyak konten-konten negatif yang tiba-tiba muncul dipermukaan layar, jika diklik saja, maka konten negatif itu akan terbuka dan dapat dinikmati siapa saja.


Dalam situasi apapun gerakan literasi tidak boleh terhambat implementasinya di sekolah maupun luar sekolah. Menumbuhkan minat baca yang tinggi harus dimulai sejak dini. Salah satunya dengan adanya gerakan literasi sekolah, saat ini perubahan minat baca para siswa sudah semakin terlihat baik dari akademik maupun non akademik. Perubahan akademik dari ujian mata pelajaran Bahasa Indonesia meningkat dengan drastis. Kebiasaan siswa yang malas membaca teks wacana atau buku dapat teratasi. Dari non akademik, budi pekerti para siswa semakin berubah ke arah yang lebih baik dengan berkurangnya tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh siswa.

Selain semangat literasi, guru juga harus dapat membuat dan memodifikasi alat pelajaran, praktikum merupakan jenis dari karya inovatif. Macamnya berupa membuat alat pelajaran, membuat alat peraga, dan membuat alat praktikum. Alat pelajaran adalah alat yang digunakan untuk membantu kelancaran proses pembelajaran dan bimbingan pada khususnya dalam proses pendidikan di sekolah pada umumnya. Alat peraga adalah alat yang digunakan untuk memperjelas konsep, teori, cara kerja tertentu yang dipergunakan dalam proses pembelajaran atau bimbingan.

Beberapa kesulitan ketika penerapan literasi melalui daring di tengah pandemi:

1.    Pada proses pengenalan abjad atau huruf bagi jenjang pendidikan dasar sangat sulit diterapkan, karena siswa harus dituntun berulang-ulang untuk melafalkan dan membunyikan dengan jelas, ini tidak bisa dilakukan. Banyak materi yang kurang dipahami dan dimengerti oleh siswa, karena kurang penjelasan dari pengajar. Daya serap siswa terhadap materi pelajaran sangat kurang. Apalagi pada masa pandemi ini pengajaran hanya mengampu pada 2 materi pelajaran yang diutamakan pelajaran yang esensial saja.

  1. Banyak tugas dari guru yang tidak dikerjakan oleh siswa. Sehingga tugas bertumpuk-tumpuk dari hari pertama sampai hari berikutnya. Anak-anak lebih suka membuka konten-konten yang tidak bermanfaat yang tidak mendukung pelajaran. Sebuah alasan siswa minta uang untuk membeli kuota kepada orangtua untuk belajar, ternyata disalah gunakan.
  2. Guru kesulitan mengontrol siswa yang hadir atau online. Terkadang mengumpulkan tugas tidak tepat waktu. Banyak alasan yang dikemukakan oleh siswa dari sulitnya sinyal sampai kehabisan paketan. Penerapan karakter budi pekerti sebagai teladan sulit diterapkan.
  3. Orangtua harus menyiapkan anggaran untuk membeli paket internet dan perangkat HP Android, Laptop, Ipad, dan lainya. Inilah yang menjadi beban para orangtua di tengah kesulitan ekonomi di masa pandemi. Masih ditambah beban orantua yang harus mendampingi anaknya belajar di rumah yang mestinya waktu digunakan untuk bekerja.
  4. Tugas guru selain menumbuhkan minat bakat siswa membaca dan menulis. Guru juga menjadi teladan untuk membentuk karakter siswa, guru sulit untuk mengetahui perkembangan siswa dalam aspek afektif dan psikomotoriknya jika tidak dengan tatap muka. Keberhasilan dalam membentuk karakter siswa  harus dilakukan dengan pembiasaan prilaku baik yang berulang-ulang dan konsisten.

 

Sebuah perjuangan yang membutuhkan perencanaan dan penguasaan IT dalam situasi pandemi ini. Tetap menjai guru yang mengajar dengan kreatif dan menarik akan menjadi idola para siswa, selalu dirindukan dan dinantikan kehadiranya dikala guru tersebut tidak masuk sekolah karena halangan, tidak membosankan. Memiliki banyak trik juga unik yang bisa membuat siswa mudah menerima materi pelajaran.

Guru kreatif sangat diperlukan untuk mengantarkan peserta didik menjadi lebih baik. Guru sebagai pejuang literasi akan terus mampu dalam situasi dan kondisi apapun tak terkecuali di masa pandemi covid-19.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kabar dari Armuzna

Kabar dari Armuzna Oleh: Petugas PPIH 2024 Sudah beberapa kali saya membaca kabar dari Armuzna—Arafah, Muzdalifah, dan Mina—dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Setiap kali membaca, dada saya bergemuruh. Seperti aroma mesiu yang menggantung di udara, meletup-letup dalam kata, siap meledak dalam telunjuk jari. Tetapi saya tahan. Karena saya tahu, ini bukan hanya tentang pelayanan. Ini bukan sekadar soal logistik. Ini tentang kesabaran. Tentang mereka yang menggadaikan sebagian usia dan harta demi sebuah kata yang belum tentu bisa dibawa pulang: mabrur. Banyak yang pesimis pelaksanaan haji berjalan lancar seperti tahun 2024, pemerintah kerajaan Saudi Arabia memangkas petugas haji Indonesia, mereka yakin dengan sistem baru tidak perlu petugas terlalu banyak dari Indonesia. Awalnya kita percaya sampai pada akhirnya serumit ini kenyataannya.  Saya tahu, tidak mudah mengatur dua ratus ribu lebih jamaah Indonesia yang menyemut di tiga titik genting itu: Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Ba...

Cara Registrasi PTK Baru di Simpatika

Syarat Registrasi PTK Baru Persyaratan untuk melakukan registrasi PTK baru adalah sebagai berikut. 1. Belum memiliki PegID ataupun NUPTK 2.     Menjadi PTK di Madrasah/Sekolah yang dibuktikan dengan SK Pengangkatan  3.     Mengisi Formulir A05 Formulir tersebut diisi kemudian serahkan kepada Admin Madrasah atau Kepala Madrasah, dengan dilampiri: Pas photo berwana ukuran 4 x 6 sebanyak 1 lembar (Plus siapkan File Foto ukuran Maksimal 100 kb) 2.     Copy Kartu Keluarga 3.     Copy Ijazah SD (Terendah) 4.     Copy Ijazah Pendidikan Tertinggi 5.     Copy SK Pengangkatan sebagai PTK di madrasah tersebut Formulir A05  beserta lampirannya tersebut diserahkan kepada  Admin Madrasah  atau Kepala Madrasah untuk dimasukkan ke dalam sistem melalui "Registrasi PTK" di menu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Simpatika. Langkah bagi Operator atau K...

Santri Pekok

  Santri Pekok Oleh : Syafaat   Dalam Kamus Besar Bahasa Indoneai (KBBI) “pekok” artinya bodoh, bisa juga diartikan gokil, aneh atau nyleneh, bisa juga istiahnya gila/sesuatu yang tidak wajar tapi masih dalam batas garis, susah diberitahu,   berbeda dengan bodoh yang memang belum tahu. Sedangkan kata “santri” menurut wikipedia adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa istilah santri berasal dari bahasa Sangsekerta, “Shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan,. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata “cantrik” yang berarti para pembantu begawan atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekwensinya pengasuh pondok pesantren memberikan ilmu pengetahuan ...