Langsung ke konten utama

Postingan

APAKAH EFEK KORONA

 APAKAH EFEK KORONA Oleh : Faiz Abadi Dalam pengembaraan panjang Di negeri asing bagi keluguan  Topeng topeng Badut laris terjual Tidak ada pilihan Wajah asli telah binasa Sang pertapa tak lagi seperti Kalijaga Kesetiaan pada sang guru kelucuan  Apakah reformasi sudah salah arti Kebebasan apakah tidak bertepi Martabatmu Sunan Bonang sungguh berarti Dulu Itu dulu Bukan sekedar demo Di ujung belati nyawa kami menjadi pertaruhan Bahkan dengan gemetar kami tuliskan angka  Selalu baik untuk mereka Lucu Aneh Sampai sekarang tidak tahu Siapa kamu Bagaimana rupamu Akupun tidak tahu Kalau besar jadi apa? Kalau terus begini? Hei artis papan atas jawablah Nilai IPA mu berapa? Hei Pesepak Bola Nilai Eksakmu berapa Honormu terbang jauh  Ke Eropa Ke Afrika Kemana saja kau bisa Kami tetap di sini Tetap kami tuliskan angka penyelamat sesaat Sebelum nasibku kiamat

BERTAPA DI KERAMAIAN

 BERTAPA DI KERAMAIAN Oleh : Faiz Abadi Sama saja Tangisan bayi tetaplah suci Kau tahu orang orang gila di sana? Dalam tubuh menggigil Di temani kerinduan telah sirna Mengapa tetap gagah saja Tak pernah ada ironi Menukarkan nilai sakral dengan dolar Loper koran sungguh berharga Dibanding loper ayat tuhan Apabila kebenaran terbuang ke comberan Seperti memakai gamis Sebenarnya cukup amis Kesemuan, kepalsuan terus berjalan Merebut tahta singgasana Mengkudeta siapa saja Yakinlah kita tetap jaya Sebab tuhan ada pada jiwa Bukan soal segala bentuk rupa Tragedi lombok Palu Donggala Kini Sriwijaya Adalah amarah biasa Agar kita tidak lupa

Di Padang Malam

 Di Padang Malam By. Viefa Pada kembara mimpi di padang malam Engkau menemuiku Masih dengan luka berdarah menempel pada kaki dan baju Sama seperti kepergiamu saat Nafas tersengal satu-satu Ruh Cahya mengantarmu pada pintu sekaratmu Terhenyak Datangmu di padang malam Pertanda? Merasa Saat hujan di mata ini tak henti merembas  Sakit Silih berganti Mencecar tubuh dan jiwa kami  Belum beranjak pergi Ayah... Hadirmu untuk anak perempuanmu Mematri tiang sandarku yang setengah lapuk dimakan waktu Dan malam-malamku  Kuingin engkau tetap hadir dalam kesadaranku siluetpagi@viefa BWI, 11/1/21

BRAAK

 BRAAK Oleh : Faiz Abadi Hatiku panas terbakar Sudah 3 permainan aku selalu kalah Bidak bidak dan raja Selalu saja aku kecewa Terus ku coba Hingga pada babak 5 Rajakku tumbang  Skak mat lagi Tak kupedulikan tertawanya  Menyeringai Semakin membangkitkan kesalku Ku coba varian baru Dia jawab dengan kombinasi marshall " Ayah ada tamu " " Masih Otw, Umik" Ha ha ha  Akhirnya menang juga Kembali aku percaya diri Sang juara pun aku bisa Tanpa terasa senja mulai menyapa  Tapi apa peduli dengan matahari " Ayah beli susu " " Iya nak masih banyak kerjaan " 10 batang tali jagad tak terasa Mataku semakin merah Kembali kalah Tak membuatku goyah " Ayah dengarkan Hp nya " " Sabar Anakku " " Brakk...gudebrak " " Kenapa anakku " " Ibu marah, pot    piring pecah " Aduhhh aku kembali kalah Gengsi Harga diriku Ku simpan untuk lusa Langkah gontai Dada semakin pecah Ku lihat Sop raja Di Mangkuk sayur

Harmoni Tungku

 "Harmoni Tungku" Oleh : Dardiri Jadilah tempayan besar Terpanggang tungku sepanjang waktu Tempat mengaduk  Segala macam bumbu dalam adonan Atau  Jadilah tungku saja Agar menjadi tempat mengasah janji Kayu dengan api, dan sedikit hembusan angin Yang ditiupkan dari buluh bambu Lihatlah.. Pergumulan mesra Api-kayu-tungku-tempayan Dan sedikit hembusan angin Harmoni kehidupan yang berbunyi tanpa tiupan Beredar tanpa paksaan Lalu berdiam diri dalam kesahajaan, (K G P H : 11 Januari 2021)

Puisi Adalah

 --Puisi Adalah-- Oleh : Dardili Puisi adalah mata air di tengah hutan belantara Tepat di bawah rumpun ketangi  Yang sedang berbunga Ungu dan merah jambu warnanya Puisi Adalah oase di tengah gurun Di antara semak belukar yang kerontang Dan debu-debu pasir Yang berdansa dengan tamparan angin Puisi Adalah batu gilang Tempat meletakkan singgasana raja-raja Puisi adalah telaga jernih Tempat ikan  memacu hidup, Tempat serigala, harimau, dan burung-burung Membasuh muka Puisi, Adalah meja-meja besar berisi tumpukan berkas menggunung sekian tahun, lalu digeser ke kanan-ke kiri sewaktu-waktu, Puisi, Adalah pergumulan pena dan aksara, Ranjang bagi penyair bersenggama dengan kata, Puisi adalah kau dan aku, Terbaring di sini Peraduan semesta Yang penuh rahasia, (K G P H : 11 Januari 2021)

Duka Sriwijaya Air

 Duka Sriwijaya Air Oleh : Uswatun Hasanah Belum lagi kering peluh duka  Saat kau berpamitan hendak berangkat  Meninggalkan kami Tuk menunaikan tugasmu Kini harus kau torehkan kesedihan mendalam  Uraian airmata tak kan mampu terbendung  Kabar jatuhnya pesawat Sriwijaya Air Yang membawamu Terdengar santer Menggoyahkan iman ku Tak ku percaya pagi itu saat terakhir ku lihat senyum di bibir mungilmu Tanpa bisa ku peluk kepergian mu Kini harus ku relakan  Kepergian mu tuk selamanya Sesal ku tak terbayar Baikmu kan terkenang  Selamat jalan  Surga kan terbuka untuk mu 😭😭😭😭😭 Mengenang saudari ku yang menjadi salah satu penumpang Sriwijaya Air *Untuk mu Kak Agus Minarni*