Langsung ke konten utama

Rembulan di Ujung Senja

 Rembulan di Ujung Senja 

Talbiyah bergema lirih di hotel tempat sektor 10 berkantor, padahal belum ada yang berpakaian ihram. Ada 27 orang duduk di kursi roda, mereka hanya bisa pasrah pada suratan takdir yang telah mengambil sebagian nikmat kesehatan yang mereka miliki, rerata usianya tidak lagi muda, anugerah terindah yang mereka dapatkan adalah dapat menunaikan ibadah haji di usia sudah sangat tidak lagi muda, kesehatanpun tidak seperti dulu lagi, untuk berjalan saja mereka harus dibantu dengan kursi roda. Itupun ada yang sebagian anggota tubuhnya sudah tidak dapat lagi di gerakkan, tapi kita yakin gerakan hati yang mereka miliki tidak pernah berhenti untuk menyempurnakan rukun Islam kelima meski di usia senja.


Satu persatu orang-orang yang duduk di kursi roda di dorong keluar loby hotel untuk masuk ke dalam bus, para anggota satgas lansia dan ketua kloter mendorong kursi roda tersebut sambil membaca talbiyah, suaranya semakin lama semakin lirih, mata mereka nampak berkaca-kaca, nyaris air mata menetes dari wajah perkasa dari mereka yang usianya masih sangat muda.

Seorang petugas perempuan berparas cantik mengabadikan keberangkatan jamaah safari wukuf, namanya khas suku Bali, sambil memegang kamera, mulut mungilnya membaca talbiyah bersama petugas lainnya. Nampak matanya juga berkaca-kaca, sebaris airmata membasahi pipinya yang kemerah-merahan, sepertinya dia cantik tanpa makeup.

Kita tidak mungkin terbebas dari usia tua, tubuhpun tidak akan perkasa selamanya, pada saatnya nanti semuanya juga akan bertubuh rapuh dan menua, itupun jika tak terdahului dicabutnya nyawa.

Waktu terus berjalan dan tidak mau berhenti, pelan-pelan meninggalkan pagi dan akan beranjak senja , dan akan terlihat indah jika purnama menghiasi ujung senja, keindahan pagi akan tergantikan dengan keindahan kesempurnaan.

Orang-orang yang saat ini berangkat menuju Arafah, meski dengan keterbatasan fisik tergerus usia, merekalah orang-orang beruntung yang dapat melaksanakan rukun Islam kelima di sisa usia, dan bagi petugas haji merupakan anugerah terindah dalam melaksanakan tugas melayani jamaah.


Makkah, 13/06/2024


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kabar dari Armuzna

Kabar dari Armuzna Oleh: Petugas PPIH 2024 Sudah beberapa kali saya membaca kabar dari Armuzna—Arafah, Muzdalifah, dan Mina—dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Setiap kali membaca, dada saya bergemuruh. Seperti aroma mesiu yang menggantung di udara, meletup-letup dalam kata, siap meledak dalam telunjuk jari. Tetapi saya tahan. Karena saya tahu, ini bukan hanya tentang pelayanan. Ini bukan sekadar soal logistik. Ini tentang kesabaran. Tentang mereka yang menggadaikan sebagian usia dan harta demi sebuah kata yang belum tentu bisa dibawa pulang: mabrur. Banyak yang pesimis pelaksanaan haji berjalan lancar seperti tahun 2024, pemerintah kerajaan Saudi Arabia memangkas petugas haji Indonesia, mereka yakin dengan sistem baru tidak perlu petugas terlalu banyak dari Indonesia. Awalnya kita percaya sampai pada akhirnya serumit ini kenyataannya.  Saya tahu, tidak mudah mengatur dua ratus ribu lebih jamaah Indonesia yang menyemut di tiga titik genting itu: Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Ba...

Cara Registrasi PTK Baru di Simpatika

Syarat Registrasi PTK Baru Persyaratan untuk melakukan registrasi PTK baru adalah sebagai berikut. 1. Belum memiliki PegID ataupun NUPTK 2.     Menjadi PTK di Madrasah/Sekolah yang dibuktikan dengan SK Pengangkatan  3.     Mengisi Formulir A05 Formulir tersebut diisi kemudian serahkan kepada Admin Madrasah atau Kepala Madrasah, dengan dilampiri: Pas photo berwana ukuran 4 x 6 sebanyak 1 lembar (Plus siapkan File Foto ukuran Maksimal 100 kb) 2.     Copy Kartu Keluarga 3.     Copy Ijazah SD (Terendah) 4.     Copy Ijazah Pendidikan Tertinggi 5.     Copy SK Pengangkatan sebagai PTK di madrasah tersebut Formulir A05  beserta lampirannya tersebut diserahkan kepada  Admin Madrasah  atau Kepala Madrasah untuk dimasukkan ke dalam sistem melalui "Registrasi PTK" di menu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Simpatika. Langkah bagi Operator atau K...

Santri Pekok

  Santri Pekok Oleh : Syafaat   Dalam Kamus Besar Bahasa Indoneai (KBBI) “pekok” artinya bodoh, bisa juga diartikan gokil, aneh atau nyleneh, bisa juga istiahnya gila/sesuatu yang tidak wajar tapi masih dalam batas garis, susah diberitahu,   berbeda dengan bodoh yang memang belum tahu. Sedangkan kata “santri” menurut wikipedia adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa istilah santri berasal dari bahasa Sangsekerta, “Shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan,. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata “cantrik” yang berarti para pembantu begawan atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekwensinya pengasuh pondok pesantren memberikan ilmu pengetahuan ...