Langsung ke konten utama

Lentera Sastra Lakukan Selebrasi Kemerdekaan RI

 

Lentera Sastra Lakukan Selebrasi Kemerdekaan RI

 

Komunitas Lentera Sastra (Termina Literasi Pegawai kementerian Agama) bersama Sanggar Merah Putih 45 dan Komunitas Aura Lentera yang beranggotakan sastrawan difabel melakukan kegiatan bersama pembacaan puisi, dan teater yang dilaksanakan di cafe D’Lakon, Jalan Borobudur No 4 Banyuwangi, Sabtu (7/8/2021). Penampilan Sastrawan dan Seniman di pentas D’Lakon tersebut tanpa menghadirkan penonton, “yang hadir dalam kegiatan tersebut hanyalah yang akan tampil, dan itupun kehadirannya bergilir agar tidak terjadi kerumunan” ungkap Agus Wahyu Nurhadi, Ketua Saggar Merah Putih 45.

Tjatur Pramukho Shakti ( Mas Pram's...), seniman dan Budayawan Banyuwang tampil memukau dalam teater pembacaan puisi, bersama dengan Latifah, alumni madrasah Aliyah negeri (MAN) 1 Banyuwangi membacakan puisi dalam pentas teater sebagai persembahan terbaik untuk mengenang perjuangan para pahlawan yang telah gurur dalam rangka memperjuangkan dan mempertahankan Kemerdekaar Repubik Indonesia. Totalitas Mas Prams dalam teater tersebut sebagai salah satu bentuk memperingati Hari kemerdekaan Indonesia. “apa yang bisa kita lakukan untuk mengisi kemerdekaan ini, harus kita lakukan. Seni dan sastra merupakan salah satu alat saja, yang dapat membangkitkan semangat juang bangsa Indonesia” ungkapnya.

Latifah yang saat ini menjadi Mahasiswi STIEM (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mahardhika) Surabaya sangat bersyukur dapat tampil dengan komunitas lentera Sastra. “Pandemi membawa manfaat juga, sehingga saya bisa mwngikuti acara ini yang disiarkan secara virtual dari berbagai media sosial” ungkapnya. Gadis manis yang ketika menimba Ilmu di MAN 1 Banyuwangi menorehkan beberapa prestasi dibidang seni ini berharap adik-adiknya yang saat ini menimba ilmu di MAN 1 Banyuwangi dapat memanfaatkan peluang terutara dalam pengembangan literasi mauun sastra di masa pandemi, terlebih saat ini para guru telah berkoloborasi dengan beberapa lembaga kesenian di Bumi Blambangan.


Ketua Lentera Sastra, Syafaat ketika wawancara bersama Ketua Aura lentera, Nurul Imam Menyampaikan bahwa kebangkitan kembali Sastra Religi di Kabupaten Banyuwangi patut di apresiasi, menurut ASN pada kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi yang telah menerbitkan beberapa buah buku ini, Sastra Religi terbukti mampu memantik semangat perjuangan, sebagaimana contoh Kitab Al barjanzi yang berisi tentang perjuangan nabi Muhammad SAW yang yang mampu menumbuhkan semangat jihat umat Islam. “Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi tekah banyak menghasilkan karya sastra religi, salah satunya adalah Shalawat Badar yang ditulis oleh KH R.  Ali Mansyur pada tahun enam puluhan” ungkapnya. Lebih lanjut Pengarang Buku Perjalanan Haji Orang-orang Terpilih ini menyampaikan bahwa Shalwat Badar saat ini sudah dilantutnkan ke seluruh penjuru dunia.

Senada dengan yang disampaikan Syafaat, Ketua Aura Lentera, Nurul imam menyampaikan bahwa keterbatasan yang dimiliki bukan hambatan berkarya dalam literasi, penyandang tuna netra yang juga dramer kelompok musik Al Mumtaz ini menyampaikan bahwa tidak ada bedanya diantara kita. “banyak orang yang normal secara raga namun cacat dalam tindakan dan perbuatan” ungkapnya. Wawancara dengan Host Mbak Puji Winarsih yang juga masuk kedalam anggota Aura lentera ini berjalan dengan gayeng. Dalam kesempatan juga dihadiri oleh Penerbit Lintang, juga dibagikan beberapa buku yang sudah diterbitkan melalui penerbit Lintang.

Kegiatan dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun kemerdekaan Republik Indonesia ke 76 ini juga dimeriahkan dengan penampilan pembacaan puisi oleh anggota lentera Sastra, baik dari unsur guru maupun siswa. Kepala MI Miftahul Huda Kecamatan Gambiran Uswatun Hasanah tampil pertama disusul dengan Mbak Vieva yang membacakan puisi dari buku yang sudah diterbitkannya berjudul Asmara Mantra. Begitu juga dengan penampilan pembacaan puisis dari siswa Madrasah aliyah negeri (MAN) 1 Banyuwangi.

Selain penampilan teater dan pembacaan Puisi, Istiqlal Syukri Ahmad (siswa kelas 4 MI Islamiyah Rogojampi) Rertutur (mendongeng) cerita rakyat dengan judul Barong Jakripah, sebuah cerit rakyat yang diambil dari karya Aekanu Hariyono dengan judul buku Kemiren. Penampilan siswa asuhan Nikmatur Rosidah yang dibimbing oleh seniman Banyuwangi Mas Prams ini menceritakan tentang asal mula seni barong yang ada di Desa Kemirenn Kabupaten Banyuwangi. Pengarang buku Kemiren yang juga hadir dalam acara tersebut sangat puas dengan penampilan yang dilakukan. “penyampaian dalam bertutur dari Ahmad ini sangat istimewa, dengan mengingat usianya yang masih sangat muda” ungkapnya.

Apresiasi juga dilakukan untuk para penulis dilingkungan kementerian Agama. Nurul Ludfia Rochmah, Guru bahasa Indonesia pada MAN 1 Banyuwangi yang juga sekretaris Lentera Sastra diberikan kesempatan untuk menyampaikan kiat kiat diterbitkannya berbagai buku, baik oleh siswa maupun ASN dilingkungan kementerian Agama, terlebih akhir akhir ini media cetak terbesar di Kabupaten Banyuwangi, pada lembar opini sangat sering diisi oleh siswa mauopoun guru maupun ASN dilingkungan Kementerian Agama. Guru yang banyak menerbitkan buku ini menyampaikan bahwa semangat literasi dilingkungan kementerian Agama bergeliat tidak lepas dari dorongan pimpinan yang ada di kementerian Agama, terlebih di ruang Kepala Kantor kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi telah disediakan etalase khusus untuk karya guru dan siswa. “sebagai guru kita tidak hanya dituntut dapat menyampaikan materi, namun juga memberikan bukti konkrit dalam bentuk karya tulis” ungkapnya.(syafaat)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Registrasi PTK Baru di Simpatika

Syarat Registrasi PTK Baru Persyaratan untuk melakukan registrasi PTK baru adalah sebagai berikut. 1. Belum memiliki PegID ataupun NUPTK 2.     Menjadi PTK di Madrasah/Sekolah yang dibuktikan dengan SK Pengangkatan  3.     Mengisi Formulir A05 Formulir tersebut diisi kemudian serahkan kepada Admin Madrasah atau Kepala Madrasah, dengan dilampiri: Pas photo berwana ukuran 4 x 6 sebanyak 1 lembar (Plus siapkan File Foto ukuran Maksimal 100 kb) 2.     Copy Kartu Keluarga 3.     Copy Ijazah SD (Terendah) 4.     Copy Ijazah Pendidikan Tertinggi 5.     Copy SK Pengangkatan sebagai PTK di madrasah tersebut Formulir A05  beserta lampirannya tersebut diserahkan kepada  Admin Madrasah  atau Kepala Madrasah untuk dimasukkan ke dalam sistem melalui "Registrasi PTK" di menu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Simpatika. Langkah bagi Operator atau K...

Kabar dari Armuzna

Kabar dari Armuzna Oleh: Petugas PPIH 2024 Sudah beberapa kali saya membaca kabar dari Armuzna—Arafah, Muzdalifah, dan Mina—dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Setiap kali membaca, dada saya bergemuruh. Seperti aroma mesiu yang menggantung di udara, meletup-letup dalam kata, siap meledak dalam telunjuk jari. Tetapi saya tahan. Karena saya tahu, ini bukan hanya tentang pelayanan. Ini bukan sekadar soal logistik. Ini tentang kesabaran. Tentang mereka yang menggadaikan sebagian usia dan harta demi sebuah kata yang belum tentu bisa dibawa pulang: mabrur. Banyak yang pesimis pelaksanaan haji berjalan lancar seperti tahun 2024, pemerintah kerajaan Saudi Arabia memangkas petugas haji Indonesia, mereka yakin dengan sistem baru tidak perlu petugas terlalu banyak dari Indonesia. Awalnya kita percaya sampai pada akhirnya serumit ini kenyataannya.  Saya tahu, tidak mudah mengatur dua ratus ribu lebih jamaah Indonesia yang menyemut di tiga titik genting itu: Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Ba...

Santri Pekok

  Santri Pekok Oleh : Syafaat   Dalam Kamus Besar Bahasa Indoneai (KBBI) “pekok” artinya bodoh, bisa juga diartikan gokil, aneh atau nyleneh, bisa juga istiahnya gila/sesuatu yang tidak wajar tapi masih dalam batas garis, susah diberitahu,   berbeda dengan bodoh yang memang belum tahu. Sedangkan kata “santri” menurut wikipedia adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa istilah santri berasal dari bahasa Sangsekerta, “Shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan,. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata “cantrik” yang berarti para pembantu begawan atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekwensinya pengasuh pondok pesantren memberikan ilmu pengetahuan ...