Langsung ke konten utama

Nenek Moyangku Seorang Pelaut

 

Nenek Moyangku Seorang Pelaut

Oleh : Imtiyaza Syifa Ramadhani Risdayanti

 

Nenek moyangku seorang pelaut, gemar mengarungi luas samudera, menerjang ombak tiada takut, menempuh badai sudah biasa, begitulah kira-kira petikan lagu anak anak yang sering kita dengarkan. Penggambaran bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa pelaut, hal ini tidaklah berlebihan dengan mengingat luas wilayah Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah laut. Bukti lain bahwa Bangsa Indonesia merupakan bangsa pelaut dapat kita lihat pada relief Candi Borobudur, Candi Budha yang dibangun pada abad ke 8 masa Kerajaan Syailendra.

Bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala dikenal dengan armada lautnya yang begitu besar hingga berlayar mengarungi Samudra Hindia sampai ke Madagaskar. Begitupun dengan wilayah kekuasaan dari kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara, bukan hanya wilayah Indonesia kini saja yang menjadi wilayahnya, namun wilayah di beberapa sekitar yang kini telah manjadi Negara tersendiri. Hal ini membutikan bahwa Bangsa Indonesia merupakan keturunan bangsa besar yang sangat diperhitungkan oleh bangsa lain. Sehingga selama beberapa abad lamanya, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan peradaban di wilayah Nusantara memiliki kekuatan ekonomi dan politik dengan berbasis pada sumber daya kelautan

Kepiawaian nenek moyang Indonesia dalam menjelajahi Samudera bahkan diacungi jempol oleh negara-negara barat. Kompas dan peta berbahasa Jawa menjadi saksi bisu perjalanan nenek moyang kita dalam mengarungi lautan, mungkin karena minimnya penelitian dan publikasi, pelaut pelaut tanggung bangsa Indonesia zaman dulu tidak begitu dikenal dalam sejarah modern. Kita hanya mengenal pelaut-pelaut eropa dalam mengemban misinya saja yang dipelajari di sekolah, sedangkan pelaut Indonesia dan Asia yang tidakj kalah piawainya dalam mengarungi samudra tidak begitu di kenal. Ternyata identitas pelaut tangguh Bangsa Indonesia itu kini mulai bergeser seiring dengan kemampuan laut dari negara lain yang didukung dengan peralatan modern. Bekerja di sector kelautan tidak lagi menarik untuk dinikmati oleh generasi masa kini, meskipun laut sangat menjanjikan untuk perkembangan ekonomi bagi sebuah Negara, dengan mengingat nutrisi yang ada di lautan sangat dibutuhkan oleh manusia.

Sepertiga lebih wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesua yang terdiri dari lautan, mengharuskan Bangsa Indonesia menjaga wilayah kedaulatanya sendiri. Banyaknya nutrisi yang terkandung didalam lautan Indonesia dilirik banyak bangsa untuk ikut menikmatinya, baik dengan jalan legal maupun jalan illegal. Hal inilah yang menuntut Bangsa Indonesia mempunyai armada laut yang kuat untuk menjaga kedaulatan negeri, menjaga penjarahan hasil laut dari negera asing dengan cara melawan hukum.


Kemampuan armada laut dalam menjaga kedaulatan Negara tersebut harus dibarengi dengan kemauan dan kemampuan bangsa Indonesia untuk mengelola sumber daya alam yang melimpah yang dimilikinya. Karena sebuah hal yang aneh jika Negara dengan garis pantai terpanjang di dunia ini harus mengimpor garam dari luar negeri. Untuk mencukupi kebutuhan akan bahan baku ikan, juga harus mengimpor ikan dari luar negeri yang mungkin saja ikan-ikan tersebut didapatkan dari perairan Indonesia dengan cara melawan hukum, meskipun dengan dalih para nelayan lur negeri tersebut mengejar ikan dari negaranya yang berenang di lautan Indonesia (aneh dan lucu).

Kemauan pemuda untuk belajar dan bekerja di sektor perikanan dan kelautan harus di tumbuh kembangkan sejak dini, bukan hanya dengan melantunkan lagu-lagu kanak-kanak tentang kegagahan nenek moyang kita sebagai pelaut, namun menumbuh kembangkan keinginan untuk belajar pada sektor kelauatan, menjadikan Armada Laut Indonesia kembali Berjaya sebagaimana nenek moyang kita, atau setidak tidaknya Bangsa Indonesia dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri yang berasal dari kekayaan laut yang kita miliki.

Armada laut sangat dibutuhkan untuk menjaga perairan laut yang ada di Indonesia, terlebih dengan peralatan modern yang dimiliki bangsa lain yang memungkinkan mereka untuk mencuri ikan di perairan Indonesia dengan cara modern dan cepat. Kemampuan armada laut ini bukan sekedar kemampuan personal saja, namun juga harus dibarengi dengan kemampuan peralatan modern yang sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini merupakan sebuah keniscayaan dengan mengingat wilayah yang menjadi tanggung jawabnya sangatlah luas.

Kemampuan peralatan dibidang kelautan bukan hanya harus dimiliki oleh alat negara saja, namun juga peralatan penangkapan ikan juga harus dimiliki oleh masyarakat Indonesia, hal ini dengan mengingat banyaknya sumber daya manusia dibidang pelayaran saat ini banyak yang bekerja pada kapal-kapal negara asing yang memiliki kapal penangkap ikan modern yang memungkinkan mereka untuk berlayar dengan menangkap ikan dalam waktu yang relative lama.

Akhir kata dengan tenggelamnya Nanggala 402 untuk melaksanakan tugas abadi menjaga laut Indonesia, menjadi pemantik bagi kita untuk lebih mencintai laut, membangkitkan semangat Bangsa Indonesia untuk lebih maju dan modern dibidang kemaritiman, sehingga bangsa Indonesia benar-benar berdaulat atas laut yang dimilikinya, dapat mencukupi kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan yang berasal dari laut.

*Penulis adalah Mahasiswa FKIP Unej Jember.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kabar dari Armuzna

Kabar dari Armuzna Oleh: Petugas PPIH 2024 Sudah beberapa kali saya membaca kabar dari Armuzna—Arafah, Muzdalifah, dan Mina—dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Setiap kali membaca, dada saya bergemuruh. Seperti aroma mesiu yang menggantung di udara, meletup-letup dalam kata, siap meledak dalam telunjuk jari. Tetapi saya tahan. Karena saya tahu, ini bukan hanya tentang pelayanan. Ini bukan sekadar soal logistik. Ini tentang kesabaran. Tentang mereka yang menggadaikan sebagian usia dan harta demi sebuah kata yang belum tentu bisa dibawa pulang: mabrur. Banyak yang pesimis pelaksanaan haji berjalan lancar seperti tahun 2024, pemerintah kerajaan Saudi Arabia memangkas petugas haji Indonesia, mereka yakin dengan sistem baru tidak perlu petugas terlalu banyak dari Indonesia. Awalnya kita percaya sampai pada akhirnya serumit ini kenyataannya.  Saya tahu, tidak mudah mengatur dua ratus ribu lebih jamaah Indonesia yang menyemut di tiga titik genting itu: Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Ba...

Cara Registrasi PTK Baru di Simpatika

Syarat Registrasi PTK Baru Persyaratan untuk melakukan registrasi PTK baru adalah sebagai berikut. 1. Belum memiliki PegID ataupun NUPTK 2.     Menjadi PTK di Madrasah/Sekolah yang dibuktikan dengan SK Pengangkatan  3.     Mengisi Formulir A05 Formulir tersebut diisi kemudian serahkan kepada Admin Madrasah atau Kepala Madrasah, dengan dilampiri: Pas photo berwana ukuran 4 x 6 sebanyak 1 lembar (Plus siapkan File Foto ukuran Maksimal 100 kb) 2.     Copy Kartu Keluarga 3.     Copy Ijazah SD (Terendah) 4.     Copy Ijazah Pendidikan Tertinggi 5.     Copy SK Pengangkatan sebagai PTK di madrasah tersebut Formulir A05  beserta lampirannya tersebut diserahkan kepada  Admin Madrasah  atau Kepala Madrasah untuk dimasukkan ke dalam sistem melalui "Registrasi PTK" di menu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Simpatika. Langkah bagi Operator atau K...

Santri Pekok

  Santri Pekok Oleh : Syafaat   Dalam Kamus Besar Bahasa Indoneai (KBBI) “pekok” artinya bodoh, bisa juga diartikan gokil, aneh atau nyleneh, bisa juga istiahnya gila/sesuatu yang tidak wajar tapi masih dalam batas garis, susah diberitahu,   berbeda dengan bodoh yang memang belum tahu. Sedangkan kata “santri” menurut wikipedia adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa istilah santri berasal dari bahasa Sangsekerta, “Shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan,. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata “cantrik” yang berarti para pembantu begawan atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekwensinya pengasuh pondok pesantren memberikan ilmu pengetahuan ...