“Wulandari”
(Segmen Angin)
Oleh : Syafaat
Suatu pagi,
Ketika mendung sedang tidak terjadi,
Di halaman rumahmu,
Ada yang diam-diam selalu kau perhatikan,
Kuntum mawar,
Ya, mawar yang merona parasnya,
Karena gembira,
Tengah mengadukan biak kelopaknya,
Kepada pinangan angin,
Ia sedang menghitung kepak mahkotanya sendiri,
Sebelum tanggal oleh angin pula,
Agaknya,
Ada yang sedang menyeruak karena sesak tak lagi sanggup menampungnya,
Dari cekungan di atas bola matamu yang serupa lingkar mimpi semalam,
Kenapa pagi tidak selalu begini?,
Lalu,
Sekeping rindu yang selalu bermukim dalam kegelisahanmu,
Tiba-tiba terbang,
Menjadi kuncup angin,
Ahh,
Kartu namamu terjatuh dari kancing bajumu yang terlepas,
“Wulandari”,
Begitulah tulisan di dalamnya,
Dan,
Angin membiarkannya begitu saja,-
(K G P H : 30 Januari 2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar