
Sebuah pernbuatan yang kita lakukan pasti mengandung resiko yang harus
kita tanggung, meskipun yang kita lakukan merupakan salah satu percobaan dari
hasil penelitian seseorang yang sedang kami uji kebenarannya. Namun tidak semua
orang dapat menerima ketika dirinya dijadikan objek dari percobaan tersebut
tanpa izin, terlebih dilakukan di media sosial. Namun seseorang yang ingin
membuktikan sebuah teori harus berani mengambil sebuah resiko, yang kadang
bukan hanya di caci maupun dibenti, namun juga tidak sedikit yang harus
menikmati ujung kehidupan.
Wajah adalah bagian tubuh yang paling mudah dikenali, kita mungkin
sulit mengenali seseorang jika kita tidak melihat wajahnya, namun jika kita
melihat wajahnya, meski kita tidak melihat seluruh tubuhnya, kita dengan mudah
dapat mengenalinya, karenanya disetiap Kartu Identitas selalu menampilkan Pas
Foto wajah pemiliknya, bahkan orang yang biasa bercadarpun akan melepas
cadarnya ketika dia sedang melaksanakan Sholat dan Ibadah Haji ataupun Umroh,
dan bibir merupakan bagian dari wajah dimana kita akan lebih mudah untuk
mengenalinya dibandingkan bagian wajah lainnya, dan bukan karena dari bibir
tersebut akan keluar suara dimana akan menyebutkan siapa dirinya, atau kita
dapat mengenal suara tersebut meski tidak menyebutkan namanya, namun karena
bibir akan lebih mudah dikenali daripada
bagian wajah lainnya. Saya tidak tahu apa ada hubungannya dengan teori bahwa
bibir dan beberapa centi diatasnya adalah inti dari wajah, sebagaimana terori
yang pernah saya terapkan dengan menjadikan beberapa bibir dalam status saya
dan ternyata hasilnya “menakjubkan”.
Ada ungkapan bahwa mulutmu harimaumu, dimana dalang ungkaan tersebut
bermakna bahwa apa yang keluar dari selembar bibir dapat menyakiti orang lain,
bahkan dapat menimbulkan perang.juga bisa mencelakakan diri sendiri. Ungkapan ini
juga mempunyai makna bahwa setiap kata mempunyai kekuatan yang sangat besar
efeknya, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain, baik dampak positif
maupun dampak negatif. Kata atau kalimat yang sama akan dirasakan berbeda
ketika keluar dari bibir yang berbeda, hal ini bukan sekedar tekanan kata yang
berbeda, namun adanya aura yang berbeda dari tiap tiap orang yang akan kita
rasakan ketika kita mendengan perkataannya.
Perkambangan tehnologi telah
mengembangkan peribahasa tersebut dimana bukan hanya mulutmu harimaumu, tetapi
juga jari jarimu harimaumu, hal ini dikarenakan jari jari yang dengan lincah
senam diatas keyboard mengukir kata untuk disampaikan ke media sosial juga
dapat memberikan dampak yang luar biasa, dimana kata kata tersebut dapat
memberikan inspirasi dan semangat, namun juga dapat menimbulkan ujaran
kebencian dimana undang undang memungkinkan untuk memenjarakan ujaran kebencian
tersebut. Karenanya harimau yang ada pada selembar bibir dan jari jari harus
dijaga agar memberikan banyak manfaat dan menghindarkan diri dari malapetaka.
Puasa bukan hanya mencegah selembar bibir untuk menikmati makanan dari
subuh hingga maghrib, meskipun dampak dari tidak adanya asupan makanan tersebut
dapat menimbulkan bau yang tidak sedap. Yang kadang juga mengakibatkan berkurangnya
rasa percaya diri ketika berkomunikasi. Karenanya dalam berpuasa disunnahkan
banyak membaca Al Qur’an, hal ini bukan hanya mencegah diri agar tidak berkata
kotor, namun juga dapat mengurangi bau mulut yang tidak sedap. Puasa seharusnya
juga mencegah selembat bibir untuk tidak berkata kotor dan menyakiti perasaan
orang lain agar puasa yang dilaksanakan tidak terkesan hampa yang hanya
mendapatkan lapar dan dahaga saja. Tetapi jjuga memberikan manfaat yang lebih
untuk peningatan kwalitas diri dan keimanan seseorang.
Mengutip tulisan H. Subhan Nur, Kasi Metode dan Pengembangan Dakwah
Bimas Islam, bahwa Salah satu manfaat kesehatan bagi orang yang gemar membaca
Al-Qur’an adalah mengurangi kadar CO2 (karbon
dioksida) pada otak. Otak manusia memerlukan suplai oksigen yang berlimpah agar
sel-sel otak dapat bekerja secara normal. Jika suplai oksigen berkurang maka CO2 akan cepat mengisi kekosongan sehingga mengakibatkan
penurunan daya berpikirdankonsentrasi sertamelemahkan ingatan. Untuk
menormalkan kembali fungsi otak, makakadar CO2 harus
dikurangi dan suplai oksigen ditambah. Salah satu ikhtiarnya adalah tilawah Al
Qur’an minimal 100 ayat perhari/30 menit setiap hari. Menurut dr. Arman
Yurisaldi, seorang dokter spesialis syaraf dari Rumah Sakit Satyanegara bahwa
terdapat sinkronisasi antara pelafalan huruf dengan ilmu kesehatan tubuh dan
membaca Al Qur’an yang sesuai dengan tuntunan ilmu tajwid dan makhrajnya
berdampak positif terhadap kesehatan tubuh dan proses penyembuhan penyakit.
oleh : Syafaat

oleh : Syafaat

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jaga kesopanan dalam komentar