Selamat Datang di Warta Blambangan

Pages

Home » » Menumbuhkan Etos dan Etika: Refleksi Ilmiah atas Pelatihan Keluarga Sakinah di Banyuwangi

Menumbuhkan Etos dan Etika: Refleksi Ilmiah atas Pelatihan Keluarga Sakinah di Banyuwangi

Banyuwangi – (Warta Blambangan) Dalam lanskap pengabdian yang senantiasa bergerak antara tanggung jawab struktural dan panggilan spiritual, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi menyelenggarakan sebuah inisiatif yang tidak hanya bersifat teknokratik, tetapi juga menyentuh ranah etik dan kultural. Pelatihan Di Wilayah Kerja (PDWK) bertajuk Keluarga Sakinah ini digelar dengan pendekatan blended learning, suatu model pembelajaran hibrida yang menggabungkan medium digital dan tatap muka.

Tahap daring berlangsung pada 14–18 Mei 2025 di ruang virtual yang disiarkan dari Aula Bawah, sedangkan sesi luring dilangsungkan pada 22–24 Mei 2025. Sebanyak 35 penyuluh agama Islam dari unsur Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) mengikuti kegiatan ini dengan semangat yang mencerminkan kesungguhan menghayati amanah sebagai penyambung nilai dan cahaya dalam masyarakat. 

Pelatihan ini tidak sekadar forum peningkatan kapasitas teknis, melainkan sebuah forum pembentukan karakter dan pemurnian orientasi kerja. Tujuan utamanya adalah untuk meneguhkan integritas dan memperkuat fondasi nilai bagi sumber daya manusia Kementerian Agama yang menjadi garda terdepan dalam program pembangunan keluarga sakinah—sebuah entitas sosial yang oleh banyak kalangan dianggap sebagai simpul ketahanan bangsa.

Salah satu momen penting dalam pelatihan ini adalah penyampaian materi oleh Kepala Kantor Kemenag Banyuwangi, Dr. Chaironi Hidayah. Dengan tema Nilai-Nilai Dasar Sumber Daya Manusia Kementerian Agama, beliau tidak hanya mentransfer gagasan, tetapi juga membangkitkan kesadaran akan makna kehadiran seorang aparatur negara di tengah masyarakat.

Dalam pandangan Dr. Chaironi, aparatur Kementerian Agama bukan semata entitas birokratik, melainkan pribadi strategis yang menentukan arah dan wibawa pelayanan publik. Maka nilai-nilai dasar SDM Kemenag bukanlah dokumen mati atau jargon kosong, tetapi etika hidup yang menjadi kompas dalam mengarungi kompleksitas kerja pelayanan.


Enam nilai yang dijabarkan—integritas, profesionalisme, tanggung jawab, keadilan, transparansi, dan kepedulian—diposisikan sebagai unsur organik dari budaya kerja. Integritas, misalnya, bukan hanya kejujuran administratif, tetapi keberanian moral dalam menolak manipulasi. Profesionalisme tidak berhenti pada kecakapan teknis, tetapi menuntut keluhuran niat dan ketekunan inovatif. Tanggung jawab melampaui batas prosedural, menjadi kesanggupan menanggung risiko atas nama kebenaran. Keadilan tidak sekadar distribusi yang merata, tetapi pemuliaan terhadap keragaman. Transparansi adalah bentuk kematangan institusional, dan kepedulian, pada dasarnya, adalah wujud kasih sayang yang terstruktur.

“Nilai-nilai ini harus menjadi roh dalam setiap tindak kerja. Bila diterapkan dengan konsisten dan ikhlas, maka akan tercipta pelayanan yang membangun kepercayaan, dan birokrasi yang menyejukkan,” tutur Dr. Chaironi, dalam nada yang lebih menyerupai seruan batin ketimbang sekadar pengantar pelatihan.

Pernyataan tersebut mencerminkan harapan akan transformasi: dari sekadar pelaksana tugas menjadi pelayan nilai. Dari rutinitas prosedural menuju praksis yang berjiwa.

Pelatihan ini mendapatkan apresiasi tinggi dari peserta, yang merasa terhubung secara intelektual dan emosional dengan materi yang disampaikan. Tidak sedikit yang menyebut kegiatan ini sebagai proses refleksi kolektif, di mana para penyuluh agama merumuskan kembali jati diri profesinya dalam konteks kehidupan masyarakat yang terus berubah.

Sebagaimana yang dirumuskan dalam berbagai kajian sosial dan teologi, keluarga sakinah bukanlah unit biologis semata, tetapi medan tafsir atas kehendak ilahi tentang kedamaian, keadilan, dan keberlanjutan. Maka para penyuluh agama, sebagai pemantik nilai di akar rumput, harus lebih dahulu hidup dalam ruang nilai yang mereka sebarkan.

Dengan ditutupnya pelatihan ini, bukan berarti proses pembelajaran selesai. Justru sebaliknya, kini para peserta memanggul tanggung jawab baru: menerjemahkan nilai-nilai dasar Kementerian Agama ke dalam praktik kerja yang jernih, adil, dan berempati. Karena pada akhirnya, ketahanan bangsa tidak dibangun oleh kekuasaan atau proyek-proyek besar, melainkan oleh keluarga-keluarga yang sakinah, dan oleh aparatur yang jujur serta penuh kasih.

Dan Banyuwangi, dalam harmoni embus angin Laut Selatan dan gema doa para penyuluhnya, menjadi saksi bahwa nilai tidak hanya bisa diajarkan, tetapi bisa pula ditanamkan dan dihidupi.

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

 
Support : Copyright © 2020. Warta Blambangan - Semua Hak Dilindungi
Modifiksi Template Warta Blambangan
Proudly powered by Syafaat Masuk Blog