Langsung ke konten utama

Kepala SMPN menjadi Pembimbing Ibadah Haji Kloter

 Kepala SMPN menjadi Pembimbing Ibadah Haji Kloter

Saya mengenalnya tahun lalu di Makkah, Saat saya menjadi ketua kloter SUB-58. Namanya Zainur Rofik. Masih muda. Jauh lebih muda daripada saya. Tapi perannya penting. Dia ketua rombongan. Satu dari beberapa ketua rombongan yang saya koordinasi.

Yang paling saya ingat: dia berangkat bersama istrinya. Dan sang istri—yang kalem, murah senyum, dan sabar itu—selalu memanggilnya dengan sebutan yang membuat saya tertegun pertama kali mendengarnya: Sayyang.


Itu bukan panggilan umum di kloter kami. Bukan pula bahasa Arab. Saya baru tahu kemudian, itu bahasa Bugis. Artinya: sayang. Atau kekasih. Atau mungkin lebih tepat: belahan hati yang dikuduskan oleh waktu dan pengorbanan.

Saya sering mencatat panggilan-panggilan unik antara suami dan istri dalam kloter. Ada yang memanggil "Pakne", "Ibuk", ada pula "Mas", "Dik", atau yang paling sering: “Woi!” Tapi Sayyang adalah panggilan yang membuat saya diam sejenak. Dalam hati saya berkata, “Ah, masih ada cinta seperti ini di dunia yang bising oleh perceraian dan status galau.”

Zainur Rofik bukan hanya suami romantis. Ia juga seorang pengusaha. Awalnya saya hanya tahu itu. Seorang pebisnis muda. Tegap, rapi, komunikatif. Tapi setelah musim haji usai, ia ikut pelatihan pembimbing ibadah. Dan lolos. Saya ucapkan selamat padanya via WhatsApp. Dia balas dengan stiker tangan yang menengadah. Dan emoji mata berkaca-kaca.

Belakangan saya baru tahu: dia ternyata PNS. Bahkan kepala sekolah. Di sebuah SMP negeri di Banyuwangi. Itu mengejutkan saya. Bukan karena ia muda dan sudah kepala sekolah. Tapi karena baru kali ini ada petugas haji dari Banyuwangi yang berasal dari instansi pemerintah daerah—bukan dari Kementerian Agama, bukan pula dosen PTAI, apalagi ustaz dari pesantren. Zainur memecahkan pola. Dan ia melakukannya dengan tenang.

Saya tahu jalur seleksi petugas haji sekarang ketat. Tidak cukup hanya punya gelar agama. Harus ikut pelatihan. Harus lulus ujian. Harus bersedia berlelah-lelah. Dan—yang paling penting—harus tahan mental menghadapi 376 orang jamaah yang bisa menanyakan arah kiblat lima kali sehari, mengantar ke miqot jamaah yang umroh, berkomunikasi dengan masyarakat setempat dengan Bahasa Arab dan lain-lain.

Zainur membuktikan satu hal: manasik itu bisa dipelajari. Bukan warisan tunggal milik fakultas syariah atau alumni pesantren. Saya sendiri dari fakultas hukum. Dan saya bisa. Zainur dari fakultas pendidikan bahasa Inggris. Dan dia juga bisa. Karena manasik itu bukan tentang gelar. Tapi tentang belajar. Tentang panggilan.

Kadang saya merasa haji itu misterius. Ada orang yang niatnya setengah hati, tahu-tahu bisa berangkat. Ada pula yang menabung seumur hidup, tapi tak sempat berangkat karena dipanggil Allah lebih dulu. Begitu pula dengan petugas. Ada yang mengejar posisi itu bertahun-tahun dan tidak pernah lolos. Ada pula yang baru coba sekali langsung diterima. Panggilan itu misteri. Seperti cinta. Seperti takdir.

Zainur Rofik mengingatkan saya bahwa panggilan itu bisa datang pada siapa saja. Pada kepala sekolah. Pada pengusaha. Pada guru bahasa Inggris. Asalkan punya kesungguhan.

Saya tidak tahu apakah nanti dia akan kembali menjadi petugas lagi. Atau akan kembali penuh pada sekolah dan bisnisnya. Tapi saya yakin, dalam setiap rapat kloter, akan selalu ada satu orang istri yang memanggil suaminya dengan kata paling lembut yang pernah saya dengar di Makkah: Sayyang.

Komentar

  1. sangat menginspirasi

    BalasHapus
  2. Luar biasa H. Zainur Rofiq salah satu alumni PP salafiyah syafi'iyah sukorejo yg sangat menginspirasi kami sesama alumni khususnya dan sesama anak muda pada umumnya, beliau guru bahasa Inggris, kepala sekolah negeri dan pembisnis muda

    BalasHapus

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Registrasi PTK Baru di Simpatika

Syarat Registrasi PTK Baru Persyaratan untuk melakukan registrasi PTK baru adalah sebagai berikut. 1. Belum memiliki PegID ataupun NUPTK 2.     Menjadi PTK di Madrasah/Sekolah yang dibuktikan dengan SK Pengangkatan  3.     Mengisi Formulir A05 Formulir tersebut diisi kemudian serahkan kepada Admin Madrasah atau Kepala Madrasah, dengan dilampiri: Pas photo berwana ukuran 4 x 6 sebanyak 1 lembar (Plus siapkan File Foto ukuran Maksimal 100 kb) 2.     Copy Kartu Keluarga 3.     Copy Ijazah SD (Terendah) 4.     Copy Ijazah Pendidikan Tertinggi 5.     Copy SK Pengangkatan sebagai PTK di madrasah tersebut Formulir A05  beserta lampirannya tersebut diserahkan kepada  Admin Madrasah  atau Kepala Madrasah untuk dimasukkan ke dalam sistem melalui "Registrasi PTK" di menu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Simpatika. Langkah bagi Operator atau K...

Kabar dari Armuzna

Kabar dari Armuzna Oleh: Petugas PPIH 2024 Sudah beberapa kali saya membaca kabar dari Armuzna—Arafah, Muzdalifah, dan Mina—dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Setiap kali membaca, dada saya bergemuruh. Seperti aroma mesiu yang menggantung di udara, meletup-letup dalam kata, siap meledak dalam telunjuk jari. Tetapi saya tahan. Karena saya tahu, ini bukan hanya tentang pelayanan. Ini bukan sekadar soal logistik. Ini tentang kesabaran. Tentang mereka yang menggadaikan sebagian usia dan harta demi sebuah kata yang belum tentu bisa dibawa pulang: mabrur. Banyak yang pesimis pelaksanaan haji berjalan lancar seperti tahun 2024, pemerintah kerajaan Saudi Arabia memangkas petugas haji Indonesia, mereka yakin dengan sistem baru tidak perlu petugas terlalu banyak dari Indonesia. Awalnya kita percaya sampai pada akhirnya serumit ini kenyataannya.  Saya tahu, tidak mudah mengatur dua ratus ribu lebih jamaah Indonesia yang menyemut di tiga titik genting itu: Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Ba...

Santri Pekok

  Santri Pekok Oleh : Syafaat   Dalam Kamus Besar Bahasa Indoneai (KBBI) “pekok” artinya bodoh, bisa juga diartikan gokil, aneh atau nyleneh, bisa juga istiahnya gila/sesuatu yang tidak wajar tapi masih dalam batas garis, susah diberitahu,   berbeda dengan bodoh yang memang belum tahu. Sedangkan kata “santri” menurut wikipedia adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa istilah santri berasal dari bahasa Sangsekerta, “Shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan,. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata “cantrik” yang berarti para pembantu begawan atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekwensinya pengasuh pondok pesantren memberikan ilmu pengetahuan ...