Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2021

SETIA

 *SETIA* Oleh : Nur Khofifa Mau kemana kau setia Berarak tawa dalam tangis tak berdaya Lelaki iseng  diamuk kata  Ada Wulandari yang mengigau dalam gigilnya Jopuro mengedip sebinal alunan tari sidatnya Mau bilang apa kau setia Mencumbu rayu pagi meminjam cerlang cerah matahari Matahari kan berkata padamu "Tunggulah cintamu di langit biru"  Ada sampur merah membelit leher jenjangnya Ada ranum bibir mengecup lembar Mega Kasih Wulandari dan Kerling Jopuro yang terus mengendap Di hati Masuk  Rengkuhlah... Jangan hanya mengais kata isukiling@Viefa Mngr, 250721

AKU MASIH bermimpi

 Giono AKU MASIH bermimpi  Pagi buta kau tlah datang di  huma kecilku  Entah apa yg ingin kau ceritakan padaku  Kau bawa sekeranjang kecil buah apel kesukaanku Dengan mata nanar kau bilang ai lop yu  Bibir merahmu selalu saja mengingatkanku  Saat pertama ku kecup pelan dlm pelukanku  Maauklah ..silahkan masuk  kataku  Kau masih seperti latipa yg dulu ..

Embun Sepi

 Fatah Yasin Nor *Embun Sepi* Tak ada puisi pagi ini. Sebab dingin menusuk tulang bahasa. Menghisap tuntas sumsum kata. Di atas bara arang dan sujen Kau kipasi seperti cinta. Unggun sajak tak kuasa menahan angin Meski telah kupanggil perempuanku. Bersetubuh, beralas rumput angan. Semuanya basah oleh embun sepi.  Kekasih jauh di pulau. Dalam arti yang sebenarnya. Wahai cintaku kenapa kau pergi? Langit bersedih rindu kasihmu Memeluk malam dalam kamar Lampu temaram dan selimut kumal Melirik percakapan grup yang sepi 23072021

Dosa

 Fatah Yasin Noor *Dosa* Selamat Idul Adha, kawan. Mari kita sembelih Apa saja yang bisa disembelih Siapkan boding walau Tak punya kambing Siapkan arang kalau Ingin membakar daging Pergi ke langgar untuk Takbiran bersama Jangan cemaskan virus Corona Selamat Idul Qurban, kawan Ingatlah kembali sejarah Yang bisa menuntun takwa Itu nyata bisa menghapus dosa Selasa, 20 Juli 2021

MENYISIR LERENG LERENG TERJAL

 Faiz Abadi MENYISIR LERENG LERENG TERJAL Ijen .. Tinggi menjulang walau tampak jauh Memandangmu seperti hendak bercengkrama Seperti menantang untuk dijamah dengan segenap eksotikmu Api birumu seolah bercerita tentang nirwana Negeri para peri menyambut para patriot negeri Walaupun tak mungkin cuma diam disini Agar mampu menjamah segenap lekuk tubuhmu Lelah pasti lelah Menggenapi seluruh ujung indahmu Tak mengapa lereng-lereng terjal harus terlewati Takkan menyerah  Engkau telah menghipnotisku Lalu silir angin bertiup membiusku Semakin meradang Setelah lereng-lereng terjal Puncak bukitpun kuraih, kujamah Takkan rela melepasnya Hingga kabut berganti rupa Bersama para pemikul-pemikul belerang Selalu setia ceria diantara kesunyian Sesekali auman si kucing hutan menyapa Siapapun menjarah hutanku Aku akan mencabikmu Tinggalkan tempat ini Kembalilah pada jalan terjalmu sendiri

Cascara*

 Syafaat *Cascara* Seperti biasa di rumah Bu Lutfi Ada banyak ragam kopi Kunikmati Cascara kulit kopi Meski kulitnya tapi rasanya beda Seperti BeHa dan Payudara Kunikmati Cascara Tanpa cafein di dalamnya Kutuang perlahan di lembah cinta Bergegas melambai kepada rindu asmara Biarlah dia menikmati nestapa Aku akan sangat bahagia Cascara masih kunikmati Dari bibir sepi Menghujam rasa seperti tiada Membilang jarak luka Pergilah jauh kau kebalik dunia Aku tak tahu ini Robusta atau Arabika Tak seperti membedakan perawan atau janda Jelas beda kopi dan robusta Seperti juga rindu dan cinta Merindumu menambah derita Mencintaimu kunikmati luka Mengimpikanku dalam bingkai malam semesta 22072021

Sambat Dalam Puisi*

 Fatah Yasin Nor *Sambat Dalam Puisi* Malam tampak lesu kekurangan angin. Maut seperti mengintai di balik pintu. Kengerian merambat diam-diam lewat aliran darah. Kegelisahan yang sulit dijelaskan. Perasaan mencekam sampai ke jantung. Seperti bendungan jebol. Gempa bumi dalam tubuhku. Doa istighfar terus dipanjatkan. Tak tahu kenapa aku dilahirkan. Merasakan nggeliyeng yang mencemaskan. Bukan mengingkari nikmat. Karena ajaib kita masih bernapas sampai detik ini. Ajaib ada waktu yang menentukan usia. Kebingungan dan ketidaktahuan. Kenyataan berjalan absurd dalam kegaiban. Mungkin besok mereda dengan sendirinya. Tiba terjaga dari tidur. Getarannya yang sampai ke sini. Kesedihan datang dari luka. Sakit datang dari penyakit. Seseorang sakit di rumah saja. Di pulau mana aku memerih? Kamis 22072021

Elegi gelap wulandari*

 Ismudiarto *#Elegi gelap wulandari* Sepi menggilas naluriku/ Jalan-jalan kian senyap dipermainkan ketakutan/ Gelap telah termaknai disudut mulut² tuanku/ Suara helaan perut adalah keluhan dari si tersingkir yg butuh sesuap nasi/ Ah..... gelap apakah tidak memungkinkan timbulnya pikiran jahat ... untuk memanfaatkan situasi/ Gelap..... apakah ini keinginan *wulandari* agar aku bisa menyusul di peraduannya 23.00 /21.07.2021

lolong dari waktu

 Ismudiarto *#lolong dari waktu* Mata rasanya begitu sulit terpejam/ Sementara raungan bunyi kucing gorang menyayat hati dari kejauhan/ Merintih ... memelas dan kadang terdengar sayup suara tangis si kecil timbul tenggelam dipermainkan sepi/ Ah..... apa yg akan terjadi lagi disela malam menjelang pagi/ Ohhhh.... dentingan di lubang telinga mulai terngiang kembali/ Kau kirimkan kabar apa lagi kepada kami² di jeda waktu menjelang.  02.09

EXCELSA

 Nurul Ludfia Rochmah EXCELSA Excelsa nanar Senyum hambar Serupa lantak emas Bulan lalu berkarung-karung dikemas Dipukul harga beras Dipikul tengkulak bergegas Seharusnya ia berguru dan menegak dagu Dari luka yang dirawat bertahun beribu

Hanya Senyuman

 Fatah Yasin Nor *Hanya Senyuman* Harum kembang kopi di Telemung. Pagi masih menggigil. Mestinya aku lari ke plengsengan. Mendengar sayup alunan ombak. Selat Bali masih menyimpan ikan. Burung putih mendarat di lambung perahu. Rasanya ingin ikut menjerit Ingat temanku yang menghilang. Sudah lama sekali  Kini semakin tua. Tak punya bekal untuk dibawa pulang. Ingin menebar amal tak punya uang. Apa cukup dengan senyuman? Juli 2021

Meninggal dalam Ibadah Haji

  Meninggal   dalam Ibadah Haji Oleh : Syafaat   Tak ada yang lebih berbahagia selain segera berjumpa dengan yang sangat dicintainya, segala upaya dilakukan agar keinginan tersebut dapat terwujut. Namun tidak sedikit yang mengambil jalan pintas yang pada akhirnya tidak dapat terwujud sesuai dengan keinginanya. Begitu juga dengan yang pernah saya alami ketika dipercaya sebagai Ketua Kloter Jamaah Haji Indonesia yang mengawal jamaah haji dengan resiko tinggi (risti), tidak sedikit yang meninggal dunia hingga saya harus menambah garis tersendiri dari buku laporan karena jumlah yang meninggal melebihi jumlah kolom yang disediakan. Saya masih ingat ketika dengan yang disampaikan dokter Idha Prastyawati, dokter kloter yang menanyakan apakah mungkin kita mencegah orang-orang untuk tidak berdoa dan berharap mereka meninggal dalam melaksanakan ibadah haji. Sungguh merupakan sebuah kebahagiaan ketika kita menghadap ilahirobbi ketika sedang beribadah, disholatkan oleh jutaan...

Untuk Dokter Idha

 Untuk Dokter Idha oleh : Syafaat Orang-orang berseragam putih terpapar kehausan// Dalam tenda putih/ Berkumandang nyanyian sunyi/ Dzikir dan shalawat  bersahutan tak henti// Seribu doa melenggang bertebaran// Seribu harap tak bersuara diratap// Nyanyian sepi kugandeng harap // Kita duduk bersama/ Seperti dua sejoli menunggu senja// Kita terpaku/ memandang Jabal Rahmah// Hati kita berderak/ berdetak// Hati kita berdebar/ bergetar// Doa kita telah tumpah diujung pasrah// Bulir sendu menyapu wajahmu// Ada gejolak yang seakan tumpah// Diantara jutaan orang dan keluh kesah// Berpacu dengan terik  Matahari/ seakan malas bergerak// Panasnya mengejar kedalam tenda/ Engkau tetap sabar/ Mengantarkan mereka yang telah rindu rabbi-Nya// Dengan senyum menjemput kematian/ Seperti yang diimpikannya// Kita tetap mendengarkan khutbah/ Sambil kau pasang infus pada jamaah// Aku tetap berdzikir/ Meski harus menggendong ibu tua yang sudah sangat renta// Kita selalu bersama/ Mengantar mereka ...

Engkaulah Jumari*

 Fatah Yasin Noor *Engkaulah Jumari* Tak sekedar kata-kata Tanpa makna Tak sekedar meramaikan suasana Tapi seseorang Sembunyi dalam gelap Di sungai Tigris Di gua gersang Tak pernah lagi turun Selamanya Memilih jalan puisi Sampai akhir hidupnya Sangat mengharukan Sebagai debu kehidupan Tiba-tiba menjulang Dari hujan kata Menyiram hatinya tak usai-usai Membelukar daun kehidupan Menjadi abadi Kunikmati sampai hari ini dan esok Bahwa setitik debu terus melayang Dikeluasan alam raya Bersama doa-doa untuknya. Banyuwangi, Juli 2021

DIAN

 Ismudiarto *DIAN* Malam meskipun tak pernah berbintang... namun kau telah mampu mengkoyak kegalauan hatiku Ahhh.... Dian lirikan mata dan senyum simpulmu bagaikan cubitan kegamangan keraguanku Ahhh..... Dian kau telah sisakan lentera lentera kecil yg tak pernah padam... dalam mencumbu bayangmu Ahhhh.... Dian ternyata terlepas jua bersama pilihan orang tuanya

Di Padang Gersang

 Fatah Yasin Nor *Di Padang Gersang* Aku dengar dari sini Sabda ribuan tahun yang lalu Jejak orang-orang beriman Mengharap ampunan Tuhan Berkumpul di Padang Arafah Untuk hari ini saja Membayangkan padang-padang sepi Tak seperti tahun-tahun kemarin Para muslim seluruh bangsa Menunaikan haji Berdoa di sini saja Pura-pura pernah ke sana Dengan harap-harap cemas Dari insan tak tahu banyak Tentang cerita Ibrahim dan Ismail Diteruskan ke nabi terakhir Rasulullah Muhammad  Salallahu Alahi Wasallam Bersama fajar dan kicau burung Di pohon mangga depan rumahku Senin, 19 Juli 2021

DIAN#2

 *DIAN#2*  Ismudiarto Getar nadi ini masih terasa akan belaian tangan kasihmu Fatamorgana kerinduan itu masih terasa dekat di sekelilingku  Ahhhh.... dian elang kecil itu sebagai bukti ulasan yg telah sempat kita rajut sebagai tanda kasih...  Namun.... elang itu harus berkeliaran kembali tanpa makna yg terucap...  tanpa kepastian... tanpa sapaan akhir Pudambwi 19.07.2021

Ingat Teri

 Fatah Yasin Noor *Ingat Teri* Aku sedih melihat penyair papan bawah bersedih. Juga sedih melihat penyair papan bawah nongkrong di warung kopi. Tak memikirkan puisi.   Penyair papan bawah sendiko dawuh tanpa permisi. Aku sedih membaca tulisan mirip puisi yang tidak mudah dimengerti. Ternyata tulisan dari penyair papan bawah memakai kata-kata basi. Tapi mengharukan sekali. Sama-sama tak sepenuhnya dimengerti. Sedih kenapa orang-orang membaca puisi setengah mati. Seperti orang kencing berlari. Membacai puisiku sendiri yang wangi. Kesedihan menjadi-jadi. Penuh ilusi. Padahal kenyataan penuh api. Hanya sesekali membakar hati. Kamu bertanya bagaimana memahami puisi. Wajah jadi pucat pasi. Tuangkan minyak wangi. Siapa tahu membuat wajahmu berseri.  Tak terasa kamu lama di sini. Tapi hanya sesekali membikinkan kopi. Selebihnya aku bikin sendiri. Menemaniku setelah kamu pergi. Rasanya mustahil untuk kembali. Juga tak percaya lagi puisi memberi solusi. Menghabiskan waktu meng...

Pak Ketua: Uji Kepemimpinan Publik

 Pak Ketua: Uji Kepemimpinan Publik Oleh: Farid Wajdy, Pengawas PAI SMP, SMA dan SMK Gagal Merencanakan berarti Merencanakan untuk Gagal. Wuich, kata-kata yang sangat mengena bagi seorang Ketua. Tantangan menjadi pak ketua di masa pandemi berturut-turut 2 tahun sangat luar biasa. Masa pandemi memberikan multi effect kepada seluruh sektor kehidupan di masyarakat.  Pemenuhan kebutuhan saat ini tidaklah mudah seperti apa yang kita harapkan, namun di masa-masa sulit seperti itu  masih ada orang-orang,  yang terutama di daerah pak ketua berada, sangat antusias untuk tetap ikut melaksanakan ibadah kurban. Dua tahun berturut-turut  penyembelihan di atas 10 ekor sapi, adapun proses penyembelihan hewan kurban sampai kepada pendistribusian nyaris tidak ada kendala. Apapun momen yang terjadi, menjadi catatan yang luar biasa bagi pak ketua untuk melampaui hari-harinya, harus tetap memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya, agar supaya prosesi pelaksanaan penyembelihan...

Silat Lidah

 Fatah Yasin Noor *Silat Lidah* Aku menulis dengan tangan kosong. Angin berpedang sunyi ingin menetak cinta dalam hatiku. Menyisir dari pinggir langsung memotong ke tengah sepi. Kuterapkan jurus malam mencuri jambu merah. Dan lihatlah, dingin membeku di lemari es. Bergoyang saat tanganku melayangkan tinta hitam ke jantung hatimu. Mendengar erangan lembut air dari kran yang kurang rapat ditutup. Silat lidahku telah memakan banyak korban. Tak hanya menumbangkan pendekar syair berdarah jingga. Seperti mendapat firasat engkaulah satu-satunya musuh tangguh yang sering menyamar. Seperti angin ribut meruntuhkan sunyi. Anak bajang dalam matamu kupinjam. Untuk menggiring sepi, menebas sunyi, dalam puisi.  Rabu, 14072021

Tabah

 Fatah Yasin Noor *Tabah* Kepada Yanuar Widodo Kadang kesedihan itu Tak harus terucap Dalam rangkaian kata Ikut belasungkawa Kesedihan itu nyata Kepada saudara tercinta Kena musibah Corona Rasanya mulut tak kuasa bicara Kamu tahu aku Aku pun tahu kamu Kita sahabat karib  Saling percaya saling mengerti Aku ikut merasakan  Kesedihanmu ditinggal istri Mungkin dengan diam  Doa terbaik untukmu Selasa Malam, 13072021

Melawan Dingin

 Melawan Dingin by. Viefa Terperangah Wajah gagah senyum beku pongah Ketergantungan Menengadah menutup rapat tangan  Melawan dingin Menggumpal senyum di sudut bibir Pada patah ruang makin rengat Tanpa bicara sudah tersekat Oh dingin angin membawa ingin Sampaikan kemelut batin  tawapagi@Viefa Mangir, 070721

KALAU BUKAN SEKARANG

 KALAU BUKAN SEKARANG oleh : Faiz Abadi Bangun Bangunlah sekarang Mumpung masih ada waktu Sebelum jasad kita Terbujur disana Sering sebut apa disini Itulah kan tersebut disana Rindukan apa disini Jumpai harapan disana Namun benda milik kita sirna Seiring dengan musnahnya raga kita Masihkah terus kita turuti Hasrat raga sementara Kelak takkan temani lagi Sebut terus menerus Dia Biarlah jadi candu

Lebih nyaman tanpa masker

 Lebih nyaman tanpa masker oleh : Gufron Musthofa Beberapa negara yang mengumumkan telah membolehkan warganya untuk melepas masker dalam aktivitas tertentu di luar gedung. Mereka telah sukses melawan pandemi Covid 19, setelah melaksanakan berbagai program lockdown dan vaksinasi. Hingga  mereka telah berangsur normal kembali. Hal tersebut membuat kita iri dan ingin menikmati udara segar. Negara tersebut adalah Korea Selatan dengan prosentase vaksinasi 70%, Hungaria, Bhutan, Israel, Selandia Baru, Italia, dan Amerika Serikat, bagi warganya yang sudah melewati masa 2 Minggu setelelah vaksinasi dosis kedua. Malaysia telah melaksanakan lockdown total seluruh negeri dalam waktu 14 Hari; dari tanggal 1 Juni sampai 14 Juni 2021. Bahkan diperpanjang samapi 28 Juni. Upaya ini ditempuh untuk menekan perkembangan virus gelombang kedua yang melonjak cukup signifikan.  Pertanggal 27 Juni 2021, Indonesia mencatatkan lonjakan konfirmasi positif sebanyak 21.342, Jawa timur sebanyak 889 Ka...

SETELAH PUNCAK KEPUASAN

 SETELAH PUNCAK KEPUASAN oleh ; Faiz Abadi Sengaja lewati segala.kenikmatan Bahkan nyaris terbius pesona Tanpa terasa hari sudah senja Sebagian rambut penuh uban Badan pun membungkuk Seperti terikat plasenta kembali Orang tua memendam ari-ari di teras rumah Mimpi-mimpi menggiring tampak tiap-tiap purnama Ternyata benar Semua punya mata hati Hanya.saja Pil-pil haram Minuman memabukkan Sering membutakannya Beruntung segala insan di muka bumi Pada segenap petualangan kenikmatan Siapapun masih bisa kembali Asalkan sambil membaca alam, kitab tertulis, tersirat, tersurat Lalu hati bisa bicara Juga menulis kalam Terkadang sang mualaf lebih menderu berlari Merasa kehilangan kesempatan berpuluh tahun Menangis sesal  Kini berlari dalam bukiit tertinggi Rahasia ajaib hati Sedangkan mereka alpa Sedari kecil beragama Seperti ibu-bapaknya Kemana-mana merasa sempurna Hanya menerima dogma-dogma Sebenarnya hampa Terimalah sebagai apa Terlahir sebagai umat siapa Bahkan seperti.baginda Ayub seka...