Langsung ke konten utama

Cahaya Temaram, Kebersamaan Buka Bersama Tak Padam

Banyuwangi (Warta Blambangan) Langit senja menaburkan warna keemasan di halaman Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi. Angin lembut berbisik di antara pepohonan dan lampu bergantunan, seakan turut menyampaikan doa dalam keheningan. Di bawah cahaya temaram, ratusan Aparatur Sipil Negara (ASN) berkumpul dalam satu kebersamaan, duduk melingkar beralaskan daun pisang. Senin, 17 Maret 2025, mereka merajut kembali benang-benang persaudaraan dalam sebuah buka bersama yang sederhana, namun penuh makna. 


Di hadapan mereka, terhidang menu yang mengingatkan pada masa lalu: terong bakar dan ikan asin. Bukan sajian mewah, tetapi justru dalam kesederhanaannya, ia menyimpan kehangatan. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, Dr. Chaironi Hidayat, menyapu pandangannya ke seluruh peserta dengan senyum penuh arti.

"Dulu, di pesantren, kami makan bersama seperti ini. Tak ada kemewahan, hanya kebersamaan yang menguatkan hati. Makanan sederhana ini bukan sekadar hidangan, tetapi simbol kesejatian persaudaraan," ucapnya, suaranya bergetar membawa kenangan.

Sore itu, bukan hanya ASN muslim yang hadir. ASN non-muslim pun duduk dalam lingkaran yang sama, menyatu dalam harmoni. Tidak ada sekat, tidak ada batas. Mereka berbagi tawa, berbincang dengan penuh keakraban. Seperti angin yang menyejukkan tanpa memandang siapa yang merasakannya, kebersamaan ini hadir tanpa syarat.

Sebelum azan magrib berkumandang, aula bawah kantor telah lebih dulu dipenuhi lantunan ayat-ayat suci. Khataman Al-Qur’an bergema, mengalun dari bibir ratusan peserta yang khusyuk melafalkan firman-Nya. Suara mereka berpadu, membentuk irama yang menenangkan, menyejukkan jiwa. Dalam satu hari, total khataman mencapai angka yang luar biasa—1.446 kali.

Ketika akhirnya waktu berbuka tiba, mereka menyentuh hidangan dengan penuh syukur. Tidak ada sendok, tidak ada piring mewah, hanya tangan-tangan yang saling meraih, berbagi, dan menguatkan. Dalam kebersamaan itu, tidak ada yang merasa lebih tinggi, tidak ada yang merasa lebih rendah. Semua duduk sejajar, seolah menegaskan bahwa kebersamaan bukan soal status, melainkan hati yang saling terikat.

Sebelum santap bersama, doa pun dipanjatkan. Di bawah langit yang mulai meremang, mereka bersimpuh, mengharap keberkahan. Lampu-lampu temaram menyaksikan, sementara cahaya dari hati mereka tak pernah redup.

Kesederhanaan senja itu menjadi pelajaran berharga—bahwa kebersamaan tidak membutuhkan kemewahan, melainkan ketulusan. Seperti cahaya lilin kecil namun memberi terang, kebersamaan yang ikhlas akan selalu menyinari, tak peduli seberapa gelap malam datang. (syaf).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Registrasi PTK Baru di Simpatika

Syarat Registrasi PTK Baru Persyaratan untuk melakukan registrasi PTK baru adalah sebagai berikut. 1. Belum memiliki PegID ataupun NUPTK 2.     Menjadi PTK di Madrasah/Sekolah yang dibuktikan dengan SK Pengangkatan  3.     Mengisi Formulir A05 Formulir tersebut diisi kemudian serahkan kepada Admin Madrasah atau Kepala Madrasah, dengan dilampiri: Pas photo berwana ukuran 4 x 6 sebanyak 1 lembar (Plus siapkan File Foto ukuran Maksimal 100 kb) 2.     Copy Kartu Keluarga 3.     Copy Ijazah SD (Terendah) 4.     Copy Ijazah Pendidikan Tertinggi 5.     Copy SK Pengangkatan sebagai PTK di madrasah tersebut Formulir A05  beserta lampirannya tersebut diserahkan kepada  Admin Madrasah  atau Kepala Madrasah untuk dimasukkan ke dalam sistem melalui "Registrasi PTK" di menu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Simpatika. Langkah bagi Operator atau K...

Kabar dari Armuzna

Kabar dari Armuzna Oleh: Petugas PPIH 2024 Sudah beberapa kali saya membaca kabar dari Armuzna—Arafah, Muzdalifah, dan Mina—dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Setiap kali membaca, dada saya bergemuruh. Seperti aroma mesiu yang menggantung di udara, meletup-letup dalam kata, siap meledak dalam telunjuk jari. Tetapi saya tahan. Karena saya tahu, ini bukan hanya tentang pelayanan. Ini bukan sekadar soal logistik. Ini tentang kesabaran. Tentang mereka yang menggadaikan sebagian usia dan harta demi sebuah kata yang belum tentu bisa dibawa pulang: mabrur. Banyak yang pesimis pelaksanaan haji berjalan lancar seperti tahun 2024, pemerintah kerajaan Saudi Arabia memangkas petugas haji Indonesia, mereka yakin dengan sistem baru tidak perlu petugas terlalu banyak dari Indonesia. Awalnya kita percaya sampai pada akhirnya serumit ini kenyataannya.  Saya tahu, tidak mudah mengatur dua ratus ribu lebih jamaah Indonesia yang menyemut di tiga titik genting itu: Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Ba...

Santri Pekok

  Santri Pekok Oleh : Syafaat   Dalam Kamus Besar Bahasa Indoneai (KBBI) “pekok” artinya bodoh, bisa juga diartikan gokil, aneh atau nyleneh, bisa juga istiahnya gila/sesuatu yang tidak wajar tapi masih dalam batas garis, susah diberitahu,   berbeda dengan bodoh yang memang belum tahu. Sedangkan kata “santri” menurut wikipedia adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa istilah santri berasal dari bahasa Sangsekerta, “Shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan,. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata “cantrik” yang berarti para pembantu begawan atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekwensinya pengasuh pondok pesantren memberikan ilmu pengetahuan ...