Langsung ke konten utama

Masjid Ghamamah

 Masjid Ghamamah 

Madinah seperti tidak pernah malam, udara masih terasa hangat ketika adzan subuh selesai berkumandang, ribuan jamaah bergegas merapikan shaf untuk bersiap menjalankan ibadah, mereka begitu rapi hanya dengan komando adzan dan Iqamah, hening hanya suara imam dan irama batuk jamaah haji yang terdengar, semua terlelap dalam ritual subuh dan berlanjut dengan dzikir dan doa dalam diri mereka.


Saya juga menenggelamkan diri dalam doa yang saya ingat dari rumah, sebuah keinginan yang saya sampaikan kepada Tuhanku yang aku yakin ditempat ini semua doa akan dikabulkan, tempat yang dulu digunakan Nabi Muhammad Saw untuk menebarkan keseluruh negeri, tempat orang-orang pilihan melangitkan dia, tempat hamba-hamba juga berharap dengan doanya.

Setelah subuh jamaah keluar perlahan dibawah payung besar indah yang menjadi ciri khas Masjid Nabawi, Saya segera menuju pintu 311 menuju Masjid Ghamamah, ada beberapa jamaah haji yang sudah menunggu bersama dokter Wida yang membimbing mereka, karena Masjid Ghumamah dipisahkan jamaah laki-laki dan perempuan, dihalaman Masjid sudah banyak kelompok jamaah dengan satu orang didepan yang menjelaskan tentang sejarah Ghamamah, di depan Masjid juga ada papan berbahasa arab dan Inggris yang menjelaskan sejarah Ghamamah dan pembangunan Masjid yang sebagian jamaah juga menyebut dengan istilah masjid awan, karena dulu ditempat ini merupakan tanah lapang milik Sahabat yang dipergunakan Nabi Muhammad Saw untuk Sholat Istisqa' ketika Madinah dilanda kekeringan.

Saya mendengarkan dokter Wida menjelaskan tentang sejarah Ghamamah, sepertinya dia paham betul dengan sejarah Ghamamah, ditambah dengan pengetahuan bahasa Inggris yang cukup sehingga dapat menterjemahkan papan didepan Masjid yang ditulis dengan bahasa Arab dan bahasa Inggris. Pengetahuan bahasa asing sangat penting terutama Arab dan Inggris, saya sedikit menyesal karena tidak menguasainya, kosakata bahasa inggris saya cuma sekitar yes, no, I Love You dan beberapa kosakata sederhana lainnya.

Saya memasuki Masjid, bangunan tua yang terbuat dari balok batu terlihat kokoh, beberapa jamaah nampak melakukan sholat didalam masjid, ada seorang penjaga di depan pintu masjid dengan satu menara tersebut, untuk Jamaah laki-laki masuk melalui pintu utama, sedangkan jamaah perempuan melalui pintu samping, ada dua pohon kurma disamping kanan masjid yang sedang berbuah, terlihat buahnya kekuningan tanda mulai masak, beberapa jamaah juga memanfaatkan untuk mengambil gambar sebagai kenangan bahwa mereka sudah sampai disini. Begitupun dengan shalat dalam masjid yang mereka lakukan, sebagai tanda bahwa kita yakin dengan ajaran agama Islam yang kita terima, salah satunya adalah meminta hujan kepada penguasa langit dan bumi dengan cara sholat Istisqa' yang diajarkan nabi Muhammad Saw yang saat itu langsung diturunkan hujan, cara yang benar sesuai dengan syariat Islam.

Saya tidak secerdas dokter Wida, dokter Kloter SUB-58 yang biasa dipanggil Ning Wida dalam penguasaan bahasa Arab dan Inggris, saya tidak dapat menterjemahkan papan yang ada di depan masjid, saya menggunakan aplikasi yang memungkinkan memotret papan tersebut menjadi tulisan di layar HP, mengcopy dan memindahkan ke translate menjadi bahasa Indonesia, sehingga saya memahami isi dari papan tentang Sejarah Masjid Ghamamah yang dulu selain dipakai untuk Sholat Id. bangunan masjid yang ada saat ini merupakan hasil peninggalan pembangunan Sultan Abdul Majid al-Utsmani. Kemudian masjid ini juga pernah direnovasi kembali pada masa pemerintahan Raja Fahd di tahun 1411 H.


Makkah, 30/06/2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Registrasi PTK Baru di Simpatika

Syarat Registrasi PTK Baru Persyaratan untuk melakukan registrasi PTK baru adalah sebagai berikut. 1. Belum memiliki PegID ataupun NUPTK 2.     Menjadi PTK di Madrasah/Sekolah yang dibuktikan dengan SK Pengangkatan  3.     Mengisi Formulir A05 Formulir tersebut diisi kemudian serahkan kepada Admin Madrasah atau Kepala Madrasah, dengan dilampiri: Pas photo berwana ukuran 4 x 6 sebanyak 1 lembar (Plus siapkan File Foto ukuran Maksimal 100 kb) 2.     Copy Kartu Keluarga 3.     Copy Ijazah SD (Terendah) 4.     Copy Ijazah Pendidikan Tertinggi 5.     Copy SK Pengangkatan sebagai PTK di madrasah tersebut Formulir A05  beserta lampirannya tersebut diserahkan kepada  Admin Madrasah  atau Kepala Madrasah untuk dimasukkan ke dalam sistem melalui "Registrasi PTK" di menu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Simpatika. Langkah bagi Operator atau K...

Kabar dari Armuzna

Kabar dari Armuzna Oleh: Petugas PPIH 2024 Sudah beberapa kali saya membaca kabar dari Armuzna—Arafah, Muzdalifah, dan Mina—dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Setiap kali membaca, dada saya bergemuruh. Seperti aroma mesiu yang menggantung di udara, meletup-letup dalam kata, siap meledak dalam telunjuk jari. Tetapi saya tahan. Karena saya tahu, ini bukan hanya tentang pelayanan. Ini bukan sekadar soal logistik. Ini tentang kesabaran. Tentang mereka yang menggadaikan sebagian usia dan harta demi sebuah kata yang belum tentu bisa dibawa pulang: mabrur. Banyak yang pesimis pelaksanaan haji berjalan lancar seperti tahun 2024, pemerintah kerajaan Saudi Arabia memangkas petugas haji Indonesia, mereka yakin dengan sistem baru tidak perlu petugas terlalu banyak dari Indonesia. Awalnya kita percaya sampai pada akhirnya serumit ini kenyataannya.  Saya tahu, tidak mudah mengatur dua ratus ribu lebih jamaah Indonesia yang menyemut di tiga titik genting itu: Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Ba...

Santri Pekok

  Santri Pekok Oleh : Syafaat   Dalam Kamus Besar Bahasa Indoneai (KBBI) “pekok” artinya bodoh, bisa juga diartikan gokil, aneh atau nyleneh, bisa juga istiahnya gila/sesuatu yang tidak wajar tapi masih dalam batas garis, susah diberitahu,   berbeda dengan bodoh yang memang belum tahu. Sedangkan kata “santri” menurut wikipedia adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa istilah santri berasal dari bahasa Sangsekerta, “Shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan,. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata “cantrik” yang berarti para pembantu begawan atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekwensinya pengasuh pondok pesantren memberikan ilmu pengetahuan ...