Langsung ke konten utama

Kecil-kecil Naik Haji

 Kecil-kecil Naik Haji


Saya memanggilnya Saleh, pedagang mie dan nasi goreng yang mangkal di depan Masjid Besar Al Muttaqin Kecamatan Srono, isterinya dengan setia dan membantu suami mencari nafkah untuk keluarga. Dengan rombong kecil berwarna kuning Saleh memulai usahanya, berganti tahun hingga menempati bangunan permanen untuk berjualan setiap malamnya.


Hampir setiap sore saya menyapa pasangan muda ulet bekerja ini, saya ke warungnya bukan sebagai langganan, meski sesekali membeli makanan Saleh yang isterinya adalah teman sekolah. Selepas sekolah teman saya Akmaliyah menikah dengan Saleh dan membantu suaminya jualan nasi goreng, sedangkan saya juga masih belum punya kerjaan tetap hingga mencoba berjualan kerupuk yang dititipkan ke warung-warung yang salah satunya warungnya Saleh.


Saleh yang lebih lama berwirausaha sering memberikan masukan untuk usaha yang baru saya geluti, dari mulai produksi sendiri, di edarkan sendiri hingga ada beberapa orang yang membantu. Bersyukur bisa ngasih kerjaan kecil-kecilan kepada tetangga meski hanya mbungkus kerupuk. Saleh juga yang ngasih saran untuk berbagi, sehingga kita bukan hanya bekerja untuk diri sendiri, tetapi juga dapat memberikan pekerjaan kepada orang lain.


Pagi itu di aula MAN 3 Banyuwangi saat saya mengisi manasik haji ada satu remaja yang mengikuti dengan seksama, melihat wajahnya saya seperti tak asing dengan anak ini yang ternyata bernama Havid Nur Yasin bin Yahdi, jamaah haji termuda usia 19 tahun Kabupaten Banyuwangi yang berangkat bersama Ibunya, menggantikan ayahnya yang meninggal beberapa bulan yang lalu. Saya tak berkomunikasi lagi sampai jam materi habis, kemudian meninggalkan ruangan untuk ngopi-ngopi dengan panitia, ngobrol dengan kawan lama pengasuh pesantren yang kebetulan juga berangkat haji.

Saya sedikit terkejut ketika Hafid menghampiri bersama ibunya dengan menggunakan masker, dia menyapa sambil membuka masker, masih nampak sisa kecantikan dari raut wajah temaku ini yang sekarang sudah mempunyai cucu, padahal sepertinya baru kemarin kita bareng- bareng sekolah, ternyata waktu berjalan terasa tak lama.

Akmaliyah bercerita bahwa Saleh suaminya meninggal enam bulan yang lalu, dan keberangkatan hajinya digantikan Hafid, anak keduanya. Saya sempat kaget juga karena jamaah termuda itu anak teman baikku, dan Mas Saleh penjual nasi goreng itu nama aslinya Yahdi.

Ternyata temanku yang berjualan nasi goreng itu berangkat haji juga tahun ini, meskipun tidak lagi bersama suaminya, namun saya yakin Almarhum Mas Saleh atau Yahdi ditempatkan di tempat terbaik disisi-Nya 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Registrasi PTK Baru di Simpatika

Syarat Registrasi PTK Baru Persyaratan untuk melakukan registrasi PTK baru adalah sebagai berikut. 1. Belum memiliki PegID ataupun NUPTK 2.     Menjadi PTK di Madrasah/Sekolah yang dibuktikan dengan SK Pengangkatan  3.     Mengisi Formulir A05 Formulir tersebut diisi kemudian serahkan kepada Admin Madrasah atau Kepala Madrasah, dengan dilampiri: Pas photo berwana ukuran 4 x 6 sebanyak 1 lembar (Plus siapkan File Foto ukuran Maksimal 100 kb) 2.     Copy Kartu Keluarga 3.     Copy Ijazah SD (Terendah) 4.     Copy Ijazah Pendidikan Tertinggi 5.     Copy SK Pengangkatan sebagai PTK di madrasah tersebut Formulir A05  beserta lampirannya tersebut diserahkan kepada  Admin Madrasah  atau Kepala Madrasah untuk dimasukkan ke dalam sistem melalui "Registrasi PTK" di menu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Simpatika. Langkah bagi Operator atau K...

Kabar dari Armuzna

Kabar dari Armuzna Oleh: Petugas PPIH 2024 Sudah beberapa kali saya membaca kabar dari Armuzna—Arafah, Muzdalifah, dan Mina—dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Setiap kali membaca, dada saya bergemuruh. Seperti aroma mesiu yang menggantung di udara, meletup-letup dalam kata, siap meledak dalam telunjuk jari. Tetapi saya tahan. Karena saya tahu, ini bukan hanya tentang pelayanan. Ini bukan sekadar soal logistik. Ini tentang kesabaran. Tentang mereka yang menggadaikan sebagian usia dan harta demi sebuah kata yang belum tentu bisa dibawa pulang: mabrur. Banyak yang pesimis pelaksanaan haji berjalan lancar seperti tahun 2024, pemerintah kerajaan Saudi Arabia memangkas petugas haji Indonesia, mereka yakin dengan sistem baru tidak perlu petugas terlalu banyak dari Indonesia. Awalnya kita percaya sampai pada akhirnya serumit ini kenyataannya.  Saya tahu, tidak mudah mengatur dua ratus ribu lebih jamaah Indonesia yang menyemut di tiga titik genting itu: Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Ba...

Santri Pekok

  Santri Pekok Oleh : Syafaat   Dalam Kamus Besar Bahasa Indoneai (KBBI) “pekok” artinya bodoh, bisa juga diartikan gokil, aneh atau nyleneh, bisa juga istiahnya gila/sesuatu yang tidak wajar tapi masih dalam batas garis, susah diberitahu,   berbeda dengan bodoh yang memang belum tahu. Sedangkan kata “santri” menurut wikipedia adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa istilah santri berasal dari bahasa Sangsekerta, “Shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan,. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata “cantrik” yang berarti para pembantu begawan atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekwensinya pengasuh pondok pesantren memberikan ilmu pengetahuan ...