Langsung ke konten utama

Jalan-jalan Budaya Dewan Kesenian Belambangan

Banyuwangi (Warta Blambangan) Jalan-jalan budaya (JJB) yang digelar Dewan Kesenian Belambangan (DKB) di Desa Kemiren Kecamatan Glagah, Sabtu (11/05/2024) diikuti beberapa mahasiswa Untag Banyuwangi, Unej, Poliwangi, Brawijaya, dan Unair Surabaya. Para peserta antusias mengikuti pembukaan acara di Pesinauan dan Sawah Art.
Dimulai di Pesinaun dan Sawah Art, peserta Jalan-jalan Budaya melanjutkan jalan kaki ke makam Buyut Cili, di sana disuguhi pecel pitik khas Kemiren yang selalu ada pada kegiatan selametan warga desa. Tak berlangsung lama, peserta beranjak dari Buyut Cili ke rumah asli Osing yang masih mempertahankan struktur bangunan asli. Pak Sae pemilik rumah tersebut menyatakan bahwa beliau adalah keturunan ketiga yang menempati rumah tersebut. Tak kalah menarik pola penempatan ruang tamu, kamar tidur semuanya masih otentik dan tidak berubah. Beruntung saat berkunjung Bu Sae sedang menggoreng kopi ala rumahan dengan kopi biji pilihan robusta Kemiren. Peserta dengan dipandu oleh Kang Suhaili (Kepala Adat Desa Kemiren) dan Kang Dio (tour guide dari Pesinauan), juga dan didampingi oleh para anggota Komite Bahasa dan Sastra DKB (Dewan Kesenian Blambanga). Peserta dijelaskan tentang budaya Osing khususnya tatanan rumah adat Osing dan fungsinya dalam keluarga. "Kasur warga Osing berwarna merah dan hitam yang melambangkan keabadian dan keberanian" kata Kang Suhaili menutup penjelasannya di rumah tersebut. Selanjutnya para mahasiswa ini dibawa ke tempat produksi pande besi asli Kemiren, pada saat itu Kang Tris begitu panggilan akrabnya sedang memperbaiki boding milik salah satu warga yang rusak. Tak hanya sampai di sana saja, pada mahasiswa yang antusias mengikuti Jalan-jalan Budaya ini melanjutkan perjalanan ke tujuan akhir, yakni refleksi dan diskusi budaya bersama Kang Pur, salah seorang budayawan asli Kemiren. Refleksi dan diskusi hangat diselingi dengan mocoan lontar yusuf asmorondono. Jalan-jalan Budaya berakhir dengan sajian penutup sego tempong. Makanan khas Banyuwangi yang cocok disantap di siang hari kala lapar melanda. Para mahasiswa kenyang, panitia senang, dan budaya Banyuwangi bisa lestari dari para pemuda-pemudi yang nguri-nguri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Registrasi PTK Baru di Simpatika

Syarat Registrasi PTK Baru Persyaratan untuk melakukan registrasi PTK baru adalah sebagai berikut. 1. Belum memiliki PegID ataupun NUPTK 2.     Menjadi PTK di Madrasah/Sekolah yang dibuktikan dengan SK Pengangkatan  3.     Mengisi Formulir A05 Formulir tersebut diisi kemudian serahkan kepada Admin Madrasah atau Kepala Madrasah, dengan dilampiri: Pas photo berwana ukuran 4 x 6 sebanyak 1 lembar (Plus siapkan File Foto ukuran Maksimal 100 kb) 2.     Copy Kartu Keluarga 3.     Copy Ijazah SD (Terendah) 4.     Copy Ijazah Pendidikan Tertinggi 5.     Copy SK Pengangkatan sebagai PTK di madrasah tersebut Formulir A05  beserta lampirannya tersebut diserahkan kepada  Admin Madrasah  atau Kepala Madrasah untuk dimasukkan ke dalam sistem melalui "Registrasi PTK" di menu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Simpatika. Langkah bagi Operator atau K...

Kabar dari Armuzna

Kabar dari Armuzna Oleh: Petugas PPIH 2024 Sudah beberapa kali saya membaca kabar dari Armuzna—Arafah, Muzdalifah, dan Mina—dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Setiap kali membaca, dada saya bergemuruh. Seperti aroma mesiu yang menggantung di udara, meletup-letup dalam kata, siap meledak dalam telunjuk jari. Tetapi saya tahan. Karena saya tahu, ini bukan hanya tentang pelayanan. Ini bukan sekadar soal logistik. Ini tentang kesabaran. Tentang mereka yang menggadaikan sebagian usia dan harta demi sebuah kata yang belum tentu bisa dibawa pulang: mabrur. Banyak yang pesimis pelaksanaan haji berjalan lancar seperti tahun 2024, pemerintah kerajaan Saudi Arabia memangkas petugas haji Indonesia, mereka yakin dengan sistem baru tidak perlu petugas terlalu banyak dari Indonesia. Awalnya kita percaya sampai pada akhirnya serumit ini kenyataannya.  Saya tahu, tidak mudah mengatur dua ratus ribu lebih jamaah Indonesia yang menyemut di tiga titik genting itu: Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Ba...

Santri Pekok

  Santri Pekok Oleh : Syafaat   Dalam Kamus Besar Bahasa Indoneai (KBBI) “pekok” artinya bodoh, bisa juga diartikan gokil, aneh atau nyleneh, bisa juga istiahnya gila/sesuatu yang tidak wajar tapi masih dalam batas garis, susah diberitahu,   berbeda dengan bodoh yang memang belum tahu. Sedangkan kata “santri” menurut wikipedia adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa istilah santri berasal dari bahasa Sangsekerta, “Shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan,. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata “cantrik” yang berarti para pembantu begawan atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekwensinya pengasuh pondok pesantren memberikan ilmu pengetahuan ...