Langsung ke konten utama

Parade Puisi Lentera Sastra

 

Parade Puisi Lentera Sastra


Komunitas Lentera Sastra (Terminal Literasi Pegawai Kementerian Agama) Kabupaten Banyuwangi, mengadakan Parade Puisi di anjungan wisata Jopuro Desa Kampunganyar Kecamatan Glagah, Minggu (13/6). Kegiatan tersebut dihadiri Budayawan dan Sastrawan di Kabupaten Banyuwangi, baik yang bergabung dengan Dewan Kesenian Blambangan (DKB) maupun konunitas budaaya dan sastra lainnya di Kabupaten Banyuwangi.

H. Dimyati, Kepala Seksi PAIS (Pendidikaan Agama Islam) mewakili Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi menyampaikan bahwa dengan adanya komunitas Lentera Sastra ini, semangat literasi dilingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupatren Banyuwangi tumbuh dengan pesat. “Penulis pada Kantor Kementerian Agama selalu memberikan warna religi dalam karyanya” ungkapnya. lebih lanjut H. Dimyati menyampaikan bahwa Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi memberikan suport penuh dengan kegiatan Lentera Sastra yang dilaksanakan secara mandiri.

DKB Kabupaten Banyuwangi yang diwakili beberapa pengurusnya memberikan apresiasi setinggi tingginya terhadap yang sudah dilakukan ASN pada Kementerian Agama. Sebagaimana disampaikan Slamet Hariyanto atau biasa dipanggil Kang Momo, pria yang aktif menulis puisi dan lirik lagu ini merasa bangga sekaligus malu ketika mendapat undangan dari Lentera Sastra, Bangga karena semangat ASN Kementerian Agama yang secara mandiri mampu menggerakkan Sastra dan literasi. “kami bangga dan sekaligus malu, karena DKB belum melaksanakan kegiatan sebagaimana yang telah dilaksanakan Lentera Sastra” ungkapnya. Senada dengan yang disampaikan Kang Momo, Sekretaris DKB Nanik  Asiyani turut bangga dengan semangat literasi di Kementerian Agama, dari tingkat MI, MTs, MA hingga para guru penggerak Literasi “hampir tiap hari saya membaca opini yang ditulis guru maupun siswa madrasah di media cetak terkemuka di Kabupaten Banyuwangi” ungkapnya. Bu nanik juga berkenan menyampaikan Buku Kamus Bahasa Daerah Using-Indonesia kepada Lentera Sastra. “Buku tersebut di cetak oleh Mbak Emillia Contessa (anak kandung Hasan Ali) untuk diberikan kepada yang benar benar membutuhkan.

Dalam Parade Puisi juga diadakan ngaji sastra yang dipandu oleh Nurul Ludfia Rohmah, menghadirkan banyak narasumber dari DKB seperti Kang Pomo, Bu Nanik Bu Yety dan Fatah Yasin Nor, juga Ketua Sanggar Merah Putih 45 Agus Wakyu Nurhadi yang biasa dipangil Cak Aguk memberikan banyak masukan terhadap pembacaan puisi baik yang dilakukann siswa MAN 1 Banyuwangi maupun ASN Kementerian Agama. “tidak ada aturan yang benar benar baku tentang pembacaan puisi” ungkapnya. Menyinggung tentang penulisan puisi, Bung Aguk (pangilan akrabnya) membahas beberpa puiisi yang ada pada Buku Pojok Romanza. “Almarhum Achlis Yusrianto sesuai dengan puisinya bukanlah sastrawan, melaikan seorang filosof, sehingga tulisan puisinya bukan hanya bernilai sastra, tetapi juga tuntunnya sufireligi” ungkapnya.


Berbeda dengan para Narasumber sebelumnya,   Budayawan Banyuwangi Aekanu Hariyono, Ketua Komunitas Kiling Osing sangat tertarik dengan beberapa penampilan pembacaan puisi, seperti pembacaan puisi secara bersama yang dilakukan Faiz Abadi dengan kedua putranya. “penampilannya sangat bagus, sebagai salah satu bentuk pendidikan dan pengkaderan sastra kepada anak-anaknya, begitu juga dengan penampilan eti Chotimah yang juga pengurus DKB dan anaknya Istiqlal Syukri Ahmad, yang baru kelas 4 MI Islamiyah Rogojampi, karena guru terbaik bagi anak anak adalah kedua orang tuanya” ungkapnya. Tour Guide yang telah malang melintang di beberapa negara tersebut berharap semangat menumbuhkan budaya dan sastra terus dipupuk untuk tetap menjaga kearifan lokal di Kabupaten Banyuwangi.

Menanggapi yang disampaikan pengurus DKB Kabupaten Banyuwangi, Ketua Lentera Sastra Syafaat, menyampaikan bahwa apa yang dilakukan oleh Lentera Sastra semoga menjadi pemantik agar sastra yang telah tumbuh subur di Bumi Blambangan ini semakin tumbuh berkembang. “Kerjasama antar lembaga tetap harus kita jaga dan kembangkan untuk perkembangan Literasi, Budaya dan sastra di Kabupaten Banyuwangi” ungkapnya. Dalam kesempatan tersebut Syafaat juga menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu sukses pelaksanaan acara/ “Terima kasih kepada semua pihak yang mensuport kegiatan ini, terutama Bu Latifah, Kepala Desa Kampunganyar yang memfasilitasi tempat” ungkapnya. Juga kepada BPAN-AI yang juga hadir dalam kesempatan tersebut.

Gegap gempita pengunjung Wisata Jopuro dihebohkan dengan penampilan Pembacaan Puisi dan drama yang dilakukan oleh Tjatur Pramukho Shakti ( Mas Pram's...), seniman dan Budayawan Banyuwangi dan Istiqlal Syukri Ahmad (siswa kelas 4 MI Islamiyah Rogojampi) yang mampu menghipnotis pengunjung. Penampilan pria berambut gondrong yang sudah memuth semua tersebut sangat totalitas ketika membacakan puisi, anjungan Wisata Jopuro menjadi pusat perhatian ketika budayawan gaek ini tampil. Yang mampu diimbangi oleh Istiqlal Syukri Ahmad. (Syaf/AWN)

Komentar

Posting Komentar

Jaga kesopanan dalam komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Registrasi PTK Baru di Simpatika

Syarat Registrasi PTK Baru Persyaratan untuk melakukan registrasi PTK baru adalah sebagai berikut. 1. Belum memiliki PegID ataupun NUPTK 2.     Menjadi PTK di Madrasah/Sekolah yang dibuktikan dengan SK Pengangkatan  3.     Mengisi Formulir A05 Formulir tersebut diisi kemudian serahkan kepada Admin Madrasah atau Kepala Madrasah, dengan dilampiri: Pas photo berwana ukuran 4 x 6 sebanyak 1 lembar (Plus siapkan File Foto ukuran Maksimal 100 kb) 2.     Copy Kartu Keluarga 3.     Copy Ijazah SD (Terendah) 4.     Copy Ijazah Pendidikan Tertinggi 5.     Copy SK Pengangkatan sebagai PTK di madrasah tersebut Formulir A05  beserta lampirannya tersebut diserahkan kepada  Admin Madrasah  atau Kepala Madrasah untuk dimasukkan ke dalam sistem melalui "Registrasi PTK" di menu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Simpatika. Langkah bagi Operator atau K...

Kabar dari Armuzna

Kabar dari Armuzna Oleh: Petugas PPIH 2024 Sudah beberapa kali saya membaca kabar dari Armuzna—Arafah, Muzdalifah, dan Mina—dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Setiap kali membaca, dada saya bergemuruh. Seperti aroma mesiu yang menggantung di udara, meletup-letup dalam kata, siap meledak dalam telunjuk jari. Tetapi saya tahan. Karena saya tahu, ini bukan hanya tentang pelayanan. Ini bukan sekadar soal logistik. Ini tentang kesabaran. Tentang mereka yang menggadaikan sebagian usia dan harta demi sebuah kata yang belum tentu bisa dibawa pulang: mabrur. Banyak yang pesimis pelaksanaan haji berjalan lancar seperti tahun 2024, pemerintah kerajaan Saudi Arabia memangkas petugas haji Indonesia, mereka yakin dengan sistem baru tidak perlu petugas terlalu banyak dari Indonesia. Awalnya kita percaya sampai pada akhirnya serumit ini kenyataannya.  Saya tahu, tidak mudah mengatur dua ratus ribu lebih jamaah Indonesia yang menyemut di tiga titik genting itu: Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Ba...

Santri Pekok

  Santri Pekok Oleh : Syafaat   Dalam Kamus Besar Bahasa Indoneai (KBBI) “pekok” artinya bodoh, bisa juga diartikan gokil, aneh atau nyleneh, bisa juga istiahnya gila/sesuatu yang tidak wajar tapi masih dalam batas garis, susah diberitahu,   berbeda dengan bodoh yang memang belum tahu. Sedangkan kata “santri” menurut wikipedia adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa istilah santri berasal dari bahasa Sangsekerta, “Shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan,. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata “cantrik” yang berarti para pembantu begawan atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekwensinya pengasuh pondok pesantren memberikan ilmu pengetahuan ...