Langsung ke konten utama

Gincu

 “Gincu”

oleh : Dardiri

Pagi,

Sejak matahari belum meretakkan hari,

Kamu sibuk sendiri,

Memuja harum melati,

Di ketiakmu yang lembut dan wangi,

Di emperan laci berhadapan cermin dan sederetan foto-foto yang sedikit lebih tua usianya darimu,

Dan kamu menganggap,

Siapa memuja siapa,


Siang,

Kamu masuk perkantoran, duduk  memandangi meja-meja besar dengan tumpukan kesepakatan,

Adakalanya kamu memilih ruang lobi dan meja makan, selasar trotoar, simpang jalan besar, keramaian pasar, kesunyian pekuburan, keramahan rumah-rumah pedesaaan, kemegahan bangunan kota,

Lalu menebar jaring laba-laba,

Mencari mangsa dari sudut kemerahan yang senantiasa dipenuhi jerat lembab dan basah,

Dan kamu bertanya,

Siapa menjerat siapa,


Senja,

Kamu menjadi semacam irisan jingga,

Mendaulat hajat peradaban purba,

Tentang rindu yang gila atau cinta rahasia,

Di sepanjang bidang pundak dan dada,

Menyematkan isyarat dan tanda yang rahasia pula,

Dan kamu berkata,

Siapa mengisyaratkan siapa,


Malam,

Kamu sibuk berkutat di bawah alis, lalu mata, lalu hidung, lalu bibir, lalu melahirkan suara-suara aneh yang selalu kau tunggu kehadirannya,

Dan ketika lampu-lampu yang lelah itu dimatikan,

Kamu menjelma sepasang sayap,

Merayap dari atas kepala dan menguras habis mata air kelelakian yang gersang,

Lalu terbang dengan ayunan penuh lantunan meniti perbukitan malam yang kau taklukkan pula di bawah mimpimu,

Dan kamu berujar,

Siapa menaklukkan siapa,


Dunia yang bundar dan lebar ini seakan kecil dan kerdil bagimu,

Pacuan waktu yang selalu memburu dengan seketika terhenti dalam asahan jeratmu,

Angin tipis beraroma melati yang muncul dari rongga merah saga yang mirip senja itu menjadi sihir paling mutakhir dan mantra paling memperdaya bagi sesiapa yang mengingatnya,

Keterpanaan yang sebenarnya merdeka dalam sekejap mata menjadi tawanan sukarela di hadapanmu,


Tunggu,

Jangan kau lanjutkan kata-katamu,

Kamu gincu bukan?,


Dan kamu,

Terus saja menebar harum melati di sekujur napasku,

Menjerat dan menyayat sendi-sendi ingatanku,-


(K G P H : 04 Maret 2021)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Registrasi PTK Baru di Simpatika

Syarat Registrasi PTK Baru Persyaratan untuk melakukan registrasi PTK baru adalah sebagai berikut. 1. Belum memiliki PegID ataupun NUPTK 2.     Menjadi PTK di Madrasah/Sekolah yang dibuktikan dengan SK Pengangkatan  3.     Mengisi Formulir A05 Formulir tersebut diisi kemudian serahkan kepada Admin Madrasah atau Kepala Madrasah, dengan dilampiri: Pas photo berwana ukuran 4 x 6 sebanyak 1 lembar (Plus siapkan File Foto ukuran Maksimal 100 kb) 2.     Copy Kartu Keluarga 3.     Copy Ijazah SD (Terendah) 4.     Copy Ijazah Pendidikan Tertinggi 5.     Copy SK Pengangkatan sebagai PTK di madrasah tersebut Formulir A05  beserta lampirannya tersebut diserahkan kepada  Admin Madrasah  atau Kepala Madrasah untuk dimasukkan ke dalam sistem melalui "Registrasi PTK" di menu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Simpatika. Langkah bagi Operator atau K...

Kabar dari Armuzna

Kabar dari Armuzna Oleh: Petugas PPIH 2024 Sudah beberapa kali saya membaca kabar dari Armuzna—Arafah, Muzdalifah, dan Mina—dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Setiap kali membaca, dada saya bergemuruh. Seperti aroma mesiu yang menggantung di udara, meletup-letup dalam kata, siap meledak dalam telunjuk jari. Tetapi saya tahan. Karena saya tahu, ini bukan hanya tentang pelayanan. Ini bukan sekadar soal logistik. Ini tentang kesabaran. Tentang mereka yang menggadaikan sebagian usia dan harta demi sebuah kata yang belum tentu bisa dibawa pulang: mabrur. Banyak yang pesimis pelaksanaan haji berjalan lancar seperti tahun 2024, pemerintah kerajaan Saudi Arabia memangkas petugas haji Indonesia, mereka yakin dengan sistem baru tidak perlu petugas terlalu banyak dari Indonesia. Awalnya kita percaya sampai pada akhirnya serumit ini kenyataannya.  Saya tahu, tidak mudah mengatur dua ratus ribu lebih jamaah Indonesia yang menyemut di tiga titik genting itu: Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Ba...

Santri Pekok

  Santri Pekok Oleh : Syafaat   Dalam Kamus Besar Bahasa Indoneai (KBBI) “pekok” artinya bodoh, bisa juga diartikan gokil, aneh atau nyleneh, bisa juga istiahnya gila/sesuatu yang tidak wajar tapi masih dalam batas garis, susah diberitahu,   berbeda dengan bodoh yang memang belum tahu. Sedangkan kata “santri” menurut wikipedia adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa istilah santri berasal dari bahasa Sangsekerta, “Shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan,. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata “cantrik” yang berarti para pembantu begawan atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekwensinya pengasuh pondok pesantren memberikan ilmu pengetahuan ...