Langsung ke konten utama

Bersama Kita Bisa Menghadapi Covid-19


Bersama Kita Bisa Menghadapi Covid-19
Penulis : Lulu’ Anwariyah, S.S
Covid-19 telah membuat lesu semua pihak, terutama perekonomian masyarakat kecil yang mengandalkan sektor ekonomi dari dunia pendidikan. Pedagang kaki lima, penjual jajanan yang ada di kantin sekolah terpaksa harus gulung tikar dan mencari pendapatan yang lain. Haruskah kita mencerca dan memaki dengan kondisi yang ada saat ini? Masyarakat harus tetap bangkit dan berusaha untuk menopang kelanjutan ekonomi keluarga dan bangsa.
            Bersama kita bisa menghadapi masalah yang sangat sulit ini, pemerintah dengan segala upaya telah menggelontorkan beberapa bantuan kepada masyarakat. Hal ini merupakan wujud kepedulian pemerintah terhadap kondisi masyarakat yang terdampak covid-19. Bangsa Indonesia menganut ideologi pancasila, yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945. Sehingga dengan spirit pancasila, bangsa Indonesia menyadari bahwa setiap manusia selalu berada bersama orang lain. Kebahagian dan keberhasilan pada hakekatnya adalah berkat bantuan dan kerjasama orang lain.
            Kepedulian kita bersama adalah wujud kesejahteraan bangsa dan negara. Melalui nilai-nilai luhur Pancasila, dengan mengedepankan nilai bergotong royong maka keadaan yang sulit akan terasa ringan. Bersyukur kita menjadi bagian bangsa yang besar yang mempunyai ideologi pancasila, karena ideologi pancasila merupakan kumpulan nilai keyakinan dan cara berpikir untuk mencapai tujuan dengan berdasarkan kepada lima sila dalam pancasila. Lima sila tersebut memiliki nilai Ketuhanan, Kemanusian, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan.
            Hal ini menggugah para instansi dunia pendidikan seperti madrasah, dan organisasi sosial untuk ikut peduli dengan masyarakat sekitar yang terdampak covid-19. Dengan spirit gotong royong ASN (Aparatur Sipil Negara) di Kementrian Agama kabupaten Banyuwangi ikut serta bergotong royong menyisihkan sebagian rezekinya, sebagai bentuk kepedulian rasa empati tehadap lingkungan sekitar bagi keluarga kurang mampu yang terdampak covid-19.  Hal ini wujud nyata kepedulian masyarakat, sebagai wujud kebersamaan dalam memikul beban tanggungjawab demi kepentingan bersama.
            Usaha-usaha bersama yang dapat kita lakukan untuk meringankan beban para masyarakat yang terdampak covid-19 adalah sebagai berikut :
1.      Membangun rasa peduli
Kepedulian kita terhadap lingkungan yang memerlukan uluran tangan adalah bentuk nilai luhur dari spirit pancasila yang termaktub pada sila ke-2 yang berbunyi “Kemanusiaan yang adi dan beradab,” penanaman rasa peduli ini bisa berupa hal-hal kecil semampu yang bisa kita lakukan. Bisa berbagi makanan, bisa berbagi tenaga, dan bahkan berbagi pendapat dan solusi terhadap seseorang yang sedang merasa memerlukan bantuan kita.
2.      Meredam nyinyiran pilu
Kegagalan yang dirasakan masyarakat, entah karena terdampak PHK, atau berkurangnya mata pencaharian. Hal tersebut membuat sebagian mereka sedih bahkan frustasi. Mendukung, dan membantu mencarikan solusi, bukan memberikan nyinyiran pilu. Support kita bersama, akan membantu spirit berjuang untuk tetap bangkit dalam keadaan dan situasi sesulit apapun.
3.      Begotong royong
Nilai-nilai luhur yang berdasarkan ideologi pancasila sudah tercermin dalam tatanan masyarakat desa yang menganggap warga lainnya sebagai saudara sekeluarga, sehingga dalam kehidupan keluarga kepentingan bersama harus didahulukan dari kepetingan pribadi atau golongan. Oleh karena itu, dengan bergotong royong maka, “Ringan sama dijinjing, berat sama di pikul”.

            Bukan hanya masalah ekonomi yang mengguncang kehidupan di masa covid-19 ini, tetapi dampak physicis dari penderita yang di nyatakan positif membuat mereka merasa frustasi. Kondisi ini diakibatkan karena virus corona yang mudah menular lewat droplet atau titik air berisi virus dari batuk dan bersin. Sehingga masyarakat mempunyai rasa ketakutan yang mendalam akan tertular virus tersebut. Hal ini perlu pemahaman dan sosialisai terhadap masyarakat tentang virus corana itu sendiri. Masyarakat harus tetap waspada dan tenang, jangan merasa takut yang berlebihan, dengan tetap  mengikuti aturan protokol kesehatan yang sudah di tentukan.
            Berikut beberapa protokol standar kesehatan yang harus dipatuhi oleh masyarakat, sebagai usaha memutus mata rantai penyeberan virus corona :
1.      Jaga kebersihan tangan
Bersihkan tangan dngan cairan pencuci tangan atau hand sanitizer, atau dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir.
2.      Jangan menyentuh wajah
Dalam kondisi tangan belum bersih, hindari menyentuh wajah, khususnya mata, hidung, dan mulut. Dikhawatirkan, ada virus dan bakteri yang terdapat pada tangan kita setelah melakukan aktivitas
3.      Pakai masker jika beraktifitas di luar
Penggunaan masker sangat penting ketika kita beraktifitas di luar, karena sebagai pelindung aman jika sewaktu-waktu kita tiba-tiba bersin, atau bahkan sebaliknya. Sehingga jika kita membawa virus, virus tersebut tidak akan terpapar orang lain
4.      Jaga jarak
Physical distancing sangat penting untuk dilakukan, minimal satu meter untuk meghindari terjadinya paparan virus dari orang lain. Kita di larang untuk mendatangi kerumunan, untuk meminimalisir kontak fisik dengan orang lain.
5.      Isolasi mandiri
Bagi yang tidak merasa sehat, seperti mengalami demam, batuk/pilek/nyeri tenggorokan/sesak napas, diminta untuk tetap dirumah dan berhenti dengan segala aktifitas pekerjaan di luar rumah.
6.      Jaga Kesehatan
Mengatur pola makan dengan gizi yang seimbang sangatlah penting untuk menjaga imun tubuh supaya selalu fit dan bugar. Tidak lupa diimbangi dengan berolah raga secara rutin, serta istirahat yang cukup.
            Menuju new normal masyarakat harus tetap beraktifitas untuk melanjutkan kehidupan mereka, bantuan-bantuan yang selama ini diberikan hanyalah sementara. Masyarakat harus kembali beraktifitas berdampingan dengan kondisi sulit di masa pandemi dengan tetap waspada. Membiasakan hidup sehat sesuai standar protokol kesehatan, sebagai usaha memutus mata rantai penyebaran virus corona. Bersama kita bisa menuju tatanan masyarakat baru, melalui spirit pancasila dan nilai gotong royong menuju Banyuwangi sehat dan sejahtera.

Penulis : Lulu’ Anwariyah, S.S (Guru Bahasa Inggris MTsN 4 Banyuwangi)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Registrasi PTK Baru di Simpatika

Syarat Registrasi PTK Baru Persyaratan untuk melakukan registrasi PTK baru adalah sebagai berikut. 1. Belum memiliki PegID ataupun NUPTK 2.     Menjadi PTK di Madrasah/Sekolah yang dibuktikan dengan SK Pengangkatan  3.     Mengisi Formulir A05 Formulir tersebut diisi kemudian serahkan kepada Admin Madrasah atau Kepala Madrasah, dengan dilampiri: Pas photo berwana ukuran 4 x 6 sebanyak 1 lembar (Plus siapkan File Foto ukuran Maksimal 100 kb) 2.     Copy Kartu Keluarga 3.     Copy Ijazah SD (Terendah) 4.     Copy Ijazah Pendidikan Tertinggi 5.     Copy SK Pengangkatan sebagai PTK di madrasah tersebut Formulir A05  beserta lampirannya tersebut diserahkan kepada  Admin Madrasah  atau Kepala Madrasah untuk dimasukkan ke dalam sistem melalui "Registrasi PTK" di menu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Simpatika. Langkah bagi Operator atau K...

Kabar dari Armuzna

Kabar dari Armuzna Oleh: Petugas PPIH 2024 Sudah beberapa kali saya membaca kabar dari Armuzna—Arafah, Muzdalifah, dan Mina—dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Setiap kali membaca, dada saya bergemuruh. Seperti aroma mesiu yang menggantung di udara, meletup-letup dalam kata, siap meledak dalam telunjuk jari. Tetapi saya tahan. Karena saya tahu, ini bukan hanya tentang pelayanan. Ini bukan sekadar soal logistik. Ini tentang kesabaran. Tentang mereka yang menggadaikan sebagian usia dan harta demi sebuah kata yang belum tentu bisa dibawa pulang: mabrur. Banyak yang pesimis pelaksanaan haji berjalan lancar seperti tahun 2024, pemerintah kerajaan Saudi Arabia memangkas petugas haji Indonesia, mereka yakin dengan sistem baru tidak perlu petugas terlalu banyak dari Indonesia. Awalnya kita percaya sampai pada akhirnya serumit ini kenyataannya.  Saya tahu, tidak mudah mengatur dua ratus ribu lebih jamaah Indonesia yang menyemut di tiga titik genting itu: Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Ba...

Santri Pekok

  Santri Pekok Oleh : Syafaat   Dalam Kamus Besar Bahasa Indoneai (KBBI) “pekok” artinya bodoh, bisa juga diartikan gokil, aneh atau nyleneh, bisa juga istiahnya gila/sesuatu yang tidak wajar tapi masih dalam batas garis, susah diberitahu,   berbeda dengan bodoh yang memang belum tahu. Sedangkan kata “santri” menurut wikipedia adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa istilah santri berasal dari bahasa Sangsekerta, “Shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan,. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata “cantrik” yang berarti para pembantu begawan atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekwensinya pengasuh pondok pesantren memberikan ilmu pengetahuan ...