Langsung ke konten utama

Senja Berbagi Ramadan di Gerbang Kemerdekaan Agama

Banyuwangi (Warta Blambangan) Senja merangkak turun di langit Banyuwangi, memulas cakrawala dengan warna jingga yang teduh. Di depan kantor Kementerian Agama Banyuwangi, embusan angin sore membawa kehangatan kebersamaan. Hari itu, Senin (17/3/2025), pengurus Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemenag Banyuwangi menggelar aksi berbagi takjil, menebarkan kebaikan di bulan suci Ramadan. 


Di tepi jalan, deretan tangan lembut ibu-ibu pengurus DWP membagikan ratusan paket takjil kepada para pengendara yang melintas. Senyum mereka mengalirkan ketulusan, seperti embun yang menyejukkan dahaga di musim kemarau. "Di bulan Ramadan yang penuh berkah ini, kami ingin berbagi kebahagiaan dengan masyarakat, khususnya para pengguna jalan yang mungkin tidak sempat berbuka di rumah," tutur Siti Qudsiyah Chaironi, Ketua DWP Kemenag Banyuwangi.

Para pengendara, yang sebelumnya tergesa dalam perjalanan, seketika melambatkan laju kendaraan. Ada yang menerima sekotak takjil dengan senyum, ada yang mengucap terima kasih dengan mata berbinar. Mereka adalah wajah-wajah yang lelah, yang mungkin seharian bekerja tanpa sempat berpikir tentang sekotak kudapan berbuka. Tapi hari itu, di depan kantor Kemenag, ada tangan-tangan yang peduli, yang membagikan lebih dari sekadar makanan—tetapi juga kehangatan dan perhatian.

Langit semakin temaram. Adzan magrib yang sebentar lagi berkumandang seolah menjadi saksi bisu bahwa kebersamaan adalah bahasa universal yang dapat dirasakan siapa saja. Takjil-takjil yang terbagi bukan hanya tentang memberi, tetapi juga tentang menyatukan hati dalam keberkahan Ramadan.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, kegiatan berbagi takjil ini menjadi agenda rutin DWP Kemenag Banyuwangi. Sebuah wujud nyata bahwa Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang menumbuhkan rasa kepedulian. Ramadan adalah tentang memberi, seperti embun yang setia meneteskan kesejukan bagi siapa pun yang melewati pagi.

Ketika takjil terakhir berpindah tangan, langit pun mulai pekat. Namun, di hati para pengurus DWP dan masyarakat yang menerima, cahaya kebaikan tetap menyala. Semoga senja berbagi ini menjadi inspirasi, agar kebaikan tak hanya mengalir di bulan suci, tetapi juga di sepanjang kehidupan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Registrasi PTK Baru di Simpatika

Syarat Registrasi PTK Baru Persyaratan untuk melakukan registrasi PTK baru adalah sebagai berikut. 1. Belum memiliki PegID ataupun NUPTK 2.     Menjadi PTK di Madrasah/Sekolah yang dibuktikan dengan SK Pengangkatan  3.     Mengisi Formulir A05 Formulir tersebut diisi kemudian serahkan kepada Admin Madrasah atau Kepala Madrasah, dengan dilampiri: Pas photo berwana ukuran 4 x 6 sebanyak 1 lembar (Plus siapkan File Foto ukuran Maksimal 100 kb) 2.     Copy Kartu Keluarga 3.     Copy Ijazah SD (Terendah) 4.     Copy Ijazah Pendidikan Tertinggi 5.     Copy SK Pengangkatan sebagai PTK di madrasah tersebut Formulir A05  beserta lampirannya tersebut diserahkan kepada  Admin Madrasah  atau Kepala Madrasah untuk dimasukkan ke dalam sistem melalui "Registrasi PTK" di menu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Simpatika. Langkah bagi Operator atau K...

Kabar dari Armuzna

Kabar dari Armuzna Oleh: Petugas PPIH 2024 Sudah beberapa kali saya membaca kabar dari Armuzna—Arafah, Muzdalifah, dan Mina—dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Setiap kali membaca, dada saya bergemuruh. Seperti aroma mesiu yang menggantung di udara, meletup-letup dalam kata, siap meledak dalam telunjuk jari. Tetapi saya tahan. Karena saya tahu, ini bukan hanya tentang pelayanan. Ini bukan sekadar soal logistik. Ini tentang kesabaran. Tentang mereka yang menggadaikan sebagian usia dan harta demi sebuah kata yang belum tentu bisa dibawa pulang: mabrur. Banyak yang pesimis pelaksanaan haji berjalan lancar seperti tahun 2024, pemerintah kerajaan Saudi Arabia memangkas petugas haji Indonesia, mereka yakin dengan sistem baru tidak perlu petugas terlalu banyak dari Indonesia. Awalnya kita percaya sampai pada akhirnya serumit ini kenyataannya.  Saya tahu, tidak mudah mengatur dua ratus ribu lebih jamaah Indonesia yang menyemut di tiga titik genting itu: Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Ba...

Santri Pekok

  Santri Pekok Oleh : Syafaat   Dalam Kamus Besar Bahasa Indoneai (KBBI) “pekok” artinya bodoh, bisa juga diartikan gokil, aneh atau nyleneh, bisa juga istiahnya gila/sesuatu yang tidak wajar tapi masih dalam batas garis, susah diberitahu,   berbeda dengan bodoh yang memang belum tahu. Sedangkan kata “santri” menurut wikipedia adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa istilah santri berasal dari bahasa Sangsekerta, “Shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan,. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata “cantrik” yang berarti para pembantu begawan atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekwensinya pengasuh pondok pesantren memberikan ilmu pengetahuan ...