Langsung ke konten utama

Bulu Merak Hijau

 “Bulu Merak Hijau”

oleh ; Dardiri

Entah berapa kali kubuka layar telepon genggamku,

Kuseka ke atas kusentuh ke bawah,

Kugeser ke kiri dan ke kanan,

Berkali-kali,

Lagi,

Dan lagi,


Nama dan pesan yang pertama kali kulihat tetap sama,

Selalu dirimu dan darimu,

Berharap warna centang kelabu menjadi biru,

Dan terbetiklah kata-kata di bawahnya,

Sebagaimana biasa,

Seperti biasa,


Kita bertukar tawar tentang bulan sabit, anak sungai, telaga, laut, gunung, bukit-bukit, langit, matahari, bintang, dan segala rerupa semesta yang sempat terpandang ujung mata,

Adakalanya kita ramaikan layar telepon genggam kita dengan persinggungan garis sepi dan sunyi,

Lalu kita sama-sama diam,

Dan menyelinapkan tentang bingkisan senja, pahatan malam, jerangan dini hari, rekah fajar, beranda pagi, dan amukan terik dalam diam-diam kita,

Lalu lahirlah kabut, salju, embun, rintik, gerimis, juga hujan berkeliaran dalam larik-larik tulisan kita,


Kutahu,

Sebenarnya,

Kita adalah sama-sama romansa,

Kita adalah sesama pengagum cinta dalam kembara semesta,

Hanya saja aku terkadang menutupinya dengan mantel baja lewat tulisan-tulisan gila yang aku sendiri sebenarnya pun tak ingin membacanya,


Bulu Merak Hijau,

Kamu telah terbang tinggi,

Mengikuti kabut mimpi yang jauh memintas batas,

Keberadaan dan ketiadaan,


Kamu tak lagi menjemput pagi dengan secangkir kopi dan seduh puisi,

Beranda yang kubuat khusus untuk menyambut guguran bulu-bulumu tak mungkin kau singgahi lagi,


Layar telepon genggam yang selalu kugeser dan kuseka,

Berisi pesanku dan namamu masih tetap kelabu,

Warna pada garis setengah kurva itu tak pernah menjadi biru,

Tulisan dan doa terakhirku masih membentuk awan kelabu di dadalamnya,

Dan kamu tak akan membacanya lagi,


Selamat jalan,

Bulu Merak Hijau yang bukan milikku,


Kamu telah membawa romansa bisu-mu dalam sebenar-benarnya bisu,

Kamu telah menyimpan romansa sunyi-mu dalam sepi yang benar-benar abadi,


Kamu mungkin sendiri,

Tetapi kamu tak akan pernah sepi dalam doa dan ingatanku,

Kamu tak akan pernah kehilangan bingkisan senja dan pahatan pagi dalam deretan abjad yang belum sempat merupakan dirinya menjadi kata,

Kamu tak akan pernah kehilangan gerimis dan hujan dalam ujaran yang belum sempat melahirkan  dirinya menjadi suara,


Kamu tak mungkin kembali,

Tapi percayalah Romansa-mu abadi,


Bulu Merak Hijau,

Yakinlah Tuhan menyayangi-mu,


Kuakhiri tulisanku malam ini dengan sebuah pantun,


“Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun”,-


(Tulisan ini khusus didedikasikan sebagai doa untuk Alm. Yth. Bpk. Achlis Yusrianto, Allahu Yarham)


(K G P H : Jumat Legi : 19 Februari 2021)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Registrasi PTK Baru di Simpatika

Syarat Registrasi PTK Baru Persyaratan untuk melakukan registrasi PTK baru adalah sebagai berikut. 1. Belum memiliki PegID ataupun NUPTK 2.     Menjadi PTK di Madrasah/Sekolah yang dibuktikan dengan SK Pengangkatan  3.     Mengisi Formulir A05 Formulir tersebut diisi kemudian serahkan kepada Admin Madrasah atau Kepala Madrasah, dengan dilampiri: Pas photo berwana ukuran 4 x 6 sebanyak 1 lembar (Plus siapkan File Foto ukuran Maksimal 100 kb) 2.     Copy Kartu Keluarga 3.     Copy Ijazah SD (Terendah) 4.     Copy Ijazah Pendidikan Tertinggi 5.     Copy SK Pengangkatan sebagai PTK di madrasah tersebut Formulir A05  beserta lampirannya tersebut diserahkan kepada  Admin Madrasah  atau Kepala Madrasah untuk dimasukkan ke dalam sistem melalui "Registrasi PTK" di menu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Simpatika. Langkah bagi Operator atau K...

Kabar dari Armuzna

Kabar dari Armuzna Oleh: Petugas PPIH 2024 Sudah beberapa kali saya membaca kabar dari Armuzna—Arafah, Muzdalifah, dan Mina—dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Setiap kali membaca, dada saya bergemuruh. Seperti aroma mesiu yang menggantung di udara, meletup-letup dalam kata, siap meledak dalam telunjuk jari. Tetapi saya tahan. Karena saya tahu, ini bukan hanya tentang pelayanan. Ini bukan sekadar soal logistik. Ini tentang kesabaran. Tentang mereka yang menggadaikan sebagian usia dan harta demi sebuah kata yang belum tentu bisa dibawa pulang: mabrur. Banyak yang pesimis pelaksanaan haji berjalan lancar seperti tahun 2024, pemerintah kerajaan Saudi Arabia memangkas petugas haji Indonesia, mereka yakin dengan sistem baru tidak perlu petugas terlalu banyak dari Indonesia. Awalnya kita percaya sampai pada akhirnya serumit ini kenyataannya.  Saya tahu, tidak mudah mengatur dua ratus ribu lebih jamaah Indonesia yang menyemut di tiga titik genting itu: Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Ba...

Santri Pekok

  Santri Pekok Oleh : Syafaat   Dalam Kamus Besar Bahasa Indoneai (KBBI) “pekok” artinya bodoh, bisa juga diartikan gokil, aneh atau nyleneh, bisa juga istiahnya gila/sesuatu yang tidak wajar tapi masih dalam batas garis, susah diberitahu,   berbeda dengan bodoh yang memang belum tahu. Sedangkan kata “santri” menurut wikipedia adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa istilah santri berasal dari bahasa Sangsekerta, “Shastri” yang memiliki akar kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan,. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata “cantrik” yang berarti para pembantu begawan atau resi. Seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekwensinya pengasuh pondok pesantren memberikan ilmu pengetahuan ...